(AF) You Belong With Me

 

You Belong With Me

Author: ayuhwang

Main cast:  Tiffany Hwang–Choi Si Won

Genre: Angst, romantic, school life

Rating: 15

Disclaimer: semua cast milik Tuhan YME. Aku hanya meminjam nama mereka untuk memudahkan imajinasi aku dan kalian semua. Jangan lupa meninggalkan saran, oke..Happy reading!!!

 

Pink Room

“ini mimpi buruk”, gumamku saat terbangun.

Hening sejenak sebelum akhirnya menyadarkan diriku sepenuhnya. Ternyata hari telah pagi, hawa pagi yang penuh semangat telah masuk dalam kamarku. Aku mulai menyadarkan diriku, dan saat itulah aku berteriak, “ini bukan mimpi buruk, ini kenyataan yang buruk”

Kau bodoh, kau bodoh steph.  Aku tidak bisa berpikir jernih, rasanya ingin sekali menangis walau tetap saja aku tidak bisa menangis. ini bukan sesuatu yang harus aku tangisi, ini sesuatu yang harus aku sesali. Menyebalkan, menyebalkan, menyebalkan…

“tiffany, cepat bangun, mandi, dan berangkat”, teriak oemmaku

“ndeee, oemmaaaaa”, seruku dari tempat tidur

Baiklah, sekarang waktunya menghadapi kenyataan.

ILU—

“tiffany, hei.. tunggu aku” aku mendengar dia berteriak di belakangku

Oh my God, aku benar-benar tidak ingin bertemu dengannya hari ini, aku mulai mempercepat jalanku saat aku mendengar teriakannya kian dekat. Lebih cepat tiffany, lebih cepat.

“hei”, serunya saat berhasil menepuk pundakku. “aku menunggumu dari tadi di rumah. Kenapa tidak menghampiriku?”

Aku memaksakan senyuman saat dia membalikkan tubuhku, “aku kira kau berangkat duluan. bukannya sudah punya kekasih? Seharusnya kau menjemputnya” jawabku santai

Ya, sesantai mungkin, seacuh mungkin, dan  sebiasa mungkin. Menyembunyikan kenyataan yang aku pendam bahwa sejak tadi malam hatiku buruk, sangat buruk. Lelaki yang aku cintai sejak lama akhirnya mempunyai kekasih.

“dia bukan tipe gadis manja seperti itu tiffany. lagipula Nana punya sopir sendiri”,  apapun jawabannya aku tidak peduli. Aku hanya menganggukkan kepalaku dan dia akhirnya menarikku ke motornya.

Siwon, lelaki ini bernama choi siwon. Bagaimana aku mendeskripsikannya?

Lelaki ini, ehmm.. bukan, dia tidak setua itu. Pemuda yang sedang berjalan di sampingku ini adalah tetanggaku dan juga sahabat kecilku. Rumah kami berdampingan begitu juga dengan kamar kami. Kalau menanyakan bagaimana masa kecilku berarti sama saja menanyakan perjalanan masa kecil siwon. Pemuda yang terlihat seperti lelaki dewasa ini bermarga choi sedangkan aku bermarga hwang.

Keluarga choi adalah keluarga yang baik. Jenis keluarga yang tentram, aman, damai, abadi, dan sejahtera. Ayah dan ibunya sangat baik kepadaku walau mereka selalu mengeluh tentang ayah dan ibuku yang bertengkar setiap hari. Aku banyak menghabiskan waktuku di kamar siwon, begitupun sebaliknya. Saat kedua orang tuaku bertengkar hingga membuat aku pusing dan tidak bisa belajar, aku sering menyelinap keluar kamar dan masuk ke kamar siwon. Intinya adalah kami bersahabat baik, saking baiknya sampai tidak ada rahasia diantara kami. Ehmmm.. ada sebenarnya, ada satu rahasia yang ingin aku utarakan sejak awal masuk sekolah menengah atas tapi aku tunda. Ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan lebih tepatnya.

ILU—

@kantin sekolah

Aku memakan suap demi suap makananku walau aku merasa ganjal karena sejak tadi siwon yang duduk tepat berada di depanku menatapku dengan aneh.

“berhenti menatapku seperti itu” seruku

Aku benar-benar terganggu. Tatapannya membuat beberapa anak menetap kami berdua dengan pandangan yang aneh.

“dari sejak berangkat tadi, di perjalanan, di kelas, dan sekarang di kantin, kau aneh tiffany. ada apa? Kita sudah berjanji tidak ada yang disembunyikan bukan?” tanya siwon penuh curiga

Aku mengambil nafas besar sebelum aku mulai bicara

“nilaimu buruk ya?”, tanyanya lagi

“siwon, aku baru akan menjawabnya” anak ini selalu sok tahu

“oke oke.. ayo jawab”, dia membenarkan duduknya dan menatapku intens

“aku merasa aneh saat kau mengatakan kau mempunyai kekasih tadi malam. Kau tahu kan? selama ini kau tidak pernah punya kekasih setelah stella. Jadi aku mencoba memposisikan diriku sebagai sahabat yang baik saat sahabatnya mulai berkencan”, aku mulai menjelaskan dan dia sepertinya paham apa yang aku maksudkan. Jadi aku mulai melanjutkan penjelasanku sementara dia masih terus makan sambil mendengarkan penjelasanku dengan baik.

“aku berangkat ke sekolah sendiri karena biasanya seorang pemuda yang mempunyai kekasih akan menjemput dan mengantar kekasihnya kemanapun dia pergi. Tapi ternyata itu tak terjadi padamu. Kemudian aku di kelas berusaha mencari tempat duduk yang jauh darimu agar kau bisa duduk berdekatan dengan nana tapi ternyata kau malah mengikuti tempat dudukku. Sekarang, saat di kantin aku mencoba memberikanmu akses untuk makan bersama nana, tapi kau malah tetap mengikutiku seolah aku adalah kukang di serial pinguin of madagaskar”

Hwakakakakakaka…

Baiklah, aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya tapi kenapa dia malah tertawa terbahak-bahak. Aku berusaha susah payah menjelaskan kepadanya agar dia mengerti bahwa aku sedang berusaha menjadi sahabat yang baik. Apa yang lucu dari itu semua?

PLAKK, aku memukul kepalanya

Uhuk uhuk uhuk…

“aku serius siwon, rasakan kau tersedak” aku menyodorkan minumanku untuknya

Dia meminumnya dengan sekali tenggak, “begini nyonya hwang..”

Nyonya hwang, aku benci panggilan itu. dia selalu memulai pembicaraan serius dengan kalimat itu seolah itu adalah password pembuka dalam pembicaraan serius kita. jadi, aku mulai memperhatikan apa yang akan dikatakan lelaki tampan ini.

“Kemarin aku mengatakan padamu bahwa aku resmi mempunyai kekasih bernama Nana. Ya, gadis seberang sana yang sekarang tersenyum padaku, idaman para lelaki di seluruh antero gedung ini, dan bahkan idola para guru”, dia melambaikan tangannya ke meja ujung, tersenyum lebar walau itu terasa palsu bagiku, dan setelah aku berbalik memang nana ada di sana

“..tapi bukan berarti aku akan meninggalkanmu. Aku bukan tipe orang sepertimu yang  jika mempunyai kekasih akan melupakan sahabatnya..” dia memulai lagi pembicaraan ini, sangat membosankan.

“oke cukup. Aku tahu arah pembicaraan ini akan kemana”, aku berusaha menghentikannya. Tapi sepertinya dia tidak mau tahu, dia meneruskan pembicaraannya.

“aku hanya akan berkencan dengan nana di saat-saat yang tepat dan tidak berlebihan sepertimu yang akan menampakkan kekasihnya dimanapun berada seolah ingin memberitahu khalayak ramai kalau kau telah berhasil mendapatkan kekasih”

“siwooon, berhenti”

“jadi, kau tidak perlu bersikap an.mmpphh” aku membungkam mulutnya dengan tanganku. Aku merasa dia terlalu banyak bicara. Apalagi pembicaraan ini sudah sekian kali kami bicarakan. Pembicaraan yang berjudul perdebatan antara tiffany hwang dan choi siwon tentang persahabatan dan cinta.

Sejak menginjakkan kakiku di sekolah menengah atas siwon selalu mengeluh tentang bagaimana aku tidak bisa membedakan antara kagum dan jatuh cinta dan aku yang tidak bisa mengatur waktu yang baik antara cinta dan persahabatan.

Siapa bilang aku tidak bisa membedakan cinta dan kagum?

Cinta adalah siwon dan kagum adalah perasaan bangga pada seseorang. Aku tahu, dia saja yang tidak tahu kalau aku tahu. Aku terkikik jika memikirkan itu. Menyembunyikan perasaan cinta tidaklah mudah, tapi aku berhasil. Waktu antara cinta dan sahabat? Bagiku sama saja. bukankah cintaku adalah sahabatku? Dia seharusnya bilang waktu antara cinta dan kencan, itu baru berbeda. Ingin sekali rasanya aku berteriak dihadapannya “saranghae choi siwon”. ingin, dan biarlah itu menjadi keinginan.

“hei.. kau malah melamun”, dia menyadarkanku

“siwon. wanita itu suka dimanja dan diperhatikan. Apa jadinya kalau kau mencintai seseorang tapi orang itu justru lebih memilih orang lain untuk berangkat bersama ke sekolah, duduk bersama di kelas, dan makan bersama di kantin? Menyakitkan. Jadi, seharusnya kau memikirkan perasaan nana. Kau…”

CUP

“hai tiffy”

“hai, nicky” aku tersenyum pada lelaki yang baru saja mencium pipiku, nicky. Kekasihku yang pandai sekali dalam musik. Dia bisa memainkan piano dengan indah, aku sangat mengaguminya.

“I miss you” katanya

“sepertinya waktunya aku pergi” dan seperti yang sudah kuduga, siwon melenggang tampan menuju meja ujung, meja nana. Dasar lelaki menyebalkan, aku kan belum selesai bicara.

“this is for you” nicky menyodorkan kotak kecil berwarna pink padaku

“wow, ini oleh-oleh yang kau bicarakan?” dia membalasku dengan senyum manisnya. Oh god, dia begitu tampan.

“oia, jangan lupa datang ke pesta akhir tahun”

“nicky, aku kan sudah bilang kalau aku malas ikut pesta-pesta seperti itu. lagipula kita ini sudah kelas tiga. Kita harus lebih giat belajar. buka mulutmu! aaaa”

“tabbi awu angan pelmain miano ninyana”

“telan dulu makananmu”, kataku sambil mengelap mulutnya

“aku akan bermain piano disana. Kau tidak ingin melihatku?” sejenak aku berpikir, dan sebagai kekasih yang baik aku akan bilang

“baiklah” aku menyerah

Sejak aku menyadari perasaanku pada sahabatku. Aku berusaha menghilangkan itu semua dengan mengencani beberapa pemuda-pemuda tampan di sekolahku. Aku tidak ingin persahatan yang amat indah ini akan rusak hanya dikarenakan cinta. aku cukup tahu aku bukanlah tipe gadis yang akan dicintai oleh choi siwon. Siwon menyukai gadis anggun dengan kepribadian dewasa, seperti stella kim. kekasih pertama siwon yang dikencani tepat saat aku menyadari perasaanku padanya. Entah mengapa kisah cinta mereka tidak berjalan lama. siwon saat itu sangat terpuruk. Terlihat sekali bagaimana dia menangis tersedu-sedu hanya karena putus dengan stella kim. aku membencinya.

ILU—

Aku membenci saat-saat ini. dimana ibuku bertengkar hebat dengan suaminya. Memperdebatkan hal-hal yang menurutku tidak terlalu penting. Pada awalnya mereka akan sangat manis, berubah menjadi hambar, dan diakhiri dengan pertengkaran. Aku tidak pernah tahu siapa yang salah dan benar. bagiku mereka semua salah. Mereka egois, tidak memikirkan satu sama lain, apalagi untuk memikirkanku. ya, siapa aku? ibuku saja tidak pernah memikirkanku? apalagi suami ke tiganya?

Seharusnya hari ini datang ke acara akhir tahun. nichkhun pasti akan memainkan piano dengan indah. Namun, melihat orang tuaku yang memuakkan membuat moodku rusak. aku membuka tirai kamarku, pintu kamar siwon tertutup. Pasti dia ikut datang ke acara tersebut. sudahlah tiffany, seharusnya kau ikut bahagia sahabatmu mempunyai kekasih. mungkin  saatnya kau melepaskan dia, bukankah suatu hubungan selalu seperti itu? ada waktunya untuk berpisah.

PRANG…

Kututup mataku beberapa saat sambil menghela nafas, ini benar-benar menyebalkan, aku benar-benar tidak tahan disini. Kuambil tas dan jaketku dengan kasar. segera aku pergi dari tempat memuakkan ini. aku tidak boleh menangis, air mata tidak pernah menyelesaikan apapun, itu hanya akan membuatmu lemah steph, hentikan, kenapa air mata bodoh ini keluar? Dasar bodoh, bukankah ini sudah sering terjadi. kenapa menangis? biasanya kau malah menertawakan situasi seperti ini bersama siwon kan?

Brakkk, kututup pintu rumahku dengan keras. Aku tak peduli lagi, aku muak. Aku segera berjalan menjauh dari neraka ini.

Aaaarrrggghhh…

Kata orang dengan berteriak kita bisa lega dan aku melakukannya. Tapi akhirnya aku malah tersenyum sendiri. Lucu sekali, sejak kapan aku merasa frustasi seperti ini. apakah ini tandanya aku mulai lemah? Menyedihkan steph, sekarang kau manusia lemah

“menangislah”

Siwon tiba-tiba berada di depanku dan merangkulku. Sahabatku datang, dia tidak meninggalkanku? Aku membalas pelukannya dan kupererat pelukanku. Aku menangis di hadapan choi siwon, lagi. Kubenamkan kepalaku di dadanya yang hangat. Hanya kehangatan ini yang aku butuhkan untuk melupakan masalah ini. kehangatan cintaku.

“kenapa tidak menemuiku? Aku sudah menunggumu sejak keributan itu terdengar”

“aku kira kau ikut ke acara sekolah”, jawabku masih dengan memeluknya

Aku merasakan dia mencium puncak kepalaku berkali-kali. aku merindukan saat –saat ini, bersama choi siwon. saat aku menatapnya hatiku merasa damai dan nyaman. Kehangatan tidak hanya menyalur melalui tubuhnya tapi juga senyumnya yang  begitu hangat. saranghae choi siwon, kau tidak tahu betapa aku ingin mengatakannya padamu saat ini.

“sesaat lalu, aku lihat kau benar-benar kacau dan sekarang kau sudah senyum-senyum sendiri”, dia kembali memelukku dan tentu saja aku membalas pelukannya. aku tidak akan pernah mau berhenti memeluknya.

Aku tahu sekarang, mungkin bukan karena aku yang lemah. Tapi karena setiap permasalahan yang menimpaku, tuhan selalu mengirim sahabatku ini. membuatku melupakan bagaimana sendirinya diriku. Bahkan hatiku pun bisa dikelabui olehnya. aku tidak pernah merasa harus mengasihani diriku jika bersamanya. Karena dia, aku seolah punya segalanya.

ILU—

Tiga bulan berlalu, aku dan siwon kini semakin jauh, kurasa. Dia benar-benar menjadi kekasih yang baik seperti yang aku katakan hingga membuat kami jarang bersama. Aku merindukannya, sangat sangat merindukannya.

Siwon dan nana semakin dekat dan semakin mesra, aku membencinya. Siwon adalah tipe lelaki yang perhatian yang akan melakukan segala hal untuk orang yang disayang. Pernah beberapa waktu lalu aku sakit dan ingin sekali dirawat olehnya tapi saat aku menelfon, ternyata ia sedang di rumah nana karena gadis itu sedang flu. Tentu saja aku urung untuk memintanya datang.

Suatu saat aku benar-benar ingin nonton film dengan siwon tapi karena nana lebih membutuhkannya, dia meninggalkanku begitu saja dan akhirnya aku menonton sendirian. Kenapa aku menonton sendirian? karena aku memang sendirian waktu itu. nicky dan aku sudah putus. Menurutnya aku sudah mengecewakannya karena selain aku tidak datang di pesta akhir tahun beberapa hari setelahnya aku menolak undangannya untuk menemaninya ke pesta ulang tahun sahabatnya wooyoung. akhirnya daripada aku terus diomeli, aku memutuskannya. Sebenarnya aku ingin sekali datang waktu itu, tapi karena ibuku sakit akhirnya aku justru bermalam di rumah sakit ditemani siwon.

Namun, sekarang aku sudah tidak sendirian, aku kembali lagi dengan nicky. Bukan berita baru, dia satu-satunya lelaki yang sepertinya paling memahamiku, tentunya setelah siwon. Biasanya seorang laki-laki akan merasa tersakiti kalau wanita memutuskannya, tapi dia tidak begitu. Aku yang salah, aku yang tidak datang ke pesta waktu itu, aku yang memutuskannya tapi dia yang memohon untuk kembali bersama. Dia sepertinya tidak waras, sebegitu besarkah cintanya padaku?

Aku masih ingat benar bagaimana marahnya siwon padaku saat aku kembali bersama nichky. Apakah aku salah? Dia lelaki yang sangat baik. Apa jadinya kalau aku menyakiti orang yang baik?

“bukan itu”

“lalu apa siwon?”

“kau-kau tidak bisa dengan seenaknya menerima dia. Bukankah dia telah mengecewakanmu”

“aku yang mengecewakannya siwon”

“justru itu, kau-kau yang mengecewakannya. Kau selalu seperti itu. apa kau tidak merasa jahat padanya?”

“aku justru merasa jahat kalau aku menolaknya, dia terlalu baik”

“tapi- tapi bukan seperti itu”

“lalu seperti apa?”, aduh, kenapa sahabatku ini berbelit-belit. Aku benar-benar tidak mengerti dengan kelakuannya. Biasanya dia tidak mau ikut campur dengan urusan kekasih-kekasihku.

“baiklah”, dia menghela nafas besar, aku bisa melihat bagaimana seriusnya dia. “apa kau benar-benar mencintainya?”

“cinta?”, tatapanku hati-hati. “ayolah, kau yang paling tahu kalau aku tidak mengerti banyak tentang kata itu”, bohongku. Cinta adalah kau choi siwon, kau tahu?KAU

“aisshh, sudah. Semua urusanmu, bukan urusanku”, hah? Itu saja? dan dia meninggalkanku begitu saja. dasar orang aneh

Kata siwon, nicky mungkin adalah cinta yang selama ini aku cari karena dari sekian banyak lelaki yang telah menjadi kekasihku hanya nicky yang mampu bertahan lama. Hmmm.. aku mengakuinya.

“my tiffy. Ini untukmu” setiap pagi aku selalu dikejutkan oleh sebuket lily putih bersama dengan orang tampan yang akan mengajakku berangkat ke sekolah bersama.

“kau tidak capek membeli bunga terus?”

“aku juga tidak pernah capek menjadi kekasihmu”, kata nicky manis. Astaga, Tuhan baik sekali memberikanku kekasih yang begitu tampan

“raja gombal”

“dan kau? ratunya raja gombal”

Nicky, tidak tahu apa yang ada dalam pikiraannya. Tapi aku merasa dia semakin lama semakin terlalu baik padaku, terlalu mencintaiku, dan ini membuatku takut. Apakah ini yang ditakutkan siwon waktu itu?

“nick” tanyaku saat perjalanan ke sekolah. Dia selalu menjemputku ke sekolah dengan mobil audinya.

Nicky adalah orang thailand yang kebetulan menghabiskan masa SMAnya disini. Keluarganya mempunyai perusahaan ekspor impor obat yang cukup besar. Tapi, heiii.. ayolah, untuk apa membawa mobl bagus ke sekolah. Aku selalu mengeluh tapi dia tidak pernah mendengarku untuk hal ini. dia sangat mencintai mobil. Aku pernah melihat garasi mobilnya, dia mempunyai 11 jenis mobil. Itulah mengapa sebagian besar teman-teman wanitaku sangat cemburu denganku. Memangnya mobil banyak buat apa? bahan bakar kan semakin mahal. Aiissshh…

“hmmm?”

“apa kau benar-benar mencintaiku?”, tanyaku ragu

Aku tidak tahu apakah yang aku tanyakan benar. Nicky terkadang adalah orang yang sensitif dan aku takut akan menyinggungnya

“tentu tiffy”, jawabnya sambil mengelus pipiku. “kau tidak percaya padaku?”

“kenapa kau masih sangat mencintaiku padahal aku sering menyakitimu?”

Aku berusaha sepolos mungkin saat bertanya agar dia tidak memikirkan sesuatu yang buruk akan terjadi. nichkhun terkadang suka berspekulasi sendiri. mungkin salahku juga karena sering mengatakan putus saat masih bersamanya dulu. kalau aku mengatakan suatu hal yang serius, dia selalu mengira aku akan meminta putus.

“tidak tahu, mungkin itu yang dinamakan cinta, entahlah”

Cinta. Begitukah? Siwon juga mengatakannya. Aku benar-benar takut sekarang.

“aku juga yakin rumahmu adalah aku”, lanjut nichky

“rumah?”

Dia menangkup wajahku dengan tangannya, “sejauh apapun kau melangkah, kau akan kembali padaku, mengerti”

Rumah? Benarkah dia adalah rumahku? Atau lebih jauhnya dia adalah jodoh yang dikirimkan tuhan untukku? tapi apa yang dikatakannya ada benarnya. Aku selalu kembali bersamanya apapun yang terjadi. dari sekian kekasih-kekasihku, hanya dia orang yang paling sabar menghadapiku, mengerti aku, dan memahamiku. Aku tersenyum, kata-katanya benar-benar indah.

Dia balik tersenyum padaku dan tiba-tiba menciumku. Astaga, kedua bola mataku membesar. Ditemani hawa pagi, kicauan burung, dan aroma sebuket bunga kesukaanku di tangan kananku. Rasanya ini adalah momen paling romantis sepanjang sejarah kami berhubungan. Memang bukan ciuman yang pertama, tapi ciumannya kali ini terasa sangat lembut dan romantis. diiringi dengan ucapan cinta dan aku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali membalasnya sambil memejamkan mataku.

“ehem..”, kedua mata kami membuka dan ciuman kami terlepas.

“siwon?”, kataku shock

Astaga, apa yang baru saja terjadi. aku membiarkan orang yang aku cinta melihatku berciuman?

“tidak bisakah kalian lakukan di tempat lain? Ini di depan rumah”, nada suaranya terlihat benar-benar terganggu

“mian”, aku tahu ini memalukan. Aku hanya menundukkan kepalaku sedangkan nichky mengelus tengkuknya sambil memandang arah lain, dia juga malu.

“ayo berangkat, aku ikut kalian. Motorku sedang diperbaiki dan mobil appa dan oemma ku juga”, dia berjalan menuju mobil nichky.

ILU—

Momen memalukan tadi pagi sepertinya membuat sepanjang hariku dipenuhi dengan rasa bersalah. Siwon mengacuhkanku dan memberikan pandangan yang begitu menganggu, aku tidak menyukainya. Berulang kali aku meminta maaf dia tidak peduli dan terus saja menganggapku makhluk transparan.

“oemma, siwon ada di kamar?”, tanyaku

Aku tidak tahan diacuhkan oleh siwon sepanjang hari. Beraninya dia mengacuhkanku. Dia tidak pernah seperti ini. Selama ini jika kami ada masalah akulah yang mengacuhkannya dan beberapa jam kemudian kami akan berdamai. Begitupun dengan nichky, justru aku yang akan mengacuhkannya meski aku yang bersalah dan dia dengan senang hati akan mengalah untukku, kekasih idaman. Aku tersenyum memikirkan nichky.

“nde, dia ada di atas seperti biasa. Tapi hati-hati, dia sedang buruk. Sejak pulang sekolah dia marah-marah, Oemma sampai takut. Oemma dan appa akan keluar dulu, kau dan siwon jaga rumah ya. Oemma duluan, appa sudah menunggu di mobil”

“nde oemma”, aku menganggukkan kepalaku. “eoh, mobil oemma sudah selesai di servis?”, oemma tidak menjawabku, hanya mengeryitkan keningnya. Sepertinya dia terlalu terburu-buru

Aku melangkahkan kakiku ke atas. Sebenarnya aku bisa saja melompat dari balkon kamarku. Tapi mengingat siwon hari ini, aku takut aku nanti akan ditendangnya saat aku belum benar-benar mencapai kamarnya.

Tok.. Tok.. Tok..

“oemma belum berangkat? apa lagi, aku sedang..”

Saat pintu terbuka aku menampakkan senyum lebarku berharap itu akan mengubah wajahnya yang tetap saja tampan meski cemberut sepanjang hari.

“apa?”, astaga dia masih saja marah padaku? kenapa nadanya ketus sekali

“kau masih marah padaku?”, tanyaku hati-hati

Tidak perlu dijawab karena dengan dia menyandarkan dirinya di pintu sambil melipat kedua tangannya dengan tatapan menjengkelkan, aku tahu jawabannya.

“mian”, ucapku

“untuk apa kau meminta maaf?”

“untuk,-untuk…supaya kau tidak marah padaku?”, dia benar. Untuk apa aku meminta maaf. Bukankah ciuman adalah hal yang biasa dilakukan sepasang kekasih? Tapi untuk apa juga dia marah padaku sepanajang hari?

“sudah aku duga permintaan maafmu tidak tulus”

“hah, apa?”, belum selesai aku menutup mulutku dia sudah membanting pintunya di depan mukaku.

“hei choi siwon. apa maksudmu permintaan maafku tidak tulus? Kau yang aneh. kenapa kau sepanjang hari marah padaku?”, dia benar-benar menjengkelkan. Aku memukul-mukul pintu kamarnya dan tidak lupa menendangnya. “aku kesini tulus meminta maaf. Aku tidak tahan dengan sikapmu sepanjang hari. kau mengacuhkanku, tidak bicara padaku, menampakkan wajah burukmu, kau kenapa tuan choi?”

Aku benar-benar marah. Seenaknya saja dia marah dan mengataiku. Memangnya aku siapa? aku sahabatnya. Apa pantas aku diperlakukan seperti ini? betapapun aku marah padanya aku tidak pernah sampai sejauh ini.

“choi siwon, jawab aku. Kenapa? karena aku mencium nicky? Memangnya salah kalau aku mencium kekasihku? Seolah kau tidak pernah mencium kekasihmu saja. aku yakin stella dan nana juga-“

Aku tidak dapat menyelesaikan kalimatku karena siwon akhirnya membuka pintunya. Tapi bukan hanya karena itu, sedetik setelah ia membuka pintu kesadaranku seolah hilang. Choi siwon, sahabatku menciumku dengan penuh. Ciuman yang keras dan penuh dengan tekanan. Aku bisa merasakan aura kemarahannya dari ciumannya. apakah aku bermimpi? Aku tidak bisa apa-apa. terpaku dan terdiam. Ciuman dari seorang yang telah aku cintai bahkan sebelum aku mengenal cinta. Apakah kau akan menolak dicium oleh orang yang telah lama kau harap cintanya? Lalu aku menutup mataku,membalas ciuman panas itu, dan menikmati ciuman dari seseorang yang telah lama kucinta.

Aku tidak tahu berapa lama kami berciuman. Aku merasakan darahku seolah mengalir hebat ke ujung tubuhku. Aku tidak ingin mengakhiri ciuman ini dan aku yakin lawanku juga berpikiran demikian karena kami mengakhiri ciuman ini saat kami benar-benar kehilangan pasokan oksigen yang ada di tubuh kami.

Kening siwon berada di keningku saat itu berakhir. Hembusan nafasnya menerpa wajahku dan aku tahu ini bukan mimpi. Bahkan aku baru menyadari bahwa selama ciuman itu siwon membawaku masuk ke dalam kamarnya dan sekarang aku terbaring di tempat tidurnya dengan kaki berpijak di lantai. Aku menatap wajah tampannya. Dari jarak seperti inilah aku ingin berada dan akhirnya aku mendapatkannya. Pahatan sang kuasa yang terlukis indah dalam setiap lengkungan wajahnya. Dia menutup matanya sambil menyunggingkan senyuman indah di bibirnya yang masih merah, mungkin sama merahnya sepertiku. Hatiku berteriak bahagia. Choi siwon yang kucinta menciumku. Apakah aku salah jika berharap dia juga mencintaiku? aku mencintaimu choi siwon

Perlahan dia membuka matanya dan saat itulah aku tahu aku telah salah berharap. Kekecewaan di wajahnya tergambar jelas saat menatapku. Seolah aku adalah kesalahan. Dia tidak menginginkan ini, aku yang terlalu menikmatinya?

“mian”, itu adalah kata terakhir yang diucapkannya sebelum ia keluar dari kamar tanpa memandangku

Kakiku terkunci dan darahku membeku. Aku mendengar bunyi motor siwon yang keluar dari rumah . Seketika aku menangis sejadi-jadinya. Benarkah ini rasanya dicampakkan? Mengapa terasa sangat sakit? aku tidak pernah sesakit ini saat putus dengan kekasih-kekasihku? Mengapa aku harus mencintai sahabatku sendiri? seharusnya aku tidak membalas ciumannya? ini adalah kesalahan. Kau bodoh steph kau bodoh.

Aku masih berada di rumah siwon sampai oemma dan appa datang. Segera setelah itu aku pamit pulang. Mereka sepertinya khawatir denganku tapi aku mengatakan aku baik-baik saja dan saat mereka bertanya tentang siwon aku hanya menjawab dia pergi  dan tidak bilang mau kemana.

Hari ini diawali dengan indah tapi dijalani dan diakhiri dengan buruk, bahkan sangat buruk.

“untukmu princess”

Nicky masih saja tersenyum tampan sambil membawa bunga lily indah di tangannya. Pertama kalinya, aku tidak menyukai bunga yang dibawanya. Aku merasa jadi orang paling jahat di dunia. Aku bahkan tidak tahu mengapa aku mengencaninya. Aku membohongi dirinya dan diriku sendiri. Belum lagi aku seringkali jahat padanya, memutuskannya tanpa sebab. Sekarang aku tahu rasanya dikecewakan.

“kenapa wajahmu muram seperti itu? ayo berangkat”, dia berjalan menuju mobil sambil menggeret tanganku

“nick”

“hmm”

“mulai sekarang  jangan menjemputku lagi”, dia menghentikan jalannya dan berbalik menatapku

“kenapa lagi? kau mulai lagi. aku kira kau sudah menghilangkan sifat burukmu itu”

“nick, aku-“

“ssttt…jangan bicara! Aku tahu apa yang akan kau bicarakan. Baiklah kalau kau ingin break dulu, it’s okay. Aku akan menunggumu. Kau tahu kan? Kau akan kembali padaku”, ucapnya sambil tersenyum

“aku ingin kita benar-benar putus nick. Aku ingin kau melupakanku”

Melihatnya menutup matanya sambil mengehela nafas, aku semakin merasa bersalah. Apakah keputusanku ini benar? tapi membohongi dia terus-terusan juga bukan keputusan yang benar.

“kau boleh memutuskanku tapi jangan pernah memintaku untuk melupakanmu, mengerti? Memangnya kau bisa begitu saja melupakanku? Aku bahkan tidak yakin”, dia tidak menatapku dan berbalik menuju mobilnya. “sekarang masuk mobil, aku akan mengantarmu”

“nick, kau tidak mengerti. Aku ingin kau-“

“Kau yang tidak mengerti”, dia berteriak padaku. aku bisa melihat bagaimana raut muka marahnya kali ini. dia benar-benar marah padaku. “dan berhenti memberikan pandangan seperti itu”

Pandangan? Pandangan seperti apa?

“aku benar-benar ingin kau melupakanku nicky, aku serius. kau terlalu baik untukku”, aku tahu dia melihat bagaimana seriusnya perkataanku

Sebagai orang yang pengertian dan memahamiku. Aku yakin nicky tahu benar apa yang aku maksud. Apa yang kau lakukan tiff? Kau menyakiti orang yang benar-benar menyayangimu? Semua menjadi serba salah. Dia tidak menjawabku dan menggeretku ke mobilnya. Aku tidak mengerti dengan semua kejadian ini. Semua membingungkan.

ILU—

Hari-hari berlalu dan semua masih terasa jauh dari jangkauanku. Nichky masih saja menjemputku, bersikap seolah tidak ada yang terjadi, dan mengacuhkan setiap perkataan yang aku katakan. Siwon juga masih sama, dia menghindariku, dan  tak memandangku sedikitpun. aku benar-benar tidak mengerti dengan keadaan yang terjadi.

“hei tiff”

“oh, hai stella”

Menemani nichky berbelanja sepatu dan berakhir dengan bertemu cinta lama siwon benar-benar hal yang tidak terduga.

“kau ada di korea?”, tanyaku

“ya, aku sedang berlibur”

Pembicaraan akhirnya berlanjut ke meja makan. Stella bersih keras mentraktir aku dan nichky yang ia anggap sebagai kekasihku. Selama makan, nichkhun tidak sedikitpun mau melepaskan genggaman tangannya padaku. Ini menjadi kebiasaananya sejak status hubungan kami tidak jelas. Seolah tidak mau melepaskanku, ia kesana kemari menggandeng tanganku seolah aku anak kecil yang bisa tersesat kapan saja tanpa mengikutinya.

“kekasihmu romantis sekali tiff”, komentar stella

Aku dan nichkhy hanya menanggapinya dengan tersenyum. kekasih, aku tidak tahu lagi apa statusnya dalam hubungan yang memang tidak berarah ini. kami berbicara panjang lebar hingga tentunya menyangkut orang yang menghubungkan kami berdua, choi siwon.

“dia sedang sibuk”, hanya itu jawabanku saat dia bertanya siwon sekarang sedang apa. andai saja aku tahu sedang apa dan kemana orang menyebalkan itu.

“dia sangat terpuruk saat kau meninggalkannya dulu”, godaku sambil tertawa

“meninggalkannya? Justru dia yang memutuskanku. Dia meminta maaf padaku karena dia tidak bisa mencintaiku, dia sudah mempunyai seseorang yang telah lama ia cintai katanya. Aku sangat membencinya saat itu”

Aku terhentak karena genggaman nichky tiba-tiba terputus. Saat aku menatapnya, pandangannya masih tak terbaca. Ada apa dengannya?

Sepanjang perjalanan pulang nicky tetap saja diam. aku mulai mengkhawatirkannya. Beberapa kali aku menanyakan kenapa dia seperti itu. dia hanya menjawab “tidak apa-apa”. astaga, ini jawaban klise yang seharusnya dikatakan oleh seorang wanita.

“kau benar-benar tidak apa-apa?”, tanyaku sebelum turun dari mobil

Dia hanya menjawabku dengan pelukan erat. aku bisa merasakan degupan jantungnya yang hebat dan aroma tubuhnya yang sudah lama tak kurasakan dalam jarak sedekat ini.

“saranghae, jeongmal. Neomu neomu saranghae tiffy”

Dekapan yang erat ini menyakiti hatiku. Bagaimana aku bisa menyakiti orang yang begitu menyayangiku seperti ini?

“nde, I know nicky”, aku memeluknya balik

Aku menyadari satu hal, ini menyakitinya dan aku tak ingin menjadi orang yang menyakitinya.

ILU—

Prang..

Prang..

Prang..

Kupejamkan mataku mendengar kedua orang tuaku untuk kesekian kalinya bertengkar hari ini. Mereka semakin sering melakukannya hingga membuat gendang telingaku terasa mau pecah. Kenapa mereka harus melakukannya saat siwon tidak ada di sampingku? Bagaimana aku akan melewati semua ini tanpa siwon? Aku muak dengan mereka. Kuambil jaket, dompet, dan handphoneku. Aku tidak tahan, aku ingin keluar dari rumah tanpa memandang mereka.

“kau mau kemana stephanie? Kau selalu saja melarikan diri”

Ya, aku makhluk lemah yang tak pernah mau menghadapi masalahku. Selalu melarikan diri. selalu lelah dengan apa yang terjadi sebelum aku melakukan apapun, mengerikan dan sangat menyedihkan. Aku tak menjawabnya. Aku langsung keluar rumah. Kubanting pintu mengerikan itu. Kulihat malam ini sepertinya sama sepertiku, Gelap tanpa cahaya. Tak ada bintang yang terlihat sama sekali. Aku melangkahkan kakiku secepat mungkin.

Knock Knock Knock

“oh, tiffany?”

Keadaanku mengerikan, aku tahu itu. mungkin itu yang membuat nyonya choi begitu shock saat melihatku tapi aku sangat membutuhkan siwon. aku membutuhkannya saat ini dan aku ingin bertemu dengannya sekarang juga.

“siwon?”, tanyaku lirih. Aku bingung mengungkapkan pertanyaanku.

“emmm, siwon sedang keluar sayang, katanya ke rumah temannya, nana”

Aku segera pamit meski berukang kali nyonya choi meneriakiku. Aku benar-benar memutuhkan siwon. Dia seharusnya berada di sampingku, menenangkanku seperti biasanya. aku segera berlari ke arah halte bus. Aku ingin menemukan siwonku kembali dan aku akan merebutnya dari nana, siwon adalah milikku.

Nana Nana Nana, siapa dia? Dia orang baru, aku yang mengenalnya lebih lama. aku lebih berhak bersamanya, bukan nana. Aku sesegera mungkin naik bus ke rumah nana. Dengan segala keegoisanku dan kemarahanku aku akan merebut siwon kembali. Meski aku menangis selama perjalanan itu, meski aku tahu sekarang aku seperti seorang psikopat, aku tak peduli. Siwon adalah milikku.

Sesampainya di apartemen nana. Aku segera memencet bel rumahnya berkali-kali. tidak ada jawaban. Kenapa tidak ada yang membukakan pintunya? apakah aku salah tempat? Setahuku nana memang tinggal disini? Kenapa kenapa kenapaaaa?

“aaaiiiissshhh”, aku menyandarkan tubuhku di pintu rumah yang kosong itu. tertawa kemudian menangis. menyedihkan. Lihatlah aku, belum apa-apa sudah lelah, menyedihkan. Aku menarik hp ku dan menanyakan kebenaran alamat rumah nana pada beberapa temanku.

Ting, [tentu rumahnya kosong steph, kami sedang di hotel seoul untuk merayakan ulang tahunnya. Kau tidak diundang?]

Ulang tahun? gadis cantik itu sedang berulang tahun? kenapa aku tidak tahu? dia tidak mengundangku? Ah, tentu dia tidak mengundangku, dia membenciku karena aku dekat engan kekasihnya

Aku segera berjalan menjauh dari apartemen kosong itu, menuju hotel seoul. Aku tak lagi menggebu-gebu, hanya berjalan ke arah halte bus lagi, masuk ke dalam bus, duduk sambil melihat kaca bus, dan keluar. Sesampainya di depan hotel, aku sedikit terhenti, memikirkan kembali apakah aku benar-benar masuk ke hotel, merusak gadis yang sedang berbahagia itu, dan menarik lengan kekasih dari gadis yang sedang berulang tahun?

ya, karena aku membutuhkan siwon jadi aku melangkahkan kakiku masuk ke hotel tersebut. setelah bertanya ke reseptionis dan aku sampai ke tempat itu. aku melihat dari kejauhan bagaimana gadis cantik itu meniup lilinnya di dampingi siwon dan kedua orang tuanya. Senyum gadis cantik itu mengembang saat tepuk tangan dari penjuru ruangan itu menggema. Aku pun ikut tersenyum, dan selangkah demi selangkah aku mundur teratur. Bagaimana mungkin aku akan menghancurkan senyum cantik gadis di hari istimewanya?

Perjalanan ke sungai han ini terasa sangat tenang dan damai. Aku memikirkan bagaimana awalnya aku begitu tergantung pada siwon. memikirkan bagaimana awal mula aku mengetahui aku mencintainya. Semua itu seolah memori yang memutar kembali dalam otakku begitu indah. aku terlalu tamak hingga ingin merebutnya dari kekasihnya padahal aku sudah memilikinya dari aku kecil. Seharusnya aku bisa bersyukur atas hal itu.

Berjam-jam aku duduk di samping sungai. Menikmati angin musim panas yang menerpa lembut wajahku. Mengapa hal sesederhana ini begitu menenangkan? Seharusnya aku tidak meninggalkan oemma sendirian. Depresi oemmaku setelah ditinggal appa sepertinya berpengaruh besar. menikah berkali-kali berharap akan menjadi pernikahan yang selalu bahagia sepanjang waktu tapi yang didapatkannya justru sebaliknya. Aku tidak menyelahkan appa-appaku yang meninggalkan oemmaku karena memang oemmaku sangat emosianal dalam menghadapi sesuatu. Aku membenamkan diriku dan berusaha menguatkan hatiku. Sejak kapan aku jadi selemah ini? lalu kulihat jamku menunjukkan pukul satu dini hari.

“happy birthday steph”, gumamku

Air mataku mengalir mengingat bagaimana hari-hari ulang tahunku selalu kuhabiskan bersama siwon. aku bahkan selalu menolak merayakan hari ulang tahunku dnegan kekasih-kekasihku karena aku ingin merayakannya bersama siwon. kau kembali bodoh tiffany, kau menangisinya lagi.

Kurasakan lenganku tertarik dan aku melihat siwon mengenakan hoodienya dan memelukku, “bodoh, kau tahu berapa lama aku mencarimu?”

“siwon?”

“kau tahu betapa aku khawatir saat oemma bercerita bahwa kau memangis dan mencariku? Aku langsung pulang dari pesta dan mencarimu berjam-jam steph”

“siwon”

“kau tahu aku seperti orang gila yang berpikir kau akan melakukan hal-hal gila yang bahkan aku tidak sanggup memikirkannya…”

Choi siwon memelukku semakin erat. dia bergumam mulai dari menyalahkanku hingga meminta maaf padaku. puncak kepalaku diciumnya berkali-kali dan aku hanya membenamkan diriku padanya dan memelukknya tanpa mau melepasnya, “siwon, saranghae”, gumamku lirih

Dia berhenti meracau dan melepaskan pelukannya. kulihat wajahnya yang berantakan, kemejanya yang tak lagi rapi, dan dandanannya yang terhapus udara malam. “saranghae choi siwon, saranghae”

Aku tahu ini adalah saat yang tidak tepat untuk mengungkapkan cinta. aku hanya sudah lelah menyembunyikannya, aku tidak ingin jawaban, hanya ingin mengutarakannya. Kuraih wajah tampannya itu dengan satu tanganku, senyumku mengembang, akhirnya aku berhasil mengungkapkannya.

“step”

“sstttt”, kataku berusaha mendiamkannya. Aku tidak ingin jawaban karena aku terlalu takut dengan jawaban itu

“aku telah mencintaimu sejak lama choi siwon”, kataku sambil merapikan rambut-rambut yang menghalangi mata indahnya. “aku terlalu takut mengatakannya, maafkan aku”

“steph”

“jangan berkata apa-apa siwon tau aku akan marah. Aku melihatmu di pesta tadi, melihat bagaimana kau dan nana bahagia. Aku tidak akan merusak itu siwon, aku hanya ingin mengungkapkan persaanku karena sakit sekali disini”, ku pukul dadaku beberapa kali sambil terisak. “sakit sekali karena tidak bisa mengungkapkannya, kau tahu”

Siwon kembali memelukku dan aku sekarang menumpahkan segalanya dalam tangisanku.

“menangislah”

aku membenamkan wajahku di dadanya. aku menangis sejadinya-jadinya, berteriak, meluapkan segala yang aku rasakan, dan membiarkan kehangatan tubuhnya menyamankanku.

ILU—

“oemma, appa dimana?”

Saat pagi aku kembali ke rumah, rumahku tampak berantakan dan aku tak mengerti dengan koper-koper besar yang ada di ruang tamu itu.

“Kami memutuskan untuk bercerai tiffany”, begitu entengnya oemma mengatakan hal seperti ini berulang kali

Aku sudah mempunyai appa berkali-kali, kalimat ini sebenarnya bukan kalimat asing tapi setiap kalimat ini terlontar, aku tetap saja merasa terganggu.

“oemma akan bercerai lagi? berapa kali lagi oemma akan mencoba memberikanku appa?”, Dia menikah lagi berulang kali dan berakhir dengan keadaan yang sama. bercerai setelah berulang kali bertengkar. Memuakkan!!!

“tiffany, apa kau pikir oemma menginginkan semua ini? oemma juga tidak ingin ini terjadi”

“oemma selalu menyalahkan keadaan dan suami oemma. Mungkin seharusnya oemma introspeksi diri mengapa rumah tangga oemma selalu berakhir seperti ini

“kau masih kecil tiffany, kau tidak akan mengerti”

“aku memang tidak pernah bisa mengerti oemma. mengapa tetangga kita selalu harmonis sedangkan kita tidak? Mengapa orang tua di luar sana sibuk memikirkan bagaimana anaknya bisa hidup dengan baik sedangkan oemma tidak. Aku tak pernah mengerti”, kataku kasar

Baiklah, aku tidak pernah berbicara begitu sembrono seperti hari ini. Aku sebenarnya hanya ingin keluargaku baik-baik saja tanpa ada skandal-skandal memuakkan yang selalu terulang. Aku selama ini selalu membiarkan oemmaku menikah lagi karena aku ingin oemmaku menemukan kebahagiaannya. Tapi imipan dan realita tidak lah sama.

“oemmaaa…”, Senjata rahasia oemmaku adalah menangis. dia selalu menangis kapanpun dan dimanapu dia mau. Aku hanya ingin dia memikirkan kembali matang-matang semua yang telah terjadi tapi beginilah yang aku dapat. Aku selalu lemah jika melihat air matanya. sedetik yang lalu aku marah-marah dan detik berikutnya aku akan memeluknya.

“stephanie, kita akan kembali ke amerika, ke rumah kakekmu”

“apa? kenapa?”

“omma sudah memikirkan baik-baik. oemma ingin memulai kehidupan baru disana. Oemma ingin mengurus haraboji dengan baik. selama ini oemma hanya memikirkan diri sendiri. aku juga ingin kau tumbuh dengan baik. kau bisa sekolah di sekolah oemma dulu, kau bisa meneruskan kuliah lebih baik disana, dan kau akan menjadi orang yang jauh lebih baik daripada appa dan oemmamu”

Aku tertegun, ini adalah kalimat paling mengharukan yang diucapkan oleh oemmaku. Selama ini oemmaku memang hanya memikirkan dirinya tapi kali ini berbeda, oemmaku sepertinya menemukan kembali rumahnya. aku bahagia sekali mendengarkan ucapan perhatiannya.

Aku tersenyum memikirkan apa yang telah kami lalui bersama. Semua pertengkaran itu dan segala hal memuakkan itu. aku juga memikirkan cintaku, siwon. mungkin pindah adlaah hal yang memang menungguku, aku sudah mengatakannya pada siwon bukan? Berarti bebanku telah hilang.

Aku tersenyum lagi dan berkata, “baiklah, kita akan pindah oemma”

ILU—

Aku tidak masuk sekolah hari ini, aku sudah mengatakannya pada siwon sebelum dia mengatarkanku pulang pagi ini. aku yakin dia sudah berangkat sekolah. Padahal aku ingin sekali bertemu dengannya sebelum aku berangkat siang ini. oemmaku begitu bersemangat hingga mempersiapkannya secepat mungkin. Hal-hal seperti sekolah, perceraian oemma dan hal yang lain yang tidak bisa diselesaikan dalam sehari akan diselelsaikan nanti oleh won bin ahjussi, partner kerja oemmaku.

Oemma sudah tidak sabar bertemu haraboji dan aku sangat bahagia melihat wajah oemmaku. Baru kali ini aku melihat wajah oemmaku tersenyum dengan tulusnya, bukan harapan-harapan yang tanpa arah seperti saat oemmaku akan menikah.

“oh, tiffany?”

“selamat siang nyonya choi. aku hanya ingin pamit”

“pamit? Tiffany mau kemana?”

“aku dan oemma mau kembali ke amerika. Kami akan pindah kesana”, mataku berbinar saat mengucapkannya

“pindah? Astaga, kenapa mendadak sekali”

Aku menjelaskan dengan singkat dan berpamitan dengan nyonya choi. Saat nyonya choi bilang untuk pamit dengan siwon aku mengiyakan. Aku sudah berusaha menghubunginya tapi tidak dijawab, sepertinya dia sedang belajar. Aku tidak tahu kenapa dia sulit sekali dihubungi saat aku benar-benar membutuhkannya. Akhirnya aku hanya mengiriminya pesan suara dan aku berangkat menuju bandara.

“terima kasih choi siwon”, itulah yang aku gumamkan berkali-kali saat berjalan ke bandara

Kriiing kriing

Handphoneku berdering saat aku berada di ruang tunggu bandara. Aku melihat nama siwon disana dan aku segera mengangkatnya.

“yoboseo”

“kau dimana?”, ucapnya segera tanpa basa-basi

“aku berangkat menuju bandara. Kau sudah membaca pesanku? Aku-”

“aku kesana”, dan dia mematikan telfonnya

Oemmaku memandangku curiga, “siwon?”

Aku menganggukkan kepalaku dan oemmaku tersenyum, “kau masih menyukainya?”

“aku?”

“aeee, kau menyukainya. Oemma bisa melihatnya stephani hwang”

Berita pemberitahuan pemberangkatanku sudah diumumkan, aku dan oemmaku harus segera memasuki pesawat. Aku memegang handphoneku dengan gusar. Aku segera menelfon siwon.

“tiffany, aku sudah hampir sampai bandara, tunggu aku”

“siwon, aku akan masuk pesawat”, ucapku cepat, dia seolah mematung, tak bicara apapun. “kau tak perlu kemari. Aku akan kembali ke korea secepatnya”

“jangan tutup ponselnya dulu. dengarkan aku, oke?”

Kenapa dengannya? Suaranya seperti memohon sekali, “baiklah”

“saranghae tiffany hwang”

DEG, aku membeku di tempatku. Oemmaku menatapku dengan penuh tanda tanya. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menarik tangan kiriku ke pesawat sedang tanganku masih sibuk memegang handphoneku yang terasa amat sangat berat sekarang.

“aku choi siwon, sahabatmu, mencintaimu, bahkan sebelum kau tahu apa itu cinta. aku mencintaimu sejak dlu, sejak sangat dulu tiffany. aku menerima stella dulu karena dia membuatku tidak tega untuk menolaknya, aku menerimanya. tapi aku tahu aku tidak bsia menghilangkan cintaku padamu, aku memutuskannya. Kenapa aku begitu frustasi waktu aku putus dengan stella adlaah karena hari itu juga kau pertama kalinya mempunyai kekasih, padahal aku ingin sekali menngatakan cinntaku padamu waktu itu”, dia terkekeh, seolah merutuki kebodohannya

“kau tahu berapa lama aku belajar mengucapkan itu? aku bahkan tak sanggup menghitungnya. Lalu kau seolah mematahkannya begitu saja. lalu kau kembali berkencan, berkencan, dan berkencan hingga aku tak pernah mau tahu siapa algi kekasihmu hingga kau kembali lagi ke nichkhun. kau tahu kenapa aku begitu menentangnya? Karena aku takut kau benar-benar mencintainya. Kau tidak pernah kembali lagi ke mantan kekasihmu kecuali dia. Lalu ciuman itu, kau tahu aku benar-benar marah saat melihat ciuman itu dari balkon rumahku. Aku segera turun dan membohongimu soal mobil dan motorku yang rusak”

Ya, aku ingat. Apakah itu sebabnya nyonya choi memandangku penuh tanda tanya saat aku bertanya tentang servis mobil? Dan aku ingat betul choi siwon malam itu meninggalkanku dengan membawa motornya.

“maaf nona, pesawat akan berangkat. mohon nona matikan handphone”, suara pramugari cantik itu menyadarkanku dari pikiranku

“tunggu, jangan matikan dulu”, suara siwon kebingungan

“siwon”

“aku mencintaimu steph, lebih dari yang kau tahu”, tunggu, apakah dia menangis? kenapa suaranya terdengar terisak? Air mataku seolah ingin keluar jika memikirkan dia benar-benar menangis.

Choi siwon menangisiku

“kenapa kau tidak mengatakannya padaku tadi malam?”, aku marah padanya

“tadi malam kau tidak mengijinkanku mengatakan apapun. lalu aku berpikir bahwa aku memang harus mengakhiri hubunganku dengan nana sebelum mengatakannya padamu”

“kau bodoh siwon, kau bodoh”, aku mematikan handphoneku

Pesawatku berangkat dan aku terkekeh menyadari bagaimana bodohnya kisah cintaku ini. aku bodoh, siwon juga bodoh, kami semua bodoh. Cinta yang membodohkan kami.

“tiffany, kenapa kau tertawa dengan air mata seperti itu?”, oemmaku terlihat sangat khawatir padaku

Aku tersenyum melihat wajah khawatir itu, wajah penuh kasih sayang. Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum dan merangkul lengan oemmaku. Ini kehangatan yang aku butuhkan sekarang, kehangatan seorang ibu.

“tuhan, terima kasih”

Terima kasih telah melegakan hatiku dengan membantuku menyatakan cintaku tadi malam. Terimakasih karena membuat oemmaku menjadi sosok oemma yang benar-benar aku idam-idamkan selama ini. aku tahu seseorang tidak bsai begitu saja berubah. Tapi tekad baru oemmaku setidaknya sudah cukup memberikanku harapan baru, bukan harapan-harapan palsu yang biasa kudengar.

Setidaknya, dalam perjalanan ke kampung halamanku siang ini. aku tahu satu hal, “cintaku tidak bertepuk sebelah tangan seperti yang aku pikirkan selama ini”

ILU—

Epilog

Perjalanan pesawat memang sangat melelahkan. Aku menarik otot-ototku yang kaku sebelum berjalan keluar dari gate bandara. Kuhembuskan nafas beratku ke udara sebelum melangkah. Siwon mengatakan dia akan menjemputku dan ini membuat hatiku membuncah. Hari ini adalah pertama kalinya aku akan bertemu dengannya secara langsung. Seperti yang aku janjikan, aku akan kembali ke korea secepatnya.

Setelah pertemuan yang berulang kali lewat skype, perbincangan yang panjang lewat handphone, dan segala hal yang pasangan lakukan ketika berjauhan, kami melakukannya. Aku tidak bisa bilang bahwa dia kekasihku karena dia tidak pernah memintanya. Aku cukup tahu, aku mencintainya dan dia mencintaiku.

Kulihat diantara orang-orang itu, siwon melambaikan tangannya dengan semangat. Dia tampak dewasa dengan kemeja biru mudanya, menggunakan kacamata hitamnya, dan memegang papan nama.

Aku melambaikan tanganku, tersenyum bangga.

Bagaimana aku tidak bangga?

Beberapa wanita disana melihat siwon dengan mata berbianar. Dia memang terlihat sangat tampan. aku tak pernah menyangka dia bisa jadi setampan ini. ataukah ini hanya perasaanku saja. aku kian mendekat dan begitupun dengannya.

“Hi”, sapaku

“Hi”, katanya sambil melepaskan kacamatanya

“darimana kau belajar tampan seperti itu?, kataku menggoda

Dia menaikkan alisnya dengan sombongnya, membuatku terkekeh. Namun aku terhenti saat tiba-tiba ia menarikku dan memelukku erat. semua orang memandangi kami. aku tak tahu harus berbuat apa.

“si-siwon-“

“bogoshippo tiffany hwang, jeongmal”, aku tersenyum damai

“nado”

“aku ingin mengucapkan banyak hal, aku juga ingin melakukan banyak hal denganmu”

“nado”

““saranghae, saranghae tiffany hwang”, aku tertegun, aku tidak menjawabnya. Detik itu aku tahu, aku baru kali ini mendengarnya langsung dari mulutnya

Akhirnya aku benar-benar mendengarnya langsung darinya tanpa skype, handphone, atau apapun. langsung dari seorang choi siwon, orang yang aku cintai. Aku akhirnya tersenyum lebar dan memeluknya, “nado. Nado saranghae, choi siwonku”

24 pemikiran pada “(AF) You Belong With Me

  1. Huaaah aku suka banget cerita ini, smp ikutan nangis waktu siwon ninggalin tiff setelah sifany berciuman. Ah coba kl mereka jujur dari awal ya? Tp senang yg penting happy ending

  2. Aaww.. Sweet bgt dah..
    Iya,mreka bodoh,cinta membodohkan mereka..hahahah..terharu thor bacanya 😂😍uhuy happy ending

  3. Feelnya kena bangettt.. ampe nangis pas fany ninggalin siwon dan siwonnya nyesel banget.. daebakkkk min ditunggu karya selanjutnya

  4. Ohh I feel so bad for nicky 😳😳
    Berasa lagunya Taylor di buat fanfic sih ini 😂
    Suka lah sama ceritanya, mungkin krn ini jg sama kyak pengalaman pribadi aku kali yah /malah curcol/ ahh pokoknya sukaaa, happy ending as expected, sad romancenya kerasa banget 😘
    Ditunggu karya selanjutnya 💪💪

  5. Oh I feel so bad for nicky 😳😳
    Berasa lagunya Taylor di buat fanfic sih ini 😂
    Suka lah sama ceritanya, mungkin krn ini jg sama kyak pengalaman pribadi aku kali yah /malah curcol/ ahh pokoknya sukaaa, happy ending as expected, sad romancenya kerasa banget 😘
    Ditunggu karya selanjutnya 💪💪

  6. aaah… sumpah ikutan nyesek dan berandai-andai kapan seberani tiffany hwang disini. hahaha.. oke oke maafkeun udah curhat colongan gratis. ffnya daebak!! keren begete. siwon trnya jg sedalam itu k fany. aaah… bikin lg dong sifany abg kaya gini.

  7. Oowww.. sahabat & cinta, terasa sulit memang
    Tp happy end yeay…, sayang yah ga di lanjutin kisah mreka saat2 b’2 😦
    Btw knp yah slalu nick..? Ga da cwo laen apa *loh (maap ya)
    Ff’a daebak
    Author daebak
    Sifany daebak

  8. Senengg bgt.. happy ending. Suka bgt sama alur ceritanyaa. Seharian ini puas bgt bisa baca ff disini. Baru pertama kali baca pairing mereka.. kerennn

  9. Rada nyesek deh ingin ceritanya….
    Ternyata persahabatan itu cinta.
    Gak kebayang kalo di dunia nyata kita jadi nichkhun, nana, atau stellanya :””

  10. Hyuhhh akhirnya mereka bersatu jg.. rada nyesek bacanya. Aku pikir mereka ga bakal bersatu. Harusnya jujur dr awal hehe.
    Critanya bagus author, bikin crita lainnya ya pokoknya dituggu 🙂 Next

  11. critanya bagus bngt… sweetnya dapt juga. bagaimana prasaan fany trgmbr jelas siwon juga.pinginnya sih sequel yg mncrtakan dr sudut pandangnya siwon. pasti krennn 🙂 hanya saja agak pensaran hub fany ama nichkhun nggak ditgskan scara jelas. nick pasti tahu kalo siwon cinta ama fany n memperjuangkan fany mati matian… ah kereeeennnnnn……

  12. Cinta itu emg gx bisa dtebak kpn dtang nya dan dengan siapa… bermula dengan persahabatan dan berakhir saling mencintai. Suka banget ma ceritanya…

  13. wlpn dialogny krn n bnyk gmbrkn ttg fany tp isi dr crtny msh dpt ….
    yg terpnting isi hati mrk udh terungkp dmn sifany slg cinta dr dl.skrg tgl mnguatkn n jg cinta mrk.
    S I F A N Y ❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Tinggalkan Balasan ke ocel Batalkan balasan