(AF) I’m With You Part 1

Im With You Part 1

Im With You Cover

Author: LeA

Cast:

Choi Siwon & Tiffany Hwang

Supported cast:

Suho, Chaerim (OC), Taeyeon. Kyuhyun

Genre: Romance, family

Rating: PG17+

Length: Twoshoot

Disclaimer: The story is mine. Sebelumnya cerita ini pernah aku posting di FB dengan cast Yoona dan Donghae.  Enjoy Reading and don’t be a plagiator.

 

Siwon berada diantara dua pilihan, antara ambisi dan kebahagiaannya. Ketika pilihan – pilihan itu harus diputuskannya dalam sekejap mata, dapatkah Siwon menentukan?

 

***

Mungkin keluarga itu selalu menjadi yang terfavorit, kenapa? Entahlah. Bergelimang harta dan merupakan orang ternama merupakan salah satu hal yang membuat siapa pun menjadi iri dengan kesempurnaan keluarga itu, Siwon adalah seorang Presdir Lee Group, sementara Tiffany popular sebagai aktris pendatang baru, namun ada satu hal yang mereka tidak ketahui, yaitu..

Rahasia yang tidak semua orang bisa menduganya.

Rahasia dibalik keharmonisan palsu keduanya, bahkan anak pertama mereka lahir tanpa cinta. Suho yang berusia empat tahun itu hanya lahir untuk memenuhi keinginan keluarga masing – masing. Suho hanya lahir sebagai lambang fisik bahwa mereka adalah pasangan yang tengah dikaruniai anak, tapi dibalik itu baik Choi Siwon maupun Hwang Tiffany, tidak bersikap seperti mereka adalah pasangan yang saling mencintai satu sama lain. Siwon punya kekasih, Tiffany juga, meski pun dalam kasus Tiffany, kekasih itu hanyalah kekasih tandingan, bukan sebenarnya, yang sebenarnya Tiffany mencintai Siwon tapi jiwanya terlalu sakit ketika Siwon memboyong wanita itu ke apartemen mereka berdua, Tiffany merasakan hatinya hancur saat itu, namun hidup adalah pilihan. Tiffany memilih memendam seluruh kekesalannya, balas dendam, ia ingin Siwon merasakan sakit hatinya kala itu, kalau Siwon bisa kenapa dirinya tidak? Begitulah yang ada dalam pikiran Tiffany.

Tiffany akhirnya meminta temannya, Kyuhyun untuk menjadi kekasihnya didepan Siwon, Kyuhyun adalah kekasih bayaran, lelaki itu butuh uang untuk tambahan biaya pernikahannya dengan sang kekasih Seo Joo Hyun. Seohyun sendiri adalah adik kelas Tiffany saat SMA. Tiffany bukan layaknya perebut kekasih orang, dua tahun menyewa Kyuhyun Tiffany tidak punya perasaan apa pun padanya, setiap hari Tiffany selalu memikirkan Siwon dan Suho tapi lelaki itu tetap dingin bahkan tidak cemburu ketika Tiffany membawa Kyuhyun ke apartemen mereka. Tiffany sempat memancing Siwon dengan bermesraan dengan Kyuhyun tetapi saat itu Siwon hanya berlalu begitu saja dari hadapan mereka, membuat Tiffany kesal setengah mati.

Hari ini jadwal dimana keluarga kecil mereka menikmati quality time. Quality time yang tidak berkualistas sama sekali. Suho, anak yang tidak berdosa itu tersenyum senang ketika berjalan ditengah – tengah kedua orang tuanya, bocah lelaki berumur empat tahun itu mulai mengoceh selagi mengayun – ayunkan tangan kedua orang tuanya, Choi Siwon dan Hwang Tiffany. Sekilas tampak Suholah yang paling bahagia diantara ketiga orang itu. Suho merengek dibelikan permen kapas, Siwon membelikannya tanpa protes, keluarga itu lalu singgah sejenak disebuah taman, duduk disalah satu kursi. Suho duduk diapit oleh Tiffany dan Siwon di kanan kirinya. Anak itu menyodorkan permen kapas ditangannya kearah Tiffany dan Siwon bergantian, dua orang yang saat itu sedang sibuk dengan pikiran mereka sendiri atau Tiffany yang menatap sebuah keluarga kecil seperti mereka yang sedang bercengkrama dengan akrab. Lalu kenapa mereka kelihatan serasi bersama? Tiffany tersenyum miris.

“Appa Eomma aaaa…”Suho membuka mulutnya lebar lebar selagi menggoyang – goyangkan permen kapasnya diantara Tiffany dan Siwon.

Tiffany menatap Suho yang sedang meringis penuh harap kemudian ia melirik Siwon yang hanya terdiam ditempatnya.

“Suho-ah makan saja, jangan macam macam.” peringat Siwon. Wajah Suho yang tadinya ceria berubah murung dalam sekejap. Tiffany mengambil alih suasana yang tiba tiba mencekam. Ia mengusap kepala Suho, tersenyum sumringah, ” gwencana Eomma bisa melakukannya bersamamu, ayo cepat aaaa.”

“Andwae, Suho maunya Eomma dan Appa !”Suho ngotot, Tiffany bersiap membujuk Suho namun Siwon membungkamnya tiba tiba.

“Suho jangan memaksa Appa memenuhi keinginanmu yang tidak jelas itu!” bentaknya meninggi.

Tiffany terkejut dengan Siwon yang tiba tiba berkata kasar pada Suho. Tiffany menahan keinginannya untuk mendebat Siwon tatkala menyaksikan genangan dipermukaan mata Suho. Bibir bawah anak itu maju beberapa senti, wajahnya berkerut – kerut. Terdengar pula isakan kecil yang memantul didalam dadanya. Suho menepak langkah dihadapan Siwon.

“jahat!!!Appa jahat!” teriak Suho hingga urat lehernya tertarik. Lalu sepasang kaki mungil anak itu terkayuh begitu pesatnya. Tiffany terperangah menatap kepergian Suho. Ia hendak berlari, namun selangkah meninggalkan tempat Tiffany bergeming menyaksikan Siwon tidak juga beranjak, bahkan tatapannya tenang seolah tidak terjadi apa – apa.

“Ayo oppa kejar Suho!” desak Tiffany ingin sekali menarik tangan Siwon, bahkan lelaki yang duduk dihadapannya kini memalingkan wajah saat ia berbicara!

Tiffany berdecak kesal, “kau patung atau manusia! Huhhh!.” sembur Tiffany tidak percaya.

“Tidak ada gunanya berbicara denganmu.” Tiffany menatap dingin bercampur putus asa. Tiffany berbalik melangkah pergi, ia menatap sekitar, belum sempat langkahnya berpacu kearah kiri, seseorang mencengkram lengan kanannya dari belakang, “Tiffany.”

Tiffany berbalik malas bercampur panik gelisah, mau apa lagi dia?

“Biarkan saja.”

“Biarkan saja apa maksudmu??”

Tiffany meronta, berusaha lepas dari cengkraman Siwon, namun sial rupanya tenaga lelaki jauh lebih kuat dibanding wanita.

Bola mata pekat Siwon memancarkan kekakuan, tidak ada bergerakan sama sekali. Pada akhirnya pertanyaan itu terucap dari bibir Siwon, pertanyaan tidak terduga yang membuat hati Tiffany hancur berkeping – keping

“Kau yakin… Suho anakku?”

“M-mwo?” Tiffany mematung tidak tahu ingin menanggapi apa kata kata Siwon. Ia ingin menampar Siwon kalau saja bisa, kalau saja tangannya yang berharga bisa digerakkan untuk menyadarkan pikiran kotor lelaki itu. Pada akhirnya ketika tidak mampu berbicara, Tiffany hanya menangis, menangis sesangguk, menatap lelaki dihadapannya dengan mata berkilap kilap.

Siwon menghela napas jengah menyaksikan Tiffany yang mendadak berkabung dengan air matanya.

“Kau puas? Kau puas mengatakannya ?” ujar Tiffany penuh penekanan. Kedua tangannya mengepal disisi tubuhnya yang menegang.

Siwon yang bertahan dengan dugaannya, terdiam mengernyit.

“Baiklah kalau Suho memang bukan anakmu, kau mau apa huh???!!! Kau mau menceraikanku? Kalau begitu ceraikan, ceraikan aku detik ini juga!” tuntut Tiffany berteriak seperti orang gila, perempuan itu tidak memperdulikan lagi pandangan orang orang disekitar taman bermain ini tentangnya. Tiffany bergeleng menatap Siwon tidak percaya. Tiffany tidak menyangka usai kesepakatan mereka malam itu untuk menghantarkan Suho kedunia, Siwon malah berpikir bahwa dirinya ingkar janji.. Lalu itukah alasan kenapa Siwon bersikap dingin terhadap mereka selama ini?

Siwon menatap penuh pertimbangan, dengan wajah tenangnya ia berbicara, “Baiklah kalau itu maumu, tunggu surat cerai dariku, besok.”

Bukannya sedih kaget atau apa, Tiffany malah tertawa, Tiffany merasa dirinya bodoh, sangat bodoh.

“Itu terserahmu, suamiku…” Tiffany menyeringai, sungguh didalam hatinya yang miris, ia tidak punya rasa apa pun lagi. Tiffany bisa saja tahan melihat Siwon bermesraan dengan wanita lain tapi tidak jika itu menyangkut pengakuan atas nama anak mereka, Suho… Suho dimana dia? Oh Tuhan!

Tiffany kelimpungan, ia tidak lagi memperdulikan reaksi Siwon. Tiffany mengayuh langkah tidak tentu arah, Tiffany berlari mencari cari Suho namun sejak tadi ia kehilangan jejak anak itu. Tiffany bergeleng geleng ketika desakan air matanya serasa berdesakan. Tiffany kalap, ia berteriak memanggil manggil nama Suho ditengah kerumunan orang.

“Eomma!!!” suara anak kecil seolah sedang memanggilnya, Tiffany menoleh kesamping, ia yakin itu suara Suho.

“Eomma.” dan benar firasatnya, dia adalah Suho dan kini anak itu berlari mendekatinya, tampak tungkai plastik bersama lelehan kembang gula masih ada didalam genggamannya, Suho datang bersama seorang wanita setengah baya yang baik hati, tampak senyumnya ramah sekali. Tiffany membungkuk terima kasih kepada wanita yang kira kira berkepala empat dihadapannya.

“Ghamsahamnida, maafkan aku dan Suho sudah merepotkan anda.” Tiffany menatap dengan sorot mata penuh genangan likuid.

“Ani, tidak apa- apa, sepertinya Suho menyadari suaramu saat berteriak tadi. Setelah ini kau harus menjaga anakmu baik baik ya.”

Tiffany mengusap wajah Suho, menggendong lalu menciumnya, “Ne aku akan mengingat pesan anda nyonya, sekali lagi terima kasih.” Tiffany menundukkan kepalanya sebagai rasa syukur.

“Eomma, ahjumma berkata padaku bahwa aku tidak boleh marah pada kalian. Appa dan Eomma menyayangi Suho kan?” Suho tersenyum meringis, Tiffany mengerti Suho tengah menunjukkan sosoknya yang ceria sekali pun tersisa raut penyesalan diwajahnya. Tiffany menanggapi senyuman Suho miris, “nde Suho-ah gwenchana.” Tiffany mengacak rambut bocah itu gemas.

“Tiffany.” tiba tiba seorang lelaki datang mendekatinya, praktis Tiffany memutar bola mata dan benar saja orang itu adalah Siwon.

Siwon menatap seorang wanita asing yang tadinya berbicara dengan Tiffany, Siwon memilih menggantung kata katanya diujung lidah, menatap Tiffany penuh isyarat lalu berbicara dengan intonasi rendah, “Masalah tadi kita selesaikan di rumah.”

Tatapan Tiffany berubah sengit, “Rumah siapa? Kau pikir setelah ini aku akan pulang ke apartemenmu? Tidak akan ! Ingat, setelah ini aku dan Suho akan pulang ke rumah Taeyeon eonni.” jawab Tiffany membeberkan rencananya untuk minggat ke rumah Taeyeon, sepupunya. Satu satunya keluarga Tiffany di korea ketika sebagian besar keluarga Tiffany memilih tinggal dan membangun usaha di jepang, tanah kelahiran ibunya.

Siwon terdiam mencerna kata kata Tiffany, “Sebelum ada kesepakatan final, tidak ada yang berubah, semua harus tetap sama. Termasuk dimana kalian akan tinggal.” putus Siwon.

Tiffany terkekeh, “kenapa ? Apa kau merasa kesepian kalau tinggal di apartemen seorang diri? ya sudah, undang saja wanita itu–”

“Tiffany !!” Siwon menyeru emosi. Sorot mata lelaki itu berapi api, suaranya sungguh mengejutkan Tiffany namun begitu Tiffany memilih tidak gentar sedikit pun.

“Apakah aku sudah boleh pergi?” suara wanita berwajah keibuan dihadapan mereka membuat situasi berubah canggung. Tiffany gelagapan merasa ia benar benar tidak sopan berdebat dihadapan wanita baik hati yang tidak tahu apa apa.

“Mianhae..” Tiffany membungkuk sesal. Wanita itu tersenyum, lalu ia mengelus kepala Suho yang baru saja Tiffany sadari bahwa anak itu ketakutan didalam gendongannya.

“Ternyata wajahmu mirip sekali dengan Appamu ya.”

Bukannya senang, Tiffany malah sakit hati mendengar penuturan wanita itu tentang Suho. Benarkah demikian?

“anak kalian pintar sekali, waktu tidak sengaja bertemu dengan Suho ditengah kerumunan, aku berinisiatif menanyakan nama orang tuanya dan Suho bisa menjawabnya dengan cepat, iyakan, nak?” wanita itu menatap Suho dengan mata berbinar binar, sontak bocah itu mengangguk yakin, “nde, nama ayahku Choi Siwon dan ibuku bernama Hwang Tiffany.” ucap Suho bangga dengan aksennya yang sedikit cadel.

Sayangnya Appamu tidak berpikir begitu, batin Tiffany menimpali dengan kejam yang entah bagaimana serasa begitu miris.

Usai wanita itu pamit lalu berjalan menyusul keluarganya, Tiffany menatap Siwon, lelaki itu mengalihkan pandangannya seolah bosan dengan peristiwa yang berlangsung didepan matanya sejak tadi, entah… Mungkin ia hanya mencoba mengingkari kata kata wanita tadi. Tiffany memilih tidak perduli. Ia berdehem.

“Kami pulang dulu. oh ya aku akan sangat menanti surat itu darimu.” Sekilas Tiffany menangkap Siwon menyeringai, bahkan lelaki itu tidak menatapnya saat ia berbicara tadi, oh.. Jadi selain dicampakan, ia sudah tidak dihargai lagi, tapi kalau dipikir pikir Siwon memang tidak pernah menghargainya.

“Aku hanya akan memohon sekali.” ucap Siwon tiba tiba, “Kita pulang kerumah bersama.”

“Tidak!!” tolak Tiffany mentah mentah.

Siwon menghembuskan napas kasar, “Baiklah kalau itu keputusanmu, jadi sekarang terserahmu.”

“Ya sudah kalau begitu, kau pikir aku sudi berlama lama disini, cihh.” emosi Tiffany semakin menunjukkan kesiapannya untuk meledak seperti bom atom. Matanya menatap penuh ketajaman dan isyarat mewanti wanti, tatapan itu ialah terakhir kalinya Tiffany mengucapkan salam perpisahan sebelum ia pergi meninggalkan Siwon yang hanya diam terpaku ditempatnya.

……..

Suho tertidur begitu nyenyaknya diatas ranjang king size, ranjang empuk sebelum Tiffany memutuskan menikah dengan Siwon. Tiffany berbaring disampung Suho, memiringkan posisi menghadap Suho yang tengah sibuk menyusuri alam mimpinya dengan wajah damai. Ya, Disinilah mereka sekarang, berlindung dibawah apartemen Taeyeon, dan kembali menempati kamar ini, kamar Tiffany sebelum pindah ke apartemen Siwon, bahkan sepertinya Taeyeon belum menyentuh kamar ini sama sekali, beberapa figura dan poster aktor kim woo bin, aktor favorit Tiffany masih tertempel diberbagai sisi dinding, warna cat tembok pink pastel yang belum berubah bahkan baju – baju Tiffany masih utuh didalam lemari… Tiffany berpikir, mungkin hatinyalah yang dalam hal ini tidak utuh lagi, seseorang diluar sana sukses menghancurkannya. Tiffany bergeleng berusaha tidak ambil pusing. Biarlah mungkin janji suci pernikahan mereka harus berakhir seperti ini. Lagi pula mereka hanya dijodohkan paksa, tahu tahu keluarga Choi Siwon datang ke rumah orang tuanya di jepang hanya untuk melamar seorang gadis bernama Hwang Tiffany, gadis yang masih ingin mengejar mimpi mimpinya di korea menjadi seorang aktris berprestasi. Tiffany harus memasrahkan diri mengubah marga menjadi Nyonya Choi, hanya karena keluarga Siwon yang kaya raya itu mengiming imingi investasi yang berlimpah atas perusahaan ayah Tiffany, rekan bisinis sekaligus sahabat ayah Siwon, tentu dengan catatan Tiffany harus bersedia dipersunting oleh Siwon. Keluarga Tiffany yang gila harta terus memaksa. Keluarga Tiffany sangat berambisi mengembangkan bisnis konveksi mereka hingga ke manca negara, mereka sangat menginginkan investasi menjanjikan itu. Dan Tiffany yang tidak tahu menahu mulai bertaya tanya kepada rumput yang bergoyang, kenapa dirinyalah yang harus menjadi tumbal ?!!!

Baiklah lupakan.

Tapi tidak bisa… Sialnya Tiffany tidak bisa memejamkan mata karena terus memikirkan si brengsek itu.

Dahulu kala Tiffany berpikir ia bisa menerima dan mencintai Siwon seiring berjalannya waktu. Sebagai seorang wanita, Tiffany sangat ahli melakukannya, ia berusaha mencintai Siwon menerima kelebihan dan kekurangan suaminya. Tiffany berhasil menumbuhkan perasaan itu namun apa daya serupa dengan kata pepatah, untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, begitulah nasib Tiffany, rupanya Siwon sudah punya kekasih. Sekarang lelaki itu malah berbalik menudingnya, Tiffany benar benar tidak bisa menerima tudingan itu, ya meskipun Tiffany juga pernah memboyong lelaki bayaran bernama Kyuhyun ke apartemen mereka untuk balas dendam, tapi kepura puraan itu tidak berarti apa apa. Tiffany rela menahan sakit ketika Siwon menerobosnya untuk pertama kali, ia sudah mengandung sembilan bulan, melahirkan normal bahkan mempertaruhkan nyawa demi Suho, anak Siwon ! Tiffany sudah berbuat sejauh itu untuk memenuhi desakan keluarga Siwon agar mereka segera memiliki keturunan, kalau Siwon tidak amnesia mereka juga sudah menyutujui kesepakatan untuk menghadirkan Suho demi keluarga Choi, sekarang bagaimana mungkin lelaki itu berbicara seenak jidatnya!

“Appa.. Appa..” Suho menggeliat gelisah dalam tidurnya, segera Tiffany memeluk anak itu dan menepuk punggungnya.

“Appa dimana, Eomma? Kenapa Appa tidak disini?” Tiffany menatap Suho yang sepertinya ketakutan, besar kemungkinan Suho baru saja mengalami mimpi buruk. Ketika biasanya mereka bertiga tidur dalam satu ranjang kini tidak lagi. Tiffany menduga hal itulah yang menjadi penyebab kegelisahan Suho.

Tiffany membasuh keringat dikening Suho, “Tidurlah sebentar lagi Appa menjemput kita.” bohong Tiffany sedikit muak memikirkan cerita palsu yang baru saja diumbarnya.

“Eomma Suho bermimpi Appa diculik wanita rubah.” Suho mengadu, tatapannya berubah sendu.

Tiffany menghela napas, otaknya berotasi menyusun kalimat yang bisa menenangkan Suho. Tiffany bingung sendiri, Kalau saja bisa Tiffany ingin menanggapi : sudahlah biarkan saja Appamu diculik wanita rubah, toh dia juga tidak pernah perduli dengan Eomma, bahkan anaknya sendiri !

………..

Ditempat yang berbeda…

Bunyi remasan kertas didalam genggamannya tidak henti hentinya beradu. Siwon menggeram dibalik mejanya, beberapa kali ia bersadar dibalik kursi berputarnya, mengacak rambut frustrasi hingga memukul meja tanpa sadar. Ia melempar bulatan kertas yang baru saja menjadi korban luapan amarahnya. Siwon membasuh wajahnya kasar, isi paket itu… Kenapa harus sekarang? Siwon begitu menyesal kenapa sang pengirim paket yang bernama Kyuhyun itu baru sekarang mengiriminya paket yang salah satunya berisi selembar surat pengakuan… Kalau saja selembar surat itu, selembaran yang kini berubah menjadi seonggok gumpalan dilantai, bisa diterimanya kemarin dulu, Siwon tidak akan sampai berkata sekasar itu pada Tiffany di taman bermain. Perempuan itu pasti marah besar sekarang.

Siwon puluhan kali menyangkal perkataan temannya yang mengganggap bahwa ia terlalu posessive terhadap wanita, namun Siwon selalu mengingkari pendapat itu, kini usai kebodohan yang dilakukannya di taman bermain, Siwon pun sedikit menyadari bahwa sifat posessive dalam dirinya sudah mendarah daging hingga bisa berkata seperti itu, yang sungguh kata katanya kepada Tiffany tentang Suho sangat diluar akal sehat.

Kyuhyun berkata bahwa ia sudah menikah dengan kekasihnya yang bernama Seohyun, dan selama ini hubungannya dan Tiffany semata mata hanya hubungan pekerjaan, Kyuhyun bersumpah bahwa dirinya dan Tiffany tidak pernah melakukan apa apa, Kyuhyun hanyalah lelaki bayaran bahkan Kyuhyun juga mengirimkannya surat kontrak kerja menjadi pacar bayaran yang memperlihatkan tanda tangan Tiffany disana, kyunyun juga menyelipkan foto pernikahannya sengan Seohyun, tidak hanya itu didalam surat Kyuhyun menyelipkan sebuah pulpen hitam yang ternyata didalamnya memuat rekaman curahan hati Tiffany yang direkam Kyuhyun secara diam diam, dan sekarang rekaman itu ada didalam kepalan tangan Siwon.

Siwon termenung, usai beberapa saat berkelut dengan pikirannya, Siwon menekan tombol play diujung pulpen, Siwon menghantarkan benda itu ketelinga guna mendengarnya lebih seksama. Persis desahan napas Tiffany terdengar untuk pertama kalinya.

“Huftt ya sepertinya aku mencintainya, suamiku sendiri tapi dia sudah punya wanita lain, aku tidak suka melihatnya bersama wanita itu.. Aku ingin cintaku seimbang seperti pasangan pada umumnya. Kau tahu kyu, Pertama kali melihat wanita itu bersikap manja pada Siwon aku jadi iri, aku berpikir untuk menyewamu sebagai pacar bayaran untuk menarik perhatiannya tapi Siwon malah semakin menjauh… Tapi sudahlah, aku yakin suatu saat nanti cinta ini akan terbalas.”

Jemari Siwon berubah lemas, pulpen rekaman yang baru saja didengarnya jatuh memantul dilantai, Siwon terselungkup lemas diatas meja. Lelaki itu terkulai oleh sensasi keputusasaan.

Tiffany… Suho… Nama mereka terngiang ngiang, nama istri dan anaknya yang sudah ia campakan begitu saja…

kalau saja malam itu Tiffany tidak membawa Kyuhyun ke apartemennya, Siwon tidak akan sesalah paham ini sampai menganggap Suho anak orang lain… Sungguh bodoh!

Malam itu Siwon baru saja pulang dari kantornya, ia sudah mempersiapkan sebuah kalung untuk Tiffany, bagaimana pun Siwon ingin memperbaiki hubungan mereka yang bagaikan terpisahkan oleh dinding tidak kasat mata. Siwon ingin membuang masa lalunya dan memulai masa depannya dengan Tiffany namun apa daya, Siwon tiba tiba saja dikejutkan oleh Tiffany yang sedang memasak di dapur dan seorang pria yang berdiri memperhatikannya dari samping, mereka tertawa dan saling bersuap suapan. Siwon sesak napas dalam hitungan jari. Ia ingin mengamuk dan meninju lelaki bernama Kyuhyun yang seingat Siwon pernah beberapa kali bermesra mesraan dengan Tiffany didepan matanya, tapi saat itu Siwon sedang tidak mau ambil pusing. Dulu kondisinya berbeda dengan sekarang. Sekarang Siwon sudah bertekad ingin memperbaiki hubungannya dengan Tiffany, dan itu berarti ia harus segera menyingkirkan penghalang diantara mereka. Siwon sudah tidak sanggup menahan amarah yang meluap luap, Baru saja akan memulai aksinya menghajar lelaki itu, langkahnya terhalang maju, sejenak pendengarannya menangkap percakapan aneh diantara Tiffany dan lelaki itu.

“Heii Aku juga punya kan yang bentuknya seperti cabai merah itu.” tunjuk sang lelaki bernama Kyuhyun kearah buah lonjong berwarna merah menyala yang samar samar dipegang Tiffany.

“Punyamu lebih besar ?!!”

“Oh ya?” Kyuhyun memajukan wajahnya penasaran.

“Tentu, aku kan sering mengulumnya.”

Tiba tiba lelaki itu terkekeh, “Begitukah menurutmu? Aku kan berbicara tentang bentuknya, kalau soal ukuran jelaslah punyaku lebih besar… dan lebih manis pastinya.”

kemudian mereka saling menatap dan tertawa bersama.

Pikiran Siwon berkelana, bayangan bayangan gila terlintas. Lelaki itu membeku dibalik sekat dinding ketika menemukan satu kesimpulan. Kesimpulan yang cukup disimpannya seorang diri.

Dan sekarang Siwon baru mengetahui yang sebenarnya dari pengakuan Kyuhyun. Tiffany sangat menyukai permen manis berbentuk cabai, Kyuhyun mengaku bahwa ia mengelola usaha toko yang menjual permen berbagai bentuk termasuk permen berbentuk cabai berukuran besar. Kyuhyun juga mengirimkannya kepada Siwon sebagai permintaan maaf…

Semua ini belum terlambat, Tiffany masih berstatus istrinya. Keyakinan itu mencuat didalam dadanya, Siwon yakin cepat atau lambat Tiffany pasti bersedia memaafkannya apabila ia mengaku bahkan Siwon rela berlutut dihadapan Tiffany dan Suho kalau perlu!

Siwon bangkit dari tempat duduknya, satu satunya tempat yang terbersit dipikirannya ialah rumah Taeyeon. Siwon menyambar kunci mobil lalu berlari kearah pintu, sesampainya didepan pintu apartemen dan membukanya Siwon terlonjak oleh seorang wanita yang kentara sedang mondar mandir didepan pintu yang baru saja terbuka.

“Apa yang kau lakukan disini?” Siwon menatap curiga seseorang itu yang ternyata adalah Shim Chaerim, kekasih bersenang senangnya dulu, sesungguhnya Siwon muak dengan wanita itu, melihat wajah wanita itu mengingatkannya ketika Tiffany beberapa kali menangis melihatnya bermesra mesraan dengan sang wanita bernama chaerim.

bukannya menjawab chaerim malah balik bertanya, “Kau mau kemana? Sepertinya buru buru sekali?”

Siwon berdecak, “Minggirlah, aku tidak ada waktu meladenimu.”

Siwon membanting pintu hingga menutup sempurna.

“Hmm kau mulai mengabaikanku?”

Langkah Siwon tertahan oleh intonasi chaerim yang penuh peringatan.

“Kau ingat tidak ? Kartu matimu ada ditanganku.” Chaerim mendekati Siwon lalu bergelayut manja diatas bahu lelaki itu.

“Berani macam macam kau akan berakhir. Termasuk istrimu… bagaimana kalau dia sampai mengetahuinya hmm? So, jangan macam macam denganku.” Chaerim menghirup lekukan leher Siwon lalu berbisik, “Siwon-ya temani aku malam ini.”

Chaerim tidak juga menyerah, jemarinya menari – nari dan berpindah menuju wajah Siwon, “Ayolah Oppa..” ia membujuk dengan suaranya yang agak mendesah. Siwon menepis tangan wanita itu lalu mendorong tubuhnya kasar.

Chaerim sedikit terhunyung. Decakan lidahnya melambangkan ketidak sukaan. Perempuan itu mengibaskan poninya dengan pogah.

“Jangan muncul didepanku atau Tiffany.” Peringat Siwon tanpa menatap wanita itu. Siwon beranjak pergi  tanpa menengok kearah Chaerim. Siwon memasuki lift hingga punggungnya menghilang termakan pintu lift yang bergeser menutup.

Sementara Chaerim tinggal disana, berdiri menatap kepergian Siwon dengan napas tersenggal – senggal menahan amarahnya yang membuncah. Chaerim tergelak sengit. Bagaimana ini bisa terjadi… Siwon baru saja menolaknya dan itu berarti Siwon sudah berani menginjak – injak harga dirinya. Chaerim menghentakkan sebelah kakiknya kesal. Siwon harus merasakan sebuah pembalasan atas penghinaan ini !

………………

Berada didepan sebuah pintu apartemen, Siwon menekan bell berkali – kali. Terhitung empat kali ia memencet benda itu secara berturut turut namun belum ada reaksi dari dalam. Siwon berdecak menyanggah tubuhnya dengan kedua tangan yang menjulur ketembok, Siwon hampir saja membenturkan kepalanya, andai pintu itu tetap menutup.  Siwon menoleh penuh harap mengalihkan perasaan kacaunya menuju pintu yang akhirnya ditarik dari dalam.

“Taeyeoni-ssi.” Sang Nyonya rumah belum berbicara namun Siwon lebih dulu menghadangnya.

“Siwon- ssi?” Wanita bermata seperti bulan itu mengernyit. Siwon tidak mau basa basi lagi, Ia langsung menjejali Taeyeon dengan kegusarannya.

“Tiffany dan Suho didalam? Apakah aku boleh bertemu dengannya?! Kumohon Taeyeon-sii izinkan aku bertemu mereka saat ini!” pinta Siwon tidak sabaran. Taeyeon bahkan belum sempat bertanya apa – apa. Sikap Siwon yang seperti ini membuatnya bertambah bingung. Ya, Taeyeon memang mengetahui bahwa Tiffany baru saja bertengkar dengan Siwon, hanya sebatas itu, diluar hal tersebut Ia tidak tahu menahu soal masalah keduanya.

“Y-ya, mereka didalam tapi—“ Taeyeon gelagapan, sulit mencari sebuah kata untuk menghalau pergerakan Siwon. Lelaki itu menerobos begitu saja bahkan sebelum Taeyeon menyelesaikan kalimatnya.

Siwon langsung mendatangi kamar Tiffany. Siwon tahu persis dimana kamar Tiffany karena didepan sebuah pintu kamar, foto dan name tag Tiffany terpampang jelas. Siwon juga beberapa kali datang kemari dan Siwon tahu kamar Tiffany tetap disana.

Pintu menjeblak. Siwon masuk kedalam. Tampak seorang gadis sedang berbaring diatas ranjang selagi mendekap seorang bocah lelaki. Siwon bernapas lega menatap anak istrinya dalam keadaan baik – baik saja.

Tiffany terkejut menatap kedatangan seorang lelaki yang baru saja menerobos kamarnya. Tiffany melepaskan Suho dari dekapannya lalu mengubah posisi dari berbaring menuju duduk.

“Tiffany.”

Leher Tiffany serasa tercekat. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada Siwon. Tiffany yakin ia tidak bermimpi sekarang. Siwon… memeluknya?

“Tiffany mianhae, maafkan aku atas segala yang kulakukan. Semua perkataanku di taman bermain dan.. dan semua perbuatanku selama ini yang menyakiti hatimu, aku benar – benar minta maaf.” Siwon mengencangkan dekapannya, mencium kepala Tiffany, menghirupnya tungkai hitam rambutnya. Siwon ingin melakukan segalanya, menjamah yang selama ini jarang disentuhnya.

“Oppa, kau membuatku bingung, ada apa dengan semua ini? kenapa tiba – tiba kau berubah? mengertilah,  aku tidak bisa memikirkan apa pun ketika langit dan bumi  saling beradu, Oppa.” Tiffany berusaha lepas dari dekapan Siwon, namun lelaki itu menekan kepalanya kuat hingga Ia tidak bisa berkutik. Untunglah Suho tatep terjaga ditengah keributan ini.

Siwon melonggarkan pelukannya, menatap Tiffany dengan mata keteduhan, “Tiffany, lupakan perkataanku di taman bermain. Aku ingin memulai denganmu lagi dari awal. Kita akan bersama – sama membangun keluarga kecil kita yang bahagia, aku janji tidak akan mengulangi perbuatanku di masa lalu. Kuakui aku cemburu melihat hubunganmu dengan Kyuhyun, kalian tampak begitu akrab, ya meski pun awalnya perasaanku biasa saja, tapi lama – kelamaan aku tidak tahan menyaksikan kedekatan kalian.”

“Lalu bagaimana dengan aku?” suara rendah penuh ketajaman milik Tiffany seketika meremas jantung Siwon. Tentu Siwon mengetahui dengan pasti kemana arah pembicaraan Tiffany.

“Bagaimana denganku? Menurutmu bagaimana perasaanku saat melihatmu dengan wanita itu.”

Bibir Siwon kelu namun Ia berusaha menjawabnya, “Aku… aku juga merasakannya Tiffany, sama sepertimu.”

“Tidak Oppa.” Potong Tiffany, “Perasaanku jauh lebih sakit.”

Siwon menarik napas  dalam dalam. Ya, Tiffany benar. Pengakuan Tiffany barusan meremukkan tubuh Siwon dalam sekejap mata. Lelaki itu lemas tidak bertenaga seolah raganya hancur membayangkan bagaimana sakit yang diderita Tiffany selama ini.

Tanpa memperdulikan penolakan Tiffany, Siwon meraih kedua tangan perempuan itu, menggenggamnya ketengah tengah mereka. Siwon berupaya membangun tatapan dengan Tiffany, sontak perempuan itu berpaling membuang wajahnya kesamping.

“Lalu apa yang harus kulakukan Tiffany, aku benar – benar ingin membangun semuanya denganmu.” Pinta Siwon sungguh sungguh. Tiffany menarik napas lalu memberanikan diri menatap wajah Siwon.

“Lupakan wanita itu.”

“Aku sudah melupakannya.”

Genangan yang tertahan didalam mata Tiffany akhirnya menetes – netes, Ia menyeka lelehan itu dengan kasar, “Lalu kenapa tidak dari dulu? Kenapa baru sakarang, huuh?”

“Itu… ada sesuatu…” Siwon menundukkan wajahnya. Tiffany merasa sikap Siwon menggelikan. Sesuatu?

“Mwo-ya?” Tiffany tergelak miris.

“Tiffany, kau belum siap mendengarnya.”

“Aku siap, sangat siap.” Pangkas Tiffany melawan prasangka Siwon yang tidak beralasan itu.

Siwon merenung sejenak lalu menatap Tiffany, “Baiklah kalau itu maumu, tapi kau harus ingat disini ada Suho.”

“Tidak masalah.”

“Bagimu tidak masalah.” Siwon menimpali kemudian menarik pergelangan Tiffany, “Sekarang ikut aku.”

Tanpa perlawanan dari Tiffany, Siwon membawa perempuan itu menjauh dari Suho. Mereka berpindah menuju sudut kamar. Usai berhadapan, Siwon menggenggam bahu Tiffany, merapatkan jarak diantara mereka.

“Aku punya masalah dengan wanita itu, yang membuatku harus terikat dengannya.” Siwon sedikit ragu. Helaan napasnya berhembus kasar sebelum menambah, “Wanita itu bernama Shim chaerim. Ayahnya adalah pemilik saham sebuah media bisnis terkenal, kau tahu kan. Bisinis bisa saja jatuh hanya karena isu media.”

Tiffany mengernyit, sementara Siwon menyusun kata dikepalanya, menatap Tiffany lamat – lamat, “Ayah chaerim bernama Shim Changmin adalah orang kepercayaan ayahku, ayah chaerim keluar dari kongsi bisnis ayahku karena perbedaan pendapat dengan pemegang saham lain. Ayah Chaerim lalu bergabung menduduki posisi penting dalam star business media group. Berkali – kali Ia mengutarakan sejumlah ancaman yang bisa membocorkan rahasia perusahaanku. Dan jika kau ingin tahu, perusahaan kami mengeluarkan sejumlah uang hanya agar ayah chaerim tutup mulut.”  Jelas Siwon. Kemudian fokus pandangannya yang sempat berkelana, menajam.

“Bukan hanya itu aku juga  diancam Tiffany. Aku tidak tahu bagaimana lepas darinya. Chaerim selalu saja mengejar – ngejarku dan aku harus meladeninya demi nama baik perusahaan. Chaerim dan media dibelakangnya bisa saja merusak nama baik kami.”

Tiffany menahan sesak napas, Ia berusaha tenang namun tidak di pungkiri wajahnya memerah, “J-jadi perusahaan lebih penting untukmu? Lalu kenapa kau tidak nikahi saja chaerim?!”

“Karena aku tidak pernah menyukainya !” jelas Siwon, “Aku hanya berpura – pura menyukainya demi agar Ia tidak melakukan hal yang bisa membahayakan perusahaan.”

“Hanya itu?” Sorot mata Tiffany penuh selidik, mengentak Siwon,  “Dan keluargaku tidak pernah menyukainya. Mereka menyuruhku menikah agar Chaerim menjauh, tapi kenyataan Ia malah semakin berulah. Mianhae Tiffany, aku yang tidak becus menghadapi ini…”

“Kenapa? Kenapa kau tidak jujur padaku dari awal?” potong Tiffany tidak perduli.

“Jadi, aku harus jujur padamu kalau Chaerim terus mengejarku, dan kau akan apa?”

“Aku akan melabraknya saat itu juga?!”

Siwon menghela napas, “Itulah yang kutakutkan Tiffany, aku tidak mau kau berbuat nekad. Chaerim  akan menjadikanmu bulan bulanan media bahkan sampai menyeretmu kemeja hijau, kau lupa chaerim itu siapa. Belum lama ini Chaerim menjadi salah satu direktur publikasi dimajalah itu?!”

“Sudahlah ini memusingkan Oppa.” Tiffany menginterupsi. Mendengar penjelasan Siwon benar benar membuatnya sakit kepala.

Siwon kembali meraih kedua tangan Tiffany, menatapnya penuh keyakinan, “Tapi aku yakin semua ini akan berakhir Tiffany, aku akan memikirkan sebuah cara agar wanita itu pergi, tapi kumohon kau harus bersabar.”

Tiffany melepaskan tangannya dari genggaman Siwon, ia sedikit mengempaskannya.“Terserahmu lah.” Tiffany memandang sebelah mata.  Kedua tangannya berpindah menangkup wajah Siwon, “Oh ya, ngomong – ngomong aku belum memaafkanmu.” Peringatnya.  “Aku belum memafkanmu karena menganggap Suho bukan anakmu. Jadi apa yang membuatmu sadar? Hmm?”

“Aku bukannya tidak percaya sepenuhnya. Aku merasa Suho memang punya kemiripan wajah denganku tapi… percakapanmu dengan Kyuhyun membuatku ragu.”

Kagamangan menyelimuti pikirannya, tangan Tiffany yang menangkup wajah Siwon menjauh perlahan – lahan, “Mwo-ya? Percakapan apa?”

Siwon mengacak rambutnya, “Percakapan saat kau memasak didapur dengannya.”

“Apa sih? aku tidak mengerti.”

“Kau tahu soal permen cabai?”

Tiffany mengangguk pasti, “Tentu saja, permen itu yang selalu menemaniku ketika aku sedang sedih usai melihat wanita itu bermanja manja denganmu. Kyuhyun yang selalu membawakannya, kenapa memangnya ?”

“Iya ! gara – gara permen itu.”

“Lah, kenapa kau jadi menyalahkan permen?!” perempuan itu mengernyit bingung.

“Kalian membicarakan permen cabai didapur dan membuatku berpikir yang tidak – tidak !”

Tiffany menghela napas, “Lihatlah otakmu semakin geser, bahkan berbicara saja kau tidak becus ! buat aku mengerti ! Sekarang kenapa ucapanmu malah  semakin berbelit – belit ? Aku tidak sejenius yang kau pikirkan yang bisa menebak maksud  dari kata – katamu yang acak itu?!”

Menyusun kronologis kejadian itu matang – matang, Siwon menenangkan pikirannya sejenak, “Kau tahu bentuk permen cabai? Aku mendengar kalian membicarakan ukurannya, kau juga bilang bahwa Kyuhyun punya sesuatu yang bentuknya  mirip cabai yang  lebih besar dan manis?!  Kau juga sering mengulumnya !”

“Ya, memang kenyataannya begitu. Kyuhyun memang punya toko permen dan dia juga menyediakan permen berbentuk cabai. Terus masalahnya?”

“Tapi kalian tidak menyebut permen waktu berbicara. Kau tahu apa yang seorang pria pikirkan  ketika tidak sengaja mendengar percakapan anehmu itu?!”

Garis – garis yang tersusun dipermukaan dahi Tiffany membuat Siwon semakin frustrasi.

“Coba kau bayangkan sesuatu yang berbentuk lonjong seperti cabai, ukurannya besar, manis dan bisa dikulum—“ Siwon menggeram dalam hati. Penjelasan itu sudah tidak bisa ditahannya lebih lama.

“Aku merasa kau mempermainkanku, bagaimana pun juga masalah ini menyangkut keperkasaan !”

Hening. Sorot mata Tiffany menatap Siwon seksama, “Keper—kasaan?”

Napas Tiffany menyembur. Perempuan itu mengulum tawanya. Ia menatap Siwon sedikit canggung tapi semakin Ia memikirkan lelaki itu, gejolak didalam perutnya kian berdesakan. Hingga lolongan tawa membahana lolos dari bibir Tiffany yang terbuka lebar. Sesekali Tiffany menyumpal mulutnya sendiri dengan telapak tangan. Perempuan itu membungkuk – bungkuk selagi memegangi perutnya yang berguncang kegelian.

Siwon berdecak, “Kenapa malah tertawa?”

Bukannya menjawab, Tiffany malah kembali menertawakan wajah Siwon. Jadi selama ini…

“Eomma ! Appa !”

Tanpa sadar seorang bocah memperhatikan mereka berdua. Suho dengan rambut acak – acakan berdiri mengucek matanya. Entah sejak kapan Suho menyusul kedua orang tuanya kesudut kamar.

“S-Suho?” Siwon terperangah. Seketika Tiffany berhenti tertawa, meski pun sisa – sisa tawanya belum sepenuhnya menghilang.

“Tadi Suho mendengar Appa berbicara tentang permen. Apakah sekarang Appa membawakanku  permen cabai yang sering dimakan Eomma? Suho mau…” rengeknya penuh harap.

Tiffany bersimpuh mensejajarkan posisinya dengan Suho, mengelus kepala anak itu, “Berhenti memakan permen cabai itu lagi, Suho-ah.”

“Kenapa Eomma?” dengan wajah polosnya anak itu menatap sang Eomma.

Bingung sendiri, Tiffany memutar otaknya. Tiffany menatap Siwon sekilas lalu berpindah menatap Suho, “Errr.. kau tidak boleh memakan sesuatu seperti.. tempat asalmu sendiri, kan?”

Wajah Suho maju beberapa senti mencerna perkataan Tiffany. Anak itu menggaruk – garuk kepalanya bingung.

“Lupakan soal permen bodoh itu ! ayo kita pulang !” Tanpa permisi, Siwon menyerempet tubuh Suho kedalam gendongannya. Tiffany terkejut oleh perlakuan tiba – tiba itu.

Dan lagi, apa katanya tadi, permen bodoh?

“Yakk ! itu bukan permen bodoh ?! kau saja yang bodoh sampai berpikir seperti itu !” sembur Tiffany ketika Siwon berjalan menembus pintu kamar bersama Suho yang berada didalam gendongannya.  Bibir perempuan itu mencebik sebal. Tiffany merasa tidak punya pilihan lain, Ia berjalan menyusul Siwon.

Taeyeon yang tengah duduk diatas sofa selagi memainkan ponselnya menatap keluarga itu terheran – heran.

“Taeyeon-ssi, bolehkah jika aku membawa mereka pulang?” Siwon yang tengah menggendong Suho tiba – tiba berdiri dihadapannya dan Tiffany kemudian berdiri dibelakangnya terengah – engah.

Taeyeon menatap Tiffany bingung, namun begitu Taeyeon sadar bahwa Ia tidak punya hak sama sekali apalagi sampai ikut campur dalam masalah mereka.

“Ya, tentu.” Putus perempuan bereyes smile itu. Taeyeon berdiri menyambut mereka.

“Kalau begitu kami pergi dulu. Oh ya, Gomawo sudah menerima Tiffany dan Suho disini.” Siwon menundukkan wajah, sebagai isyarat mendalam.

“Oh, tidak apa – apa, lain kali jangan sungkan sungkan meminta bantuanku.” Taeyeon menggebu – gebu dengan tawarannya. Tiffany pun tidak bisa berkata apa – apa, karena sikap Siwon terlalu mendominasinya.

Pilihan Tiffany sekarang ini adalah pulang bersama Siwon. Dan Ia benar – benar melakukannya.

………

Senyum lebar tidak henti – hentinya merekah dari bibir tipis Suho ketika berbaring diapit oleh kedua orang tuanya, Tiffany dan Siwon. Suho menyatukan kedua tangan Tiffany dan Siwon lalu menautkan kedua tangan itu, setelah kemudian menaruh penyatuan jemari itu diatas perutnya. Kecupan Siwon jatuh menyentuh kening Suho. Anak itu tersenyum ketika pertama kali Siwon mengecupnya sebelum tidur disusul Tiffany yang mengecup pipi anak itu bergantian. Suho memejamkan matanya. Usai menghela napas lega, Suho mulai merasuk kedalam mimpinya.

“Tidur yang nyenyak sayang.” Tiffany mengusap rambut Suho, menenangkan anak itu. Tiffany sedikit hawatir Suho akan bermimpi buruk lagi seperti yang terjadi di rumah Taeyeon. Tapi sekarang kondisinya berbeda, mereka sekarang berada di apartemen Siwon.. tidak bukan lagi hanya kepunyaan Siwon, tapi juga kepunyaan keluarga kecil mereka.

Siwon menggapai tangan Tiffany yang sempat terlepas.  Siwon mengangkat kepala dan menyanggahnya dengan sebelah siku. Lelaki itu tersenyum menatap Suho yang terpejam damai, kemudian tatapannya berpindah mengamati wajah Tiffany.

“Apa lihat – lihat?” Tiffany menyelipkan nada tantangan, berbanding terbalik dengan wajahnya yang tersipu – sipu.

Seringai muncul dari bibir Siwon, lelaki itu hendak berbicara namun terpaksa kalimat yang berada diujung lidah ditelannya kembali mentah – mentah. Getar ponselnya diatas meja menghentak. Siwon mendesah dan memutuskan untuk berbalik badan menggapai ponselnya diatas meja samping ranjang.

Satu pesan diterima.

Dari sang ayah. Siwon mengernyit.

‘Siwon-ah, coba buka link dibawah ini penting !’

Saat membuka pesan itu Siwon menatap lekat – lekat layar ponselnya. Siwon mengubah posisinya, Siwon duduk dalam posisi menegang. Tiffany mulai bertanya – tanya dalam hati menyaksikan tingkah lelaki itu yang berubah tiba tiba.

“Sesuatu terjadi?” Tiffany memutuskan menghampiri Siwon, duduk disampingnya selagi memberi pijatan halus disebelah bahu kiri Siwon agar tidak terlalu menegang.

Tiffany semakin penasaran ketika mendengar napas Siwon berubah tidak stabil. Tiffany memajukan wajahya menatap layar persegi panjang didalam genggaman Siwon. Tidak bisa dipungkiri bahwa raut wajah Tiffany sama terkejutnya dengan Siwon ketika membaca satu persatu kalimat didalam layar.

‘Seorang petinggi Choi Group ternyata memiliki hubungan terlarang dengan seorang wanita berisial SCR, bahkan sang petinggi itu menghabiskan banyak uang perusahaannya demi wanita tersebut.’

“M-wo? Choi Group, SCR?” Tiffany bergumam tanpa sadar, mereka bersitatap dalam diam. Jangan – jangan…

‘Heboh ! Perusahaan Choi Group menggusur tanah milik panti jompo. Sejumlah aktivis menentang keras.’

‘Kasus sengketa tanah antara Choi Group dan yayasan panti jompo berujung bentrok, diduga manipulasi perusahaan?’

‘CSW petinggi Choi Group diduga mencampakan seorang wanita hingga depresi. Sang wanita mengancam bunuh diri.’

Jemari Siwon menggeser layar touch screennya kebawah. Rupanya tidak hanya satu berita akan tetapi berjejer beberapa arikel dibawah topik SCR tadi. Siwon mendesah ketika membaca satu – persatu judul artikel bodong itu, yang Ia ketahui bisa saja tersebar dimedia cetak maupun online. Ayahnya baru saja mengirim sejumlah berita, dan seperti biasanya berita itu berasal dari Shim Changmin yang secara langsung membeberkan bendera perang. Shim changmin akan mempublish salah satu berita itu kalau saja pihak Choi group tidak membayar sejumlah uang kepadanya. Untuk sementara ini rentetan berita itu belum tersebar dimedia, berita itu masih sebatas berada didalam situs rahasia perusahaan. Jelas Shim changmin mengirimkan sejumlah berita ke email perusahaan, yang apabila Choi group tinggal diam maka cepat atau lambat berita itu akan tersebar.

“Apakah berbahaya? Kenapa beritanya banyak sekali? Belum tersebarkan?” mata Tiffany membelalak lebar membaca satu persatu judul artikel didalam layar.

Siwon mendesah, “belum tersebar, ini masih berbentuk ancaman. Seperti biasa mereka menginginkan sejumlah uang,”

“Uang? Berapa banyak?” Tiffany menatap Siwon yang sibuk berpikir. Tiffany mengerjap menunggu jawaban lelaki itu.

“Ini tidak masalah Tiffany, aku sering mengatasi hal seperti ini.” jawab Siwon tidak tepat sasaran. Tiffany manggut – manggut. Tiffany tahu kalau Siwon tidak bersedia menyebutkan nominalnya berarti jumlah yang harus dibayarkan untuk membungkam seluruh ancaman itu pastilah banyak sekali.

“Baiklah kalau begitu kau harus beristirahat, besok pasti akan menjadi hari yang panjang untukmu.” Tiffany menepuk pelan punggung Siwon.

Siwon mengeluarkan topik mengenai berita itu dari ponselnya hingga menyisahkan halaman utama. Tiffany tidak sengaja melihat background ponsel Siwon. Itu… Tiffany mebelalak melihat background ponsel Siwon yang memperlihatkan posenya yang sedang terlelap.

“Yak, kapan kau mengambil foto itu?!” Tiffany menepuk bahu Siwon tidak terima karena selama ini ternyata Siwon mengambil fotonya diam – diam. Tiffany juga berusaha merebut ponsel Siwon tapi  lelaki itu buru – buru mengangkat tangannya, melakukan antisipasi agar Tiffany tidak bisa menggapainya.

“Pindah sana.” Usir Siwon memalingkan wajahnya menuju posisi kosong disebelah Suho.

“Tidak mau.” Tolak Tiffany, “Aku harus memastikan bahwa foto menyebalkan itu terhapus dari ponselmu !”

Siwon berdecak frustrasi, padahal Tiffany sendiri yang menyuruhnya beristirahat sebelum ini, tapi justru perempuan itulah yang menghambat segalanya.

“Baiklah, terpaksa akulah yang akan memindahkanmu.” Siwon mengembalikan ponselnya keatas meja lalu menyambar pinggang Tiffany juga lipatan kaki perempuan itu.

“Mwo !!!, apa yang—“

Tiffany menangkap gerak – gerik Siwon yang mencurigakan. Tiffany memutuskan pergi dari sana tapi sudah terlambat, Siwon  lebih dulu mengangkat tubuh perempuan itu dan menyebrang posisi dimana Tiffany seharusnya berada. Tiffany memukul dada Siwon dan mengoyang – goyangkan kakinya. Sialnya perlawanan Tiffany tidak berarti apa apa.

“Kita seperti pengantin baru saja.” Siwon meletakkan tubuh Tiffany dibawahnya. Siwon menjaga jarak, memiringkan posisi tubuhnya yang bersanggah dengan sebelah sikut. Meskipun tubuhnya kini berada ditepi ranjang, Siwon tidak gentar membelai rambut Tiffany yang mengkilap.

“Apa sih..” risih Tiffany ketika sorot mata Siwon menghantarkan pesan pesan terselubung.

“Stt… jangan berisik.” Telunjuk Siwon membungkam bibir Tiffany. Tiga detik setelahnya, jarak wajah mereka kian mengimpit. Tiffany semakin merasa bahwa sapuan napas Siwon membasuh keningnya.

“Ayolah sekali saja.” Tiba – tiba kalimat sejuta makna meluncur dari bibir lelaki itu. Tiffany memutar bola mata. Siapa yang mememerintahnya pindah posisi tadi kalau ujung ujungnya seperti ini ? Dialah Choi Siwon. Tukang berbelit – belit.

Bibir Tiffany berkedut merasakan sensasi kehangatan bibir Siwon, tinggal sejengkal lagi Siwon menciumnya, jemari Tiffany membangun sekat diantara penyatuan yang nyaris itu. Tiffany berujar pelan, “Tunggu, ini terlalu sempit.” Tiffany sedikit mendorong dada Siwon, agar ia punya cukup ruang untuk bergerak. Tiffany berpindah menggeser tubuh Suho. Anak itu menggeliat dan merengek tidak suka, Tiffany menenangkannya sebentar hingga anak itu mulai hanyut lagi kedalam mimpinya.

“Cepatlah sebelum Suho bangun.” Tiffany menggeser posisi agar Siwon lebih leluasa,  menutup matanya dan menunggu Siwon melakukan sesuatu.

Siwon memanfaatkan kesempatan itu dengan baik. Malam ini Siwon memastikan bahwa mereka akan menggapai dan menyatu bersama – sama.

…………..

Pagi  pagi sekali Siwon menikmati sarapan dimeja makan bersama Suho dan Tiffany. Suho, anak itu mulai berceloteh karena hari ini adalah hari pertama Suho memasuki lingkungan barunya di taman kanak – kanak. Tiffany manggut – manggut mendengar Suho berceloteh panjang lebar dengan mata berbinar binar membayangkan sesuatu, sesekali anak itu berangan angan mengimajinasikan teman barunya nanti. Sementara Siwon mengacak rambut Suho bangga karena putera kecilnya itu kelihatan bersemangat hari ini. Tiffany sepertinya  tidak terlalu memperdulikan mereka, Ia lebih tertarik menghabiskan makanannya. Maklum, dulu sebelum menikah Tiffany tengah merintis karinya sebagai aktris , kerasnya dunia hiburan korea menututnya untuk memiliki tubuh proporsional, sekarang semenjak lahirnya Suho ke dunia, Tiffany tidak terlalu memperhatkan hal hal seperti diet ketat yang menyebalkan.

“Aku pergi dulu ya sayang.” Siwon mencium kening Tiffany ketika mereka sudah sampai di pintu. Siwon berangkat lebih dulu ke kantornya sementara Suho sejam lagi. Setelah ini Tiffany tahu dia harus mengganti kaos oblong dan celana pendek dengan busana yang lebih anggun, Tiffany harus mengantar Suho ke sekolah barunya. Suho..  sekarang anak itu sedang serius menonton kartun larva.

“Awas ya jangan melirik wanita lain.” Tiffany mengalungkan lengannya diseputar leher Siwon, mengecup bibir lelaki itu kilat.

Siwon menarik pinggang Tiffany mendekat kearahnya hingga tubuh mereka saling berhimpit satu sama lain. Tiffany menggigit bibir bawahnya merasakan bagian bawah Siwon bangkit dan menusuk – nusuk kewanitaannya. Mungkin semalam belumlah cukup bagi lelaki itu.

Siwon menempelkan bibir mereka, lebih dalam. Seiring berjalananya waktu Siwon semakin menggali penyatuannya, mendesak tubuh Tiffany hingga terhuyung kebelakang. Siwon menahan punggung Tiffany. Tiffany menetralkan napasnya ketika Siwon mengakhiri sentuhan dini pagi itu.

“Lalu apalagi yang kau inginkan?” tantang Tiffany. Siwon menangkup wajah Tiffany dan membenturkan kening mereka, “Jawab aku, saranghae Tiff,”

Bibir Tiffany menunjukkan lengkungannya perlahan, Ia tersipu – sipu membalas tatapan Siwon yang kurang dari senjengkal menjangkau wajahnya.

“Saranghae.” Ulang Siwon.

Senyum Tiffany merekah, ia pun menjawab, “Hmm Nado Oppa.”

Dari pintu apartemen Tiffany melambai – lambaikan tangannya, Siwon membalas lambaian itu. Tiffany terus berdiri diambang pintu, mengamati kepergian Siwon yang perlahan tubuh leleki itu menghilang ditelan oleh sekat dinding.

…………

Bersama jejeran Eomma yang lain Tiffany duduk diatas kursi memanjang. Selagi menunggu Suho yang tengah bermain didalam kelas nol kecilnya, Tiffany sibuk bercakap dengan mereka atau paling tidak mendengarkan mereka bercerita mengenai tingkah anak mereka menghadapi sekolah baru. Ada yang sampai menangis bahkan sampai mencoba kabur. Tiffany tertawa konyol. Untunglah Suho tidak rewel seperti itu. Ada kebanggaan tersendiri dalam diri Tiffany karena ternyata Suho mewarisi sifatnya yaitu tidak suka merepotkan orang lain. Ehm.. tapi Tiffany pun tidak mau jika Suho juga mewarisi otak sesat Appanya yang suka berpikiran macam – macam, semoga saja tidak.

Ponsel didalam tas tangannya bergetar. Tiffany menyeret resleting kesamping, meraih ponselnya. Sebuah message.

‘Kau harus berpikir dua kali setelah melihat ini, kartu mati suamimu… tidak dia kekasihku. SCR.’

Tiba – tiba Tiffany mual membaca pesan dari seseorang berinisial SCR itu. Selain dikirimi tulisan tidak penting terdapat pula sejumlah foto. Foto – foto dua orang yang sepertinya saling bepelukan. Tunggu. Bola mata Tiffany berubah kaku. Kelopaknya terbuka lebar – lebar. Tiffany mengamati dengan seksama. Didalam sana, Siwon bersama seorang wanita, saling berpelukan, gambar – gambar tidak seronoh tersebut tidak hanya satu tapi dua.. tiga.. atau lima ? entahlah paling tidak dari sebagian besar pose, tampak jelas wanita itulah yang lebih dulu menyosor tubuh suaminya.  Menggelikan.

‘Temui aku di cafeteria bluemoon, sekarang juga. Meja nomer 9’

Tiffany sedikit hilang kesabaran. Wanita rubah itu benar – benar menantangnya. Tiffany melirik pusaran waktu dipergelangan tangannya. Tersisa satu jam lagi kelas Suho akan berakhir. Tiffany menyeringai. Mungkin… Ia bisa mamanfaatkan waktu luangnya sekarang untuk setidaknya menepis rasa bosan.

Lima belas menit kemudian Tiffany sudah tiba disana. Pertama kali yang dilakukannya ialah menatap sejumput orang yang tengah sibuk dengan kegiatan mereka. Di meja nomer 9, Tiffany memicing melihat seorang wanita (sok) seksi tengah menelpon seseorang sambil tertawa – tawa. Tiffany yakin dari wajahnya yang menyebalkan ia langsung mengenali bahwa wanita itu adalah Shim Chaerim.

Tiffany duduk bersilang dihadapan wanita itu tanpa perlu basa – basi, “Jadi apa yang ingin kau katakan?” kelopak mata Tiffany mengerjap malas. Tiffany menopang wajah memperhatikan Chaerim yang mengakhiri panggilannya selagi menatap sinis.

“Cepatlah katakan aku buru – buru.” Pinta Tiffany, suaranya menggema bosan.

“Aku dan Siwon, kami sangat dekat. Dulu sejak orang tua kami bersahabat dan menjalin kerja sama, aku dan Siwon selalu pergi sekolah bersama – sama dan sampai sekarang pun kami selalu menghabiskan waktu bersenang – senang.” Ungkap Chaerim. Tiffany mencebik tidak suka. Tiffany benar – benar muak dengan wanita itu. Terpampang jelas bahwa Ia sengaja membusungkan dadanya yang besar itu. Sangat terlihat tidak alami. Tiffany meyakini 99% berisi silicon. Dan jangan lupakan wajah dan.. bokongnya. Tiffany mendecih.

“Kau sudah lihat kan, foto kebersamaan kami?” Chaerim memajukan wajahnya menopang dagu. Seringai licik mencuat dari bibirnya.

Tiffany tergelak, “Memangnya aku bodoh, hmm? Kau tidak tahu aku ini siapa?”

Chaerim mengernyit remeh.

“Aku adalah seorang aktris,”

“Mantan a-k-t-r-i-s.” Wanita itu meralat.

Tiffany memajukan wajahnya, “Terserahmu ingin menyebutku apa, yang jelas aku sudah bertahun – tahun mempelajari ekspresi wajah orang – orang. Dan setelah melihat foto itu aku mengambil sebuah kesimpulan bahwa kaulah yang terlalu agresif eonni. Jelas – jelas Siwon oppa tidak menyukaimu. Dia hanya berpura – pura.” Tiffany mengamati Chaerim, “Siwon oppa hanya terpaksa, kasihan sekali kau.”

Chaerim memejamkan mata lalu menggeram.  Ia mengangkat dagu tidak mau kalah, “Semudah itukah kau percaya pada laki – laki?”

“Dia bukan sekedar laki – laki, dia suamiku, wae? Masalah bagimu?” alis Tiffany terangkat, sedikit menantang wanita yang mematung itu,  “Lagi pula bagaimana aku bisa mempercayai perkataanmu?  Dengan sikap yang seperti ini saja, lebih dari cukup untuk menunjukkan betapa tidak terhormatnya dirimu. Benar – benar tidak meyakinkan sama sekali.”

Chaerim menggebrak meja.

“Sekarang kau mau apa?” Tiffany menyandarkan punggungnya, seringaian mencuat dari bibirnya. Tiffany menghembuskan napas kasar, menelitiki kuku jarinya yang bergambar bunga warna warni, “Aku baru saja menghiasnya dengan nail art, jangan sampai kuku – kuku ku yang indah ini, menyangkut dipermukaan wajahmu yang tebal itu.” Tiffany melirik Chaerim. Tatapannya menajam, “Tidak tahu malu.”

“Mwo?!!”

Tiffany mengidikkan bahu, “Sudah ya, aku pergi. Wanita malang.” Berdiri dan berbalik badan. Tiffany meninggalkan Chaerim. Wanita itu menggeram dengan wajah merah padam.

“Kurang ajar kau !” Chaerim mencabik rambut Tiffany dari belakang. Tubuh Tiffany terhuyung merasakan perih yang membuat rambutnya serasa lepas dari kepala.  Chaerim benar – benar sudah membangunkan harimau yang sedang tidur. Ia mungkin tidak tahu kalau dulu Tiffany pernah menjadi salah satu pemain film action. Tiffany dengan mudah membalas Chaerim, memelintir lengan wanita itu, mencengkram dan mendorongnya hingga tersungkur membentur meja.

Tiffany merapikan rambutnya yang acak – acakan, Ia sedikit meringis, merasakan sakit dikepalanya. Tapi Tiffany memilih mengangkat dagunya, “Dasar wanita menjijikkan.”

“Yak ! kembali kau Hwang Tiffany ! Aku belum kalah ?!”

Tiffany membanting pintu kafe. Begitu menghirup alam bebas, Tiffany menghembuskan napas kasar. Ia benar – benar tidak percaya dengan apa yang menimpanya hari ini. Tiffany meraba – raba kepalanya. Tiffany berbalik badan menghadap kaca transparan dibelakangnya.

“Ya Tuhan rambutku ?!!” geram Tiffany. Baiklah… Tiffany sudah memutuskan. Setelah ini Ia akan meminta Suho menemaninya ke salon.

………..

Pensil krayon warna warni berserakan di lantai. Hari ini Suho terlalu bersemangat ketika mendapati pelajaran mewarnai disekolahnya, anak itu ketagihan dan tidak mau berhenti menggoreskan krayonnya diatas kertas. Kurang lebih tiga jam Suho mewarnai, anak itu kelelahan juga. Anak itu tertidur pulas didalam kamar, meninggalkan perlengkapan mewarnainya yang seketika menyulap ruang tengah menjadi layaknya kapal pecah. Tiffany membereskannya. Usai merapikan kekacauan, Tiffany menatap jam dinding. Jam sepuluh lewat, makan malam sudah berlalu, Siwon belum pulang, tidak ada kabar darinya, Tiffany pun resah.

Tiffany berniat menghubungi Siwon tapi Ia mengurungkan niat itu, takut mengganggu. Al hasil Tiffany hanya menunggu kepulangan lelaki itu. Duduk disofa, sambil membaca sinopsis episode drama korea yang sempat terlewatkan olehnya.

Bunyi kata sandi menggema. Tiffany bangkit seiring pintu yang berderit. Benar ternyata Siwon sudah pulang. Siwon pulang dengan penampilan yang sedikit acak – acakan, tidak serapih tadi pagi.

“Hai, sudah makan?” Tiffany menghampiri Siwon, membasuh bahunya. Lelaki itu bergumam mengiyakan. Siwon tersenyum sekilas menatap Tiffany sebentar, kemudian berjalan menuju sofa, menarik dan melepas dasinya meski pun tidak benar – benar terlepas, karena pada akhirnya benda itu hanya menggantung tidak jelas diseputar leher kemejanya yang kusut. Lantas Siwon melemparkan tubuhnya diatas sofa yang tadinya diduduki Tiffany. Lelaki itu bersandar mengusap – usap wajahnya.

Tiffany duduk disebelah Siwon.  Entah pendingin ruangan ini yang terlalu rendah untuk ukuran musim panas atau lelaki itu yang tidak menyambutnya sehangat layaknya pagi tadi. Siwon tidak banyak bicara. Kehawatiran menyelimuti wajah Tiffany, jangan jangan Siwon baru saja mengalami hal buruk atau apa.

Ketika belum ada sepatah kata yang terucap, Tiffany menggunakan waktu hening itu untuk mencuri pandang kearah Siwon yang belum juga mengubah ekspresinya, dingin. Memangnya dia kenapa sampai bersikap segitunya? Pikiran Tiffany terusik gelisah. Tapi tampaknya Siwon belum juga berhenti bersikap mendung sampai Tiffany buka suara. Tiffany meletakkan punggung tangannya dipermukaan kening Siwon. Tenyata Siwon tidak sakit, lalu apa?

“Kau kenapa sih?”

“Tidak apa – apa.”

Tiffany tersenyum kecut, “Semua orang sama saja. Entah itu laki – laki atau perempuan, jawaban ‘tidak apa – apa’ selalu berarti ‘ada apa – apa’.”

Siwon bergeming, tapi Tiffany yakin lelaki itu mengerti maksudnya.

“Aku tidak akan memaksamu bercerita tapi aku juga tidak bisa lama – lama disampingmu yang tampak berkabung seperti ini.”

“…..”

Tiffany menggidikkan bahu, “Kau mau terus begini? Ya sudah, lebih baik aku tidur.”

Tiffany sudah sampai membuka pintu kamarnya, ketika ia mendengar Siwon berseru, “Bukan uang yang mereka inginkan.”

Mengernyit, Tiffany melangkah pelan kerah Siwon.

“Shim Changmin dan media itu… dia tidak menginginkan uang seperti biasanya.” Siwon berbicara selagi menekuk wajahnya, bahkan lelaki itu tidak menatap Tiffany sedikit pun ketika perempuan itu berdiri terheran – heran.

“Shim Changmin menginginkanku… menikahi chaerim, anaknya.” Jelas Siwon, intonasinya dua tingkat lebih rendah.

“Oh. Jadi itu.”

Siwon mendongakkan kepalanya, “Aku harus bagaimana ?”

Sorot mata lelaki Itu penuh keputus-asaan. Tiffany menyusun serpihan kejadian ini pelan – pelan. Siwon menikahi Chaerim, perusahannya bisa selamat dari issu. Sebaliknya, Siwon meninggalkan Chaerim, perusahannya hancur diterpa issu negatif itu. Dua kesimpulan yang miris, bagi Tiffany.

“Kalimat seperti apa yang kau harapkan dariku…”

Siwon kembali menekuk wajahnya, seolah kehilangan nyali. Bukan seperti ini Siwon yang kuharapkan, pikir Tiffany. Bukan ini Siwon yang Tiffany anggap sudah mengepalkan janjinya untuk mempertahankan keluarga kecil mereka.

Bukan seperti ini sosok Siwon yang Tiffany inginkan.

Pandangan Tiffany mengabur, terasa panas oleh genangan itu. Tapi Tiffany berusaha kuat diatas pijakannya. Ia harus tampak tegar didepan lelaki itu. Tiffany membutuhkan segenap kekuatan yang Ia miliki untuk menyudahi semua ini tanpa harus membuang – buang air matanya yang berharga.

Setidaknya ada yang lucu dari semua ini. Kenapa Tiffany merasa bahwa dirinya sedang terlibat cinta segi tiga? Benar – benar nasib sial.

Tangan Tiffany mengepal dikedua sisi tubuhnya, menarik napas dalam – dalam, “Aku tidak akan mempersulitmu.” Dan Tiffany memutuskan untuk memberi dua pilihan, matanya terpejam, “Kau memilihku atau dia ?”

“Tiff—“

“Jawab Oppa. Karena apapun pilihanmu, itulah keputusanku.”

Siwon menggeleng, “Bagaimana kalau kita berbicara tentang hari pertama Suho di Sekolah.”

“Ani.” elak Tiffany menatap tajam, “Kita harus membicarakan ini sekarang, sebelum masalah ini semakin meluas dan bertambah fatal.”

Lagi – lagi Siwon tidak berkutik. Tiffany menghirup udara yang sialnya justru membuat dadanya kian menyesak.

“Apa yang harus kau lakukan adalah memutuskan, siapa yang kau inginkan untuk berada di-kehidupanmu, keluarga kecil yang kau janjikan, atau perusahaan besarmu?”

“Aku tidak menyukai situasi rumit seperti ini.”

Tiffany menggigit bibir bawahnya menatap Siwon yang membisu, Tiffany semakin bingung sekaligus kesal, “Jadi, mari kita buat semuanya menjadi sederhana, pilih satu ! karena jika sudah menyangkut perasaan, aku cenderung individualis. Saat memutuskan mencintai seseorang aku harus memastikan lebih dulu bahwa hanya dialah satu – satunya tujuan hidupku—aku harap kau juga. ”

“Aku tidak bisa Tiff. Cita – cita tentang keluarga kecil kita terlalu berharga untuk dilepas…”

“Kau tidak boleh rakus, Oppa.” Tiffany pasti akan hancur setelah ini. Mungkin sekarang belum terasa apa – apa tapi sebentar lagi— Tiffany menggaris bawahi itu.

“Kau tidak bisa menggenggam semuanya dengan kedua tanganmu. Dari dulu kau memang sudah memutuskan. Menikah demi perusahaan, terpaksa melayani wanita rubah itu dan mencampakanku demi keselamatan perusahaan bahkan Suho lahir kedunia ini untuk menjadi ‘robot’ berikutnya dan melakukan apa saja sepertimu demi perusahaan. Dan sekarang, apakah kau menginginkan kita berakhir, juga demi perusahaan?”

“………..”

“Baiklah, biar aku yang memperjelas situasinya untukmu.” Tiffany merasa Ia sudah kehilangan akal pikirannya. Bahkan disaat – saat seperti ini, Tiffany masih bisa membuat suaranya setenang mungkin, mengingat gumpalan amarah yang meluap – luap didalam dadanya. Tapi keadaan seperti ini membuat Tiffany menyerah akibat kemarahan tiada batas, secara otomatis membekukan hatinya. Dan wanita yang nyaris gila sepertinya bisa mengatakan ini tanpa ragu, “Kalau kau berat melakukannya, biar aku yang mengucapkannya untukmu.” Tiffany diam tertahan, matanya membelek wajah Siwon, “Selamat tinggal Oppa. Aku sudah tidak ingin mendengar apa pun lagi darimu.”

Siwon tersentak, tapi lelaki itu tidak melakukan apa – apa. Ia tetap membisu ditempatnya. Bahkan sepatah kata permohonan agar Tiffany memikirkan kembali keputusannya, tidak kunjung terdengar. Siwon hanya bergelut seorang diri.

‘Geopjaengi,’ batin Tiffany tercabik.

Tiffany bersimpuh dihadapan Siwon. Lelaki itu terkejut namun tidak juga buka suara. Tiffany menarik napas, Ia butuh melakukan ini, menatap satu – persatu iris mata lelaki itu, “Benar – benar miris ya? Ternyata semua janjimu palsu. Baiklah kuucapkan selamat menempuh hidup baru bersama ambisimu.” Tiffany melepaskan cincin perak yang melingkar dibagian kiri jari manisnya, meraih telapak tangan Siwon dan meletakkan benda itu disana, Tiffany menutup jemari Siwon dengan keyakinan penuh sebagai isyarat berakhirnya ikatan diantara mereka, “Lelaki yang selama ini kupercaya bisa menggenggam kuat hatiku justru yang melepaskannya begitu saja.”

Siwon seperti ingin menyanggah, tapi Tiffany buru  buru menambah.

“Sudahlah, simpan semua kata – katamu, itu sudah tidak berguna lagi.”

Tiffany bangkit dan berjalan menuju kamarnya. Siwon mengacak rambutnya menatap kepergian Tiffany. Lelaki itu terkejut ketika tidak lama kemudian Tiffany keluar dari kamar mereka namun dengan penampilan yang berbeda. Dia bukan lagi Tiffany yang mengenakan kaos longgar dan celana pendek, akan tetapi dia adalah Tiffany yang memakai sweater dan celana panjang hitam. Tatapan Tiffany menghunusnya sekilas, Siwon terpaku menyaksikan langkah Tiffany yang beranjak menjauhinya.

Bibir Siwon terkatup bahkan untuk mengucapkan sepatah kata. Tiffany benar – benar dibutakan oleh keputusannya. Perempuan itu berjalan menuju pintu keluar apartemen mereka. Menarik gagang pintu penuh emosi lalu membantingnya kasar. Usai memastikan bahwa Siwon tidak bisa lagi menjangkaunya, bulir – bulir hangat yang sejak tadi menumpuk dan berdesakan akhirnya meleleh membasahi pipinya.

Semua sudah berakhir, pikir Tiffany. Bahkan lelaki itu tidak mengejarnya…

……………TBC……………

 

61 pemikiran pada “(AF) I’m With You Part 1

  1. Yakk si Chaerim nyebelin bgt ada ya orng kayak dia iisss pgn gua jambak sma bapaknya juga bikin rumh tangga orng hancur aja, duuhh siwon ngmbil kputusn yg bner ya, plis pilih kluaga mu, kasihn suho loh masih kecil nggk pnya appa fany nya juga, duuhh ribet and bikin penasaran ditunggu next partnya 😃

  2. mian baru commentnya skrg ne :<

    eleuh siwon oppa mah gitu, ga bisa tegas buat milih tiff unnie -.- ih ga dikejar bnran? kesian tiff unnie 😢 ditunggu lanjutannya,hwaiting!!

  3. Nyeseekk bgt… kasiaann unnie

    Aku mau tanya min. Sebenernya kalo minta pw tuh kyak gimana sihh ? Ada beberapa cara minta pw aku udh minta di line, sms, trus pesan lewat fb tpi ga ada yg ngerespon 😦 😦 😦 😦 mudah2an disini bisa dibales

  4. Ambisius ya ambisus,tapi harus tegas donk siwon ah.fany harus merasa kecewa dan sakit hatilah karena ka.sungguhan siwon gak menahan atau mengejar fany….benar sudahan nih.

Tinggalkan komentar