(AF) The Joseon Princess Part 1

The Joseon Princess CHAPTER 11Cast :

Hwang Mi Young

Choi Siwon

Genre :

Dark Romace, Historical, Drama

Rating : TeenAdult

Derap langkah memecah keheningan dan kesunyian malam bulan purnama di sebuah gang sempit yang gelap. Langkahnya terkesan tergesa-gesa, seperti sedang dikejar sesuatu―karena memang sebenarnya itulah alasan ia berlari dengan kecepatan penuh saat ini.

Sesekali kepalanya menoleh ke belakang, memastikan segerombolan pria dengan badan besar dan pistol di tangan mereka tak mendekat ke arahnya yang berlari dengan langkah terseok-seok. Ia memegang lengan kirinya yang terkena tembakan dan darah keluar memenuhi jas hitam pekatnya.

Pria dengan perawakan tinggi itu cepat-cepat bersembunyi di balik gerobak yang dipenuhi oleh pot-pot bunga begitu mendengar derap langkah lain menuju ke arahnya. Ia terperosot jatuh―sembari memegang lengan kirinya yang terasa begitu perih. Ia mencoba mengumpulkan segenap kekuatan dan ketajaman pendengarannya untuk memastikan derap langkah tersebut.

Ia dapat melihat sekelabat bayangan pria-pria yang menembaknya tadi berjalan melewatinya dan derap langkah itu menghilang dari pendengarannya. Menarik napas lega, pria itu meringis kesakitan merasakan dua tembakan di lengan kirinya, seakan kembali menyadarkan ada peluru yang mengenai lengannya.

Perihnya benar-benar tak terkira, terasa lebih menyakitkan daripada tertusuk―karena dengan begitu ia dapat melepaskan benda yang menusuknya dan rasa sakit itu berkurang, namun kali ini tidak, dua peluru itu masuk ke dalam lengannya dan ia tak bisa mengambilnya begitu saja.

Detik-detik merasakan sengatan di lengannya, pandangannya mulai kabur dan rasanya semua kesakitannya menghilang secara perlahan begitu juga dengan semua yang disekitarnya menjadi hitam.

 

***

 

Dinasti Joseon, 1789

Masa itu adalah masa dimana Kerajaan Dinasti Joseon (memacu pada Negara Korea sebelum terjadinya Invasi Jepang atas Korea) berada di puncak kejayaan. Masa dimana rakyat menyadari bahwa tonggak dari kejayaan dan kemakmuran suatu Negara adalah rakyat yang dapat bekerja sama dengan pemerintahan dan pemerintahan yang terbuka dengan rakyat perihal politik dalam negeri maupun luar negeri.

Joseon berada di titik dimana segala sesuatunya tengah berkembang sesuai perkembangan jaman. Rakyat mulai mengenal benda-benda modern yang didatangkan mulai dari Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat seperti kamera dengan blitz yang bentuknya begitu besar dan harus ditutup menggunakan kain. Khususnya, Joseon kini benar-benar menjadi surga dimana pasar Jepang dan China dapat berlabuh.

Tradisi-tradisi mengenai gaya rambut, perhiasan, dan cara berpakaian pun yang tadinya begitu tradisional seakan perlahan mulai dapat menerima budaya dari Negara lain. Gadis-gadis Joseon mulai memiliki poni yang sebelumnya rambut diikat semua kebelakang atau disanggul dengan Binyeo atau tusuk konde menjadi kepangan ataupun hanya digerai.

Masyarakat Joseon mulai mengenal setelah formal yang berasal dari barat seperti jas maupun gaun yang digunakan oleh warga Negara lain. Salah satunya adalah Jepang. Jepang kini menjadi Negara nomor satu yang berhasil menduduki pasar Joseon. Setiap harinya akan berdatangan segerombolan pria dengan jas dan wanita dengan kimono melewati pelabuhan. Mereka adalah para pengusaha yang melayangkan usahanya pada Joseon, terutama di musim  semi ini.

Musim semi yang indah.

Begitulah yang dipikirkan seorang gadis dengan rambut panjang yang digerai dan memakai hanbok berwarna merah mudah, seakan menunjukkan kecantikan darinya. Matanya yang lebar dan berkelopak mata sangat jarang ditemui pada gadis Joseon pada umumnya yang bermata sipit. Garis tulang hidungnya begitu menonjol seakan dirinya memiliki hidung mancung. Pipinya yang tirus merona merah saat tersenyum, membuat banyak kaum adam diam-diam menaruh hati padanya. Kulitnya yang seputih porselin seakan membuat semua mata tak segan-segan menoleh ke arahnya ketika ia lewat.

Dia, Hwang Mi Young.

Gadis berumur 18 tahun dan kecantikannya sudah mempesona banyak orang. Ayahnya adalah seorang sarjanawan dan ibunya berasal dari kasta pedagang. Karena status ibunya yang rendah, Mi Young terkadang sering dikucilkan oleh para gadis dengan kasta tinggi, disamping mereka begitu iri dengan kecantikannya.

Dia tengah melihat cerahnya mentari pagi di hari keempat musim semi. Walaupun sebenarnya pagi ini ia masih sebal mengingat tumpukan salju masih terlihat dibeberapa sisi jalan, paling tidak, sinar matahari yang hangat kali ini benar-benar berpihak padanya.

Hari itu, langkahnya hendak menuju ke sebuah toko barang antik yang―katanya―barang-barangnya diimpor langsung dari China dan Jepang. Barang-barang antik yang terbuat dari keramik baru-baru ini menjadi seperti tren baru di Seoul, tempatnya tinggal.

“Ini adalah vas bunga pengeluaran terbaru dari Jepang! Hanya ada 5 barang di Joseon dan salah satunya adalah di toko ini! Aku akan memberikan harga spesial.”

Mi Young berjalan mendekat dan mencoba melewati desak-desakan untuk melihat lebih jelas barang apa yang akan dijual hari ini.

“Berapa harganya?” seorang wanita dengan hanbok berwarna hijau cerah bertanya sembari mengipas-ngipaskan kipas berwarna emasnya. Dia terlihat seperti nyonya dari istri seorang sarjanawan –yang pada saat itu seorang sarjana memiliki kasta yang tinggi dan disegani.

“Untukmu nyonya, kuberikan 500 keping saja!”

“Ah! Mahal sekali!” seorang pria tua terlihat memprotes.

“Ini adalah barang langsung dari Jepang! Aku akan memberikan gratis binyeo dengan pahatan burung merak bila kalian mau membelinya!”

Terdengar bunyi desahan protes dari para pengunjung yang datang karena dirasanya sangat mahal. Perlahan orang-orang mulai meninggalkan toko tersebut karena masih tidak bisa menurunkan harga yang ditetapkan penjual tersebut. Mereka gagal menawar.

Mi Young terkikik geli melihat penjual tersebut berteriak frustasi.

“Ahjussi! Aku akan membelinya 250 keping!”

Paman tersebut mendengus, “Hargamu begitu rendah! Aku akan memberikannya seharga 450 keping karena kau cantik.” Katanya sambil tersenyum menggoda.

Kali ini Mi Young yang terlihat sebal, “Kau benar-benar pelit. Aku yakin pasti harganya tidak lebih dari 200!”

“Apa?!” paman itu menggeram.

Mi Young hendak membalas kembali perkataan paman tersebut bila saja seseorang tidak menarik lengannya keluar dari toko tersebut.

“Kau benar-benar gila ingin membeli barang dari paman gila itu!”

Dilihatnya gadis dengan poni dan rambut yang disanggul kebelakang sedang melotot ke arahnya.

“Kim Taeyeon-ssi! Apa yang kau lakukan di sini?”

“Seharusnya aku yang bertanya padamu! Dengar, paman itu penipu. Aku tidak yakin barang itu benar-benar diimpor dari Jepang. Kudengar barang yang asli bahkan harganya melebihi 1000 keping.”

“Darimana kau tahu?”

Orabeoni (panggilan oppa pada jaman dinasti Joseon) yang memberitahu.”

Bila sudah membicarakan kakak laki-laki Taeyeon, semuanya akan menjadi benar. Kakaknya bekerja di biro kepolisian sehingga Mi Young dengan mudah mengetahui informasi tentang kota baru-baru ini.

“Ayo kita minum teh di rumahku.”

“Baik.”

Mi Young melangkah sepanjang jalan menuju rumah milik Taeyeon. Tak sedikit dari orang-orang yang menoleh ke arah mereka―terutama pada Mi Young yang cantik jelita. Taeyeon bahkan sering menyebutnya seperti dewi-dewi atau legenda perempuan tercantik yang berasal dari Cina.

Setelah mereka sampai, mereka langsung dihidangkan teh panas dengan gingsen di dalamnya. “Tehnya benar-benar membuatku merasa hangat. Terima kasih ya, Taeyeon-ssi.”

“Sama-sama,” Taeyeon tersenyum dan kembali menyesap teh panasnya. “Apa yang membuatmu ingin membeli dari si penipu paman toko tadi? Harganya sangat mahal, bahkan kita tidak tahu apa yang dikatakannya itu sebenarnya atau tidak.”

Mi Young terkikik geli, “Aku suka ukirannya. Kudengar yang dijual paman itu memiliki ukiran yang indah. Aku ingin menaruhnya di toko bungaku.”

Taeyeon mendengus, “Kau benar-benar berusaha dengan keras.”

“Ya, semenjak kematian kedua orang tuaku, aku harus bekerja keras. Lagipula, tidak sia-sia dari kecil aku suka membantu ibuku merawat tanamannya.”

Orang tua Mi Young sudah meninggal setahun yang lalu akibat kejadian mengerikan yang terjadi di tahun 1788. Tahun itu adalah tahun yang benar-benar kelam bagi Joseon. Tingkat kriminalitas begitu tinggi dikarenakan penyelundupan senjata baru yang berasal dari Portugis. Senjata yang sama sekali tak disetujui oleh pemerintah untuk masuk dan dimiliki masyarakat Joseon.

Namanya pistol―jenis senjata api terbaru yang diketahuinya saat ini.

 Mi Young pernah melihatnya sekali. Dan itu adalah saat dimana kedua orang tuanya ditembak di depan matanya, oleh sekumpulan orang-orang yang memiliki dendam pada ayahnya. Saat itu ia sedang berjalan pulang menuju toko kain untuk menenun –karena ia hobi menenun. Keributan terdengar di halaman rumahnya dan saat ia mengintip dibalik pagar, kejadian pembunuhan itu terjadi di depan matanya.

Matanya sempat berpapasan dengan mata ayahnya menjelang detik-detik kematian terakhir. Dan itu benar-benar membuat Mi Young trauma setengah mati. Dari berita yang di dengarnya (walaupun ia tak yakin ini benar atau tidak), ternyata segerombolan penjahat itu mengidap gangguan kejiwaan dan sempat membunuh lebih dari 100 orang sarjana (ayahnya adalah seorang sarjana sedangkan ibunya berasal dari kasta pedagang), membuat negeri Joseon gempar akan pemberitaan yang dengan cepat menyebar di seluruh penjuru negeri itu.

“Aku dengar dari orabeoni, orang-orang Jepang sudah mulai memutuskan untuk tinggal disini.”

“Benarkah?” Mi Young menyesap kembali tehnya, lebih-lebih karena dia begitu penasaran. Teman-temannya di pasar sering membicarakan para pengusaha asal Jepang dan Cina yang sering berdatangan ke Seoul. Mereka bilang mereka sering mengintip dari pelabuhan.

“Iya,” Taeyeon mengingat-ingat kembali. “Dan kudengar yang paling menghebohkan biro kepolisian akhir-akhir ini adalah kedatangan pengusaha Jepang yang katanya dari Joseon.”

“Maksudmu dia asli berasal dari Joseon?”

“Dengar-dengar sih begitu.” Taeyeon menghela napas. “Kau tahu, bahkan biro kepolisian disebut-sebut takut kepadanya. Mereka bilang dia adalah sesosok yang menakutkan dan kejam. Orang-orang dalam pernah mendengar bahwa dia juga bekerja sama dengan jaringan mafia. Kudengar Jepang adalah pemilik jaringan mafia terbesar sepanjang sejarah.”

Menyeramkan sekali. Setidaknya itulah yang dipikirkan Mi Young. Mungkin hanya dia yang merasa bahwa kedatangan orang-orang luar di negeranya membawa pengaruh buruk.

“Kau tahu siapa namanya?” Tanya Mi Young.

Orabeoni tidak mau memberitahuku. Pelit sekali dia,” Taeyeon memutar bola matanya. “Aku belum pernah melihatnya. Tapi dengar-dengar dia tampan.”

“Matamu berbinar bila membicarakan pria tampan,” Mi Young tersenyum geli. Ia menaruh cangkirnya yang sudah habis ke atas meja. “Aku harus pulang, Taeyeon-ssi. Masih ada toko yang harus kuurus di pasar.”

“Baiklah, Mi Young-ssi. Akan kuantar kau sampai depan rumah.”

 

***

 

Mi Young tersenyum dan menghirup udara kembali. Sejuk dan hangat. Dua perpaduan yang sempurna. Ia berjalan memasuki gang sempit di dekat rumahnya. Ia hendak mengambil gerobak berisi pot-pot yang akan dibawanya ke tokonya. Alasannya memang agak tidak logis, meletakkan gerobak itu di dalam gang sempit yang jarang dilewati orang.

Ia takut dicuri.

Bahkan ia percaya gang itu lebih aman dari rumahnya sendiri―setelah peristiwa pembunuhan itu yang menohoknya. Mi Young sudah memegang pegangan gerobak dan hendak mendorongnya melaju menuju pasar bila saja sekelebat lenguhan tak didengarnya.

“Eunghh…”

Mi Young langsung berhenti dan kembali menajamkan pendengarannya. Barulah ketika ia menoleh ke samping kirinya ia melihat dengan mata kepalanya sendiri seorang pria tengah terbaring dengan darah yang menetes di lengan kirinya.  Pria itu mengenakan jas hitam dan Mi Young tahu betul bahwa pria itu pastilah pria yang berasal dari Jepang.

Mi Young berjalan pelan untuk melihat lebih dekat. Sesaat ia terkejut bukan main saat melihat dengan jelas bahwa pria itu terkena luka tembakan di lengannya. Peristiwa yang terjadi setahun lalu seakan kembali berputar dan Mi Young kembali ketakutan. Gemetaran di sekujur kakinya dan tangannya yang menutup mulutnya saat ia melihat wajah pria itu yang begitu pucat. Apa yang harus dilakukannya?

Menahan ketakutannya, Mi Young tanpa sadar sudah berjongkok dan menyenggol bahu pria berbadan besar itu pelan.

“Tuan? Tuan?” Panggilnya dan pria itu hanya kembali melenguh, seakan tak ingin kembali ke kesadarannya. “Apa yang harus kulakukan?”

Mi Young mendesah dan menggigit bibirnya. Teringat akan perkataan almarhum ayahnya, Mi Young mengeluarkan isi gerobaknya dan menaruh turun semua pot-potnya. Sedikit kesusahan, ia mengangkat pria itu dan berusaha menaruhnya ke dalam gerobaknya.

Ini benar-benar gila. Pikirnya.

Akhirnya badan pria tanpa nama itu berhasil masuk ke dalam gerobaknya dan ia menutup badan pria itu dengan kain yang kebetulan ditemukannya tak jauh darinya.

Beruntung sekali karena letak gang dengan rumahnya begitu dekat sehingga ia tak perlu repot-repot dicurigai dengan apa yang dibawanya. Ia langsung mengeluarkan badan pria itu dari gerobak dan menaruhnya di kamar milik ayahnya yang kosong.

Rasanya lengan dan pundaknya kini pegal-pegal. Bagaimana tidak, badan Mi Young begitu kecil dan dari perawakannya dia terlihat lemah dan rapuh. Dan dia harus mengangkat seorang pria yang mungkin beratnya dua kali lipat darinya. Paling tidak, niatnya baik kali ini. Begitulah yang sering ayahnya nasihatkan sejak ia masih kanak-kanak.

Apa yang kau tabur akan kau tuai. Jadilah seorang wanita yang berbudi luhur dan membanggakan keluarga. Jangan berbuat keji dan lakukanlah kebaikan.

Mi Young langsung melepaskan jas hitam pria itu dan sedikit terpana dengan jenis pakaian yang berada di tangannya. Dia sering melihat orang-orang di pelabuhan mengenakan ini namun menyentuh dan melihatnya sedekat ini seakan menjadi sebuah kesempatan bagi Mi Young yang begitu mencintai pengetahuan.

“Eunghh…”

Pria itu melenguh kembali, secara total membalikkan kesadaran Mi Young sehingga matanya menatap pria itu. Barulah ia sadar pria itu benar-benar tampan. Kulitnya sedikit kecoklatan (mungkin sering terkena paparan sinar matahari), hidungnya sangat mancung, tulang pipinya begitu menonjol dan rahangnya terlihat kokoh. Alisnya tebal namun sangat rapi.

Sedikit malu karena Mi Young belum pernah melihat pria setampan ini sebelumnya. Sambil berusaha meredam degupan jantungnya yang berdetak begitu keras, Mi Young kembali melucuti kemeja putih yang dipakai pria itu. Dan pada akhirnya pria itu bertelanjang dada, menyisakan pemandangan menakjubkan yang pertama kali dilihat Mi Young.

Mi Young menelan ludah. Dadanya begitu bidang, terlihat kuat dan kekar, ditambah lagi otot bisep yang berada di lengannya, seakan-akan menginformasikan bahwa pria ini telah berlatih untuk kekuatan fisiknya.

Sempurna. Itulah yang dipikirkan Mi Young.

Mi Young mengernyit melihat sebuah tato bergambar naga jelas tercetak di lengan kanannya. Baru kali ini juga ia melihat seseorang menggambar tubuhnya. Ia mencoba untuk tak menghiraukan dan kembali fokus dengan luka pria itu.

Kasihan sekali pria itu. Lengan kirinya terdapat dua bekas tembakan dan Mi Young harus berusaha melawan kejijikannya terhadap darah untuk menyelamatkan pria itu. Untung saja dulu Mi Young pernah belajar ilmu keperawatan―sekali lagi dia adalah orang yang sangat mencintai pengetahuan dan ia sangat cerdas.

Mi Young segera mengambil peralatan P3K nya dan mengambil penjepit alumunium. Dia melihat lengan pria itu dan menemukan peluru yang tertanam tak begitu dalam. Dia menelan ludahnya dan berdoa pada sang Dewa semoga ia kali ini berhasil melakukan apa yang menurutnya benar.

Dia mengambil kedua peluru itu dengan cepat dan dapat mendengar lenguhan kesakitan pria dihadapannya. Matanya masih terpejam namun ekspresinya seakan begitu meresapi betapa perih lengannya.

Mi Young menghela napasnya dengan berat dan sesaat barulah ia sadar ia menahan napasnya sedari tadi. Sedikit lega juga karena pria itu saat ini sudah tak lagi melenguh kesakitan. Ia cepat-cepat membersihkan lukanya dan meleletkan perban untuk menutupi luka tersebut.

Tak lupa ia mengompres kepala pria itu karena badannya sangat panas. Mungkin karena tubuhnya sekuat tenaga melawan sakit yang berasal dari peluru itu. Mi Young berdiri dan menolehkan kepalanya kecil untuk melihat pria itu kembali, sebelum dirinya kembali ke pasar untuk mengurus tokonya sebentar.

 

***

 

Mi Young merasa aneh sedari tadi. Entah kenapa pikirannya terus saja melayang pada pria yang ditolong sejak pagi tadi. Dia saat ini berada di toko bunga miliknya –walaupun sebagian besar yang dijualnya hanyalah bibit-bibit tanaman karena musim semi baru tiba beberapa hari dan hawa dingin masih tersisa. Dia bukannya menyukai musim semi tanpa alasan yang jelas. Selain dia suka dengan kehangatan matahari, di musim semi tokonya lebih ramai.

Dia memutuskan untuk menutup tokonya lebih awal. Apalagi kalau bukan si pria bertato naga penyebabnya. Dia hanya takut bila-bila pria itu membutuhkan sesuatu seperti makanan atau obat mengingat kondisi pria itu mengkhawatirkan.

Mi Young mengunci pintu tokonya dan mendapati seorang pria tengah berdiri menunggunya di depan toko. Agak kaget namun pada akhirnya Mi Young tersenyum.

“Lee Donghae-ssi.” Mi Young membungkuk kecil dan pria itu tersenyum lebih lebar.

“Mi Young-ssi, kau tutup lebih awal?” Tanya pria itu. Dia adalah putra dari teman ayahnya sejak kecil. Walaupun umur mereka terpaut jauh –sekitar 7 tahun– mereka sudah berteman sejak masih kanak-kanak, walau status dan kasta mereka sedikit berbeda –mengingat Mi Young kini telah kehilangan kedua orang tuanya dia berada di kasta pedagang sedangkan Lee Donghae seorang sarjanawan dan sudah bertugas di pemerintahan dan ayahnya betugas di biro pemerintahan.

“Iya, aku ada keperluan.”

Donghae memang tampan, banyak sekali para gadis yang mengantre untuk menikah dengannya. Namun harapan mereka kandas begitu mengetahui 2 tahun lalu Donghae melamar Mi Young.  Waktu itu Mi Young masih berusia 16 tahun dan Donghae yang telah lama menaruh hati padanya, mengatakan pada orang tua Mi Young bahwa ia ingin memperistri Mi Young.

Jaman itu pernikahan dini memang sudah menjadi hal yang biasa mengingat putra mahkota bahkan biasanya akan dinikahkan pada umur 12 tahun. Namun berbeda dengan Mi Young. Jiwanya masih terlalu muda untuk mengenal kata menikah.

Walaupun gadis-gadis seusianya sudah banyak yang mendahuluinya membina rumah tangga, Mi Young merasa tidak mampu membina keluarga di usia yang begitu belia. Ditambah lagi Mi Young sama sekali tidak memiliki perasaan apa pun pada Lee Donghae. Sampai kapan pun garis pertemanan mereka tak akan ia lalui. Begitu pikirnya.

“Mari kuantar.”

Mi Young dan Donghae sudah berjalan beriringan. Pria itu mengenakan Gat (topi tradisional Korea yang memiliki pinggiran yang luas dan lebar dan bagian tengahnya berbentuk tabung tinggi, biasanya dipakai oleh kaum bangsawan untuk membedakan kasta mereka) yang membuatnya lebih menjulang tinggi.

“Ayah ingin mengadakan jamuan makan malam untuk memperingati hari ulang tahunku besok lusa. Kuharap kau bisa datang.” kata Donghae.

“Apakah ayahmu masih bisa menerimaku setelah kematian kedua orangtuaku?” Mi Young menggigit bibirnya. “Kau tahu status sosial yang kumiliki, Donghae-ssi. Bahkan berjalan beriringan denganmu pun aku tak pantas.”

Donghae menghela napas, memandangi wajah cantik nan indah milik Mi Young yang sudah banyak mengalihkan mata lelaki. “Kita ini teman dari kecil, Mi Young-ah,” Pria itu menjawab dengan bahasa informal. “Lagipula, ini acara hari ulang tahunku. Aku ingin kau datang. Ayah dan ibu akan merasa senang putri dari sahabatnya akan datang.”

Mi Young tersenyum sedih, mantan sahabat, “Kuharap seperti itu, Donghae-ssi. Akan kuusahakan datang. Terima kasih telah mengundangku.”

“Aku akan senang sekali kau datang. Berdandanlah yang cantik. Akan ada banyak sekali tamu penting yang hadir.”

Mi Young mengangguk dan mereka pada akhirnya sampai di depan pagar rumah Mi Young. “Sampai jumpa, Mi Young-ah.” Katanya lalu mengusap rambut Mi Young pelan, sebelum melangkah meninggalkan kediaman itu.

Mi Young segera masuk dan barulah ia sadar rumahnya tidak kosong. Ia meninggalkan seorang pria asing yang tak dikenalnya di dalam rumahnya sedangkan pemilik rumah bahkan berada di luar dan seakan tak peduli bila ada pria asing berada di sana.

Bagaimana bila pria itu mencuri?

Mengingat muka pria tampan itu yang sedikit menakutkan namun begitu tampan… Mi Young menggeleng pelan, tidak ada yang bisa dijual setelah kematian orang tuanya. Menyedihkan memang. Namun demi bertahan hidup, ia harus menjual semuanya.

Mi Young menggeser pintu rumahnya dan menemukan kesunyian di sana. “Tuan?” panggilnya seraya membuka pintu kamar ayahnya dan pria itu tidak ada di sana. Mi Young mengernyit. Apakah dia telah pergi?

Sedikit kecewa karena ia belum sempat berbicara dengan pria itu. Bahkan pria itu belum sempat mengucapkan terima kasih padanya.

Mi Young menghela napas berlebihan memikirkan pikiran bodohnya dan memutar badannya. Begitu kagetnya saat melihat pria yang ia selamatkan tadi kini telah berdiri menjulang tinggi di hadapannya tanpa ekspresi. Mi Young hanya sebatas leher bawah pria itu dan barulah ia sadar pria itu begitu kekar dan menjulang tinggi. Ditambah lagi pakaian milik ayahnya yang coba ia pakaikan terlihat sangat kekecilan, seakan-akan hampir merobek pakaian itu.

“Tu…tuan? Syukurlah kau telah siuman. Kau… tak apa-apa?” Mi Young terbata-bata menatap mata itu yang begitu tajam, seakan tersirat berjuta misteri yang terpendam. Dingin, kaku, dan tak tersentuh. Kesan pertama yang didapatkan Mi Young.

“Dimana aku?”

Pria itu menggunakan bahasa Korea dengan fasih. Suaranya sedingin es dan sedikit membuat Mi Young gemetaran. Baru kali ini ada seorang pria asing yang membuatnya menjadi panas dingin seperti ini. “Rumah saya, Tuan.”

Pria itu memicingkan matanya dan hendak mengatakan sesuatu namun perih yang berada di lengan kirinya muncul kembali dan membuat pria itu mengerang kesakitan, memegang lengan kirinya yang terluka.

“Tu…tuan? Kau baik-baik saja? Akan kuambilkan air minum, tunggu sebentar.”

Setelah membantu membaringkan kembali pria tersebut di lembaran kasur milik ayahnya, Mi Young cepat-cepat mengambil air minum dari dapur dan memberikannya kepada pria itu. Pria itu langsung meminum habis dan kembali menjadi sedikit lebih tenang. Ia sama sekali tak dapat bergerak sekarang karena entah kenapa badannya terasa begitu lemas.

“Aku akan membuatkanmu makanan. Tolong tunggu sebentar.”

Mi Young yang khawatir sudah hampir beranjak untuk membuatkan hidangan namun lengannya ditarik oleh pria itu sehingga kini mereka saling berhadapan begitu dekat, hanya bersisa beberapa inchi, menimbulkan sensai aneh diantara mereka.

“Kenapa kau menolongku,”

Mi Young menaikkan satu alisnya, “Ye?” Lebih-lebih karena dia tidak mengerti kenapa pria itu berkata demikian.

“Tidak tahukah kau siapa aku?” Nadanya bagikan sebuah ancaman padahal jelas-jelas itu adalah sebuah pertanyaan.

Lain halnya dengan pria itu yang begitu lantang pada penolongnya, Mi Young justru bergetar ketakutan. Dia wanita, lemah, masih muda, dan sendirian bersama seorang pria dewasa dengan tato naga dan badan yang jauh lebih besar di bandingkan dengan dirinya. Pria itu terlihat berbahaya.

Mi Young berusaha melawan segenap ketakutannya, mengernyitkan dahinya, ia mendekat  untuk melawan tatapan setajam elang itu, “Aku tidak perlu mengetahui siapa dirimu untuk menolongmu, Tuan. Aku akan mengambilkanmu makanan.”

Tak butuh bersusah payah untuk melepaskan genggaman pria itu karena ia sekarang sudah beranjak dan berjalan menuju dapurnya, sekaligus berusaha meredamkan detakan jantungnya yang berdetak begitu cepat dan tak terkendali.

Sambil memasak beberapa hidangan tradisional khas Joseon di dapurnya, Mi Young tak jarang membalikkan badannya untuk sekedar melihat apa yang sedang dilakukan pria itu. Pria itu hanya berdiam diri menyaksikan punggung Mi Young yang bergerak kesana kemari, membuat semburat merah pipinya karena diperhatikan selekat itu.

Akhirnya makanan yang dibuatnya telah siap dan langsung dibawa ke hadapan pria itu. “Makanlah, Tuan. Kau butuh tenaga untuk sembuh.”

Mi Young sudah siap menyuapkan makanan itu kemulutnya namun pria itu langsung melempar tangannya sehingga membuat makanan yang berada di sumpit itu terbuang. “Aku bisa melakukannya sendiri.”

Menghela napas untuk mencoba sabar, Mi Young terlihat tak terpengaruh dan kembali mengambil sayuran dengan sumpit lalu memberikannya tepat di hadapan pria itu, “Tuan, tanganmu masih terluka. Aku yakin kau tidak akan bisa makan sendiri. Ijinkan aku membantumu supaya kau sembuh.” Mi Young menahan napas.

Pria itu benar-benar dingin terdapat aura menyeramkan yang terpancar darinya. “Apakah kau mengerti apa yang kau katakan pada seseorang sepertiku?”

Mi Young mengernyit. Pria itu berbicara aneh sekali. “Ye, aku sangat mengerti.” Kali ini Mi Young berbicara dengan mimik serius, membuat sepasang alisnya yang rapi menaut. “Biarkan aku membantumu makan, Tuan.”

Untuk sepersekian detik pria itu terlihat berpikir namun pada akhirnya ia membuka mulutnya kecil, mengijinkan Mi Young untuk menyuapinya hingga hidangan di mangkuk itu habis. Agak senang karena makanan yang dibuatnya telah habis tanpa sisa dimakan oleh pria itu.

Ia sudah berisap untuk berdiri, menaruh mangkuk kembali ke dapur namun pria itu malah menarik tangannya kembali dan menjatuhkan kepalanya tepat di pundak Mi Young yang kecil. Ia tersentak, baru kali ini ada seorang pria yang berani melakukan perbuatan seperti ini.

“Tuan?” katanya tak nyaman, sembari menghindari namun pria itu malah mendekapnya makin erat. Bukan tanpa alasan ia berdebar tak karuan. Mi Young bahkan dapat merasakan hawa panas tubuh pria itu dan hembusan napas yang mengenai daun telinganya, menyisakan sensai aneh yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

“Biarkan dulu seperti ini.”

Menelan ludahnya dengan gugup, Mi Young hanya bisa pasrah dan menunggu hingga suara dengkuran pria itu terdengar di telinganya, menandakan bahwa ia tertidur.

Mi Young terkikik geli, rasanya dia sangat bodoh memikirkan hal yang macam-macam. Pria itu pasti sangat kelelahan.

Ia segera menidurkan kepala pria itu kembali dan memandangi wajahnya yang tengah tertidur pulas.

Begitu tampan.

 

***

 

Bulan purnama itu entah kenapa terlihat lebih bulat dan terang dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Pria itu memandangi langit melalui jendela kediamannya. Jubahnya yang berwarna biru tua dengan ukiran naga emas di tengahnya melambai-lambai mengikuti semilir angin yang masuk ke ruangannya.

Tak lama, seorang kasim masuk ke ruangannya dan menunduk dalam.

“Putra Mahkota…”

Pria dengan jubah biru itu menoleh, “Apakah sudah ada kabar?”

Jeoha(sebutan untuk Yang Mulia Putra Mahkota), mohon ampuni hamba. Pria itu menghilang sejak kemarin malam.”

Sang Putra Mahkota membalikkan badannya, menaruh kedua tangannya di belakang, berjalan dengan wibawa ke hadapan kasim itu. “Apakah mereka berhasil menembaknya?”

Ye, Jeoha. Menurut kabar, dia berhasil ditembak sebanyak dua kali.”

Kali ini, wajah bijaksana sang Putra Mahkota berubah menjadi seringaian menyeramkan, seakan menyimpan sejuta maksud yang terpendam.

“Tetap cari keberadaannya dan jangan biarkan Yang Mulia Raja sampai mengetahui hal ini. Sekarang pergilah, Kasim Lee.”

“Ye, Jeoha.”

Setelah kasim Lee pergi, Sang Putra Mahkota membalikkan badan menuju jendela yang terbuka lebar, menampakkan gelapnya malam yang diterangi oleh sinar bulan benderang. Alisnya bertaut, mengingat kejadian masa lalu. Dan senyum jahatnya kembali merekah.

“Setelah 15 tahun kau menghilang, beraninya kau kembali lagi kesini. Aku tidak akan membiarkanmu mengambil posisi ini, Hyungnim(kakak).”

Kata-katanya bagaikan sebuah ancaman mematikan yang bergema di pekatnya malam, menimbulkan hawa ketegangan yang begitu mencekam.

 

***

 

Pagi-pagi benar Mi Young sudah bangun dan menemukan pria asing itu masih terbaring di tempat tidurnya.  Segera saja ia menyiapkan makanan dan berniat untuk pergi membuka tokonya. Kemarin ia sudah meninggalkan tokonya sebelum waktunya―tentu saja karena pria asing itu dan sekarang sepertinya ia sama sekali tidak ada niat untuk meninggalkan tokonya kembali

Belum saja ia membuka pintu untuk keluar, bahunya ditarik ke belakang dan pria itu sudah berdiri menjulang di depannya. Ditatap setajam itu seperti memacu adrenalin Mi Young.

“Apakah… kau sudah baikan?” Ia berusaha melawan segala ketakutannya.

“Dimana bajuku?”

Suaranya begitu berat dan wajahnya sangat pucat yang mana membuat Mi Young khawatir. “Kau masih belum sehat, Tuan, mari kubantu duduk.”

Mi Young menuntun jalannya yang tertatih-tatih dan mendudukkannya kembali.

“Apakah ada yang kau perlukan, Tuan?”

Pria itu sama sekali tidak menjawab. Dia hanya menatap Mi Young begitu lekat hingga Mi Young dapat merasakan detak jantungnya yang kembali memacu begitu cepat.

“Kenapa kau menolongku? Kau bahkan tidak mengetahui siapa pria di hadapanmu ini.”

Pertanyaan itu lagi.

“Dengar, Tuan,” Mi Young balas menatap pria itu dan wajah mereka kini sangat berdekatan, menyisakan jarak sedikit sekali. “Bagaimana bisa aku meninggalkanmu dengan kondisi terluka seperti ini? Aku tidak peduli siapa dirimu, Tuan. Yang jelas, kau harus selamat.”

Mi Young tidak sadar ketika ia membalikkan badannya untuk mengambil pakaian, pria itu tampak terkejut dan menatap Mi Young penuh arti.

Ia membantu pria itu berpakaian dan pria itu membenarkan posisi duduknya, menjadi lebih tegak. “Kenapa kau bisa terluka, Tuan? Sepertinya seseorang berusaha melukaimu dan…”

Tanpa sadar omongan Mi Young terputus begitu jari telunjuk pria itu menyentuh bibirnya dan mereka kembali bertatapan. “Di dunia ini,” suaranya serak dan hampir menyerupai bisikan, suara yang begitu dalam, “ada hal-hal menarik dan berbahanya yang tidak perlu diketahui oleh gadis kecil sepertimu, agassi.”

Mi Young menjauhkan tangannya dan mengatupkan bibirnya. Pria itu berkata benar. Dia bahkan bukan siapa-siapa dan dengan lancangnya menanyakan penyebab pria itu. Rasanya ia benar-benar berlebihan kali ini.

“Aku akan pergi sekarang.” kata pria itu seraya menatapnya begitu intens, seakan-akan tatapannya dapat melubanginya saat ini, menimbulkan perasaan aneh pada Mi Young.

“Ba-baik.” jawabnya terbata-bata, berusaha menelan kegugupannya.

Mi Young mengikuti langkah pria itu dan mereka sudah sampai di depan pagar.

“Aku ingin mengucapkan terima kasih nona…”

“Mi Young, Hwang Mi Young.” jawabnya cepat-cepat, disambut oleh tarikan bibir pria itu yang ke atas.

“…Mi Young-ssi. Sampai jumpa kembali.”

Mi Young hanya bisa menatap punggung pria berjas itu semakin menjauh dari pandangannya dan ia baru sadar ada sesuatu yang harus ia tanyakan. “Daegam(Tuan)!” teriaknya kencang membuat pria itu menoleh ke arahnya. “Siapa namamu?”

Mi Young dapat melihat senyum misterius pria itu setelah ia menyebutkan namanya.

“Choi Siwon.”

Dan pria itu langsung membalikkan badannya menuju lalu lalang orang-orang yang ikut memandang pria itu heran dengan penampilannya.

 

49 pemikiran pada “(AF) The Joseon Princess Part 1

  1. Hore….tiffany jadi princess joseon.ternyata siwon adalah saudaranya putra mahkota,yg menembak siwon adalah suruhan putra mahkota,kalo gitu siwon anggota keluarga kerajaan donk.untung ada fany yg menolong siwon,kalo tidak,gak tau gmn nasib siwon dan juga luka tembakannya.
    Daebak thor.very very good fanfic thor.i love it.
    Suka banget ama story kerajaan thor,apalagi pemerannya sifany,pasti makin seru banget thor.
    Penasaran dengan kelanjutannya thor.ditggu ya part selanjutnya ya,jgn lama2 ya,udah gak sabar nih baca nextnya.hahaha…….
    Tetap semangat thor.keep writing thor.
    author jjang.fighting.

  2. aaahhhh LANJUT ♡♥
    saya suka dgn karakter SiFany disini.
    Jujur saya sangat gk suka dgn cerita berbau kerajaan.
    tp Melihat karakter Siwon yg kaya “gitu” bikin saya deg”an .
    apalagi saya baru kali ini dr semua ff saya bisa ngehayal klo siwon BERTATO !! aaa betapa keren y Siwon d posisi itu dan PANTAS TIFFANY punya sensasi ky gitu.
    krn saya pun merasakan apa yg tiffany rasain.
    Well kualat tuh adek y Wonpa.
    serakah bgt ampe mau ngebunuh hyung y olangan.
    akh … pokok y d tunggu k lanjutan y yaa ♡♥

  3. oh.. jadi lambang naga itu maksudnya ciri dari anggota keluarga kerajaan ya?
    aku kira siwon itu bandit yg dikejar2 keamanan joseon. hi3
    kalo siwon pergi, terus ketemu sama miyoungnya lagi kpn?

  4. Wahhh di post disini juga toh 😄 aq udah baca di watty min 😄 tp gpp, jadi malah baca dua kali 😀salah satu fanfic yg paling ditunggu2 dn bikin penasaran, yang belum baca pokoknya ini recommend bangett 😆, nextt author-nim 🙌

  5. Yey ad cerita ini di blog sifany island sebelumnya aku udah pernah baca cerita ini di wattpad dan lg nunggu kelanjutannya kalo di wattpad cerita ini udah sampe part 20an pokok nya semangat lah buat author nya

  6. ff ini emang keren bgt sih.. udah baca di wp authornya.. dan emang keren bgt..
    jarrang bgt ff sifany bertema kerajaan..
    beneran kaya baca sinopsis sebuah drakor..
    daebakk 👏👏

  7. Wah the joseon princess juga di post disini asyik
    Yg di wattpad lanjut juga dong yg disini juga dilanjut juga ya hahahaha
    Lanjut ne
    Fighting

  8. aaaaa… akhirnya tiffany dapet peran jadi putri gtu
    tiffany baik banget lagi walaupun dia ga kebal dia tetep mau nolongin siwon aaa.. keren bangett
    chap selanjutnya ya thor fighthingg

  9. Rumit juga ceritanya…
    Hwanf Mi Young gadis cantik bak dewi❤
    Choi Siwon Hyungnim dari Putra Mahkota….
    Pasti masalah politik atau kekuasaan makanya Siwon oppa ditembak sama pesuruh Dongsaeng Siwon oppa😯
    Next next

  10. Annyeong..
    Wuah ada yg coment klo di wattpad dah nyampe part 20-an berarti puanjang jg y ni ff. Jadi penasaran, gomawo to karya yg mengagumkan ini

  11. huwaaa pernah baca ini wattpad. aku vote loh authornim huehehe.. lanjutin terus yaa nggak sabar liat siwon jadikan miyoung sebagai istri e eee *spoiler wkwkwk.. semangat authornim!

  12. udah pernah baca nih ff di blog nya sampe part belasan ,gatau nya di wattpad udah 20an ^_^😅
    tapi aku ga bakal spoiler kok unn
    gr2 males buat id di wattpad aku komen disini aja .hahaha
    di ff si siwon ada tato padahal di kenyataannnya yg pake tato si tiff
    semangat buat lanjutin nih ff .semangat juga buat ngelanjutin trapped into love nya ya unn 😊

  13. Ayayayayay!! Lanjut cepet thor please 😭😭
    Lagi seru² nya baca eh tau nya udh tbc 😭 cerita nya aku sukaaaa bgtt omegooot

  14. Waaa ffnya menarik banget yg nembak siwon berarti si adiknya ya? Tapi dlu knp siwon pergi ya? Penasaran gimana selanjutnya tiff sama siwon hehe ditunggu selanjutnya ya thorr!!

  15. Waahh jeoson..
    Ngebayangin siwon jd kaya gangster gtu *pastikeren
    Trus tippa jd princess dgn eyesmile’a pasti cuantik..

    Ooh Siwon kluarga kerajaan toh
    Pasti bukan kakak kandung abis’a jahat bgt ade’a
    Tippa udh trtarik pada pandangan prtama
    Haha.. seru crita’a

  16. Woah daebak..
    Keren nih ff.. misterius bnget lgi..
    Siwon oppa itu keluarga kerajaan kn?
    Trus kenapa dia menghilang slama 15 thun?
    Dan jgn sampe miyoung eonni jadi nikah sma donghae oppa..
    Pokoknya miyoung eonni cma sama siwon oppa..
    Thor, bnyakin dong moment nya sifany..
    Jgan lama2 juga part 2 nya.. hehehe..

Tinggalkan Balasan ke Tutut Anita Batalkan balasan