(AF) We do Believe Part 2

We do Believe Part 2

we do believe

Author : @zha_yurie

Cast : Choi Siwon-Tiffany Hwang-Lee Donghae-Jessica Jung-Lee Seunggi-Im Yoona-Kwon Yuri

Genre : AU, Family, Marriage-life, Friendship, Romance

Rating : PG16

Disclaimer : Seperti yang selalu ada di pembukaan ff, cast bukan milik saya (jelas!) dan blablabla … ini orginal keluar dari batok kepala dalam bentuk ide. Yang mo plagiat, mending minggat sana deh!

Happy Reading!!

****

Pukul dua belas siang, para guru maupun murid sudah meninggalkan sekolah sedari tadi. Tapi sebagai kepala sekolah, Taeyeon masih perlu mengurus beberapa hal karena itu ia masih tinggal beberapa saat.

Ia baru saja meninggalkan ruang guru saat melihat seseorang di salah satu bangku taman sekolah. Tadi ia melihat Minhyun bermain-main di taman sana. Dan sekarang, anak itu sedang duduk bersama seorang pria dewasa entah siapa. Bergegas Taeyeon memacu langkahnya menemui mereka. Minhyun memang merindukan sosok ayah tapi bukan berarti ia bisa menerima kehadiran semua pria dewasa yang tak dikenalnya. Tapi, langkah tergesa-gesanya mendadak melambat saat ia mendengar tawa lepas Minhyun.

“Ahjussi, janji,ya? Aku akan minta izin pada eomma!”

Pria itu mengelus puncak kepala Minhyun dengan lembut. “Baiklah, ahjussi akan membelikan banyak ice-cream tapi Minhyun harus menjadi anak baik. Jangan memaksa ibumu mengizinkan. Oke?”

“Oke! Tapi, ahjussi, apa kau mengenal eommaku?”

“Hmm …. begitulah. Kita akan berteman baik mulai sekarang. Ah,sudah jam 12. Ahjussi harus kembali ke kantor. Apa belum ada yang menjemputmu?”

Minhyun menggeleng, “Eomma sangat sibuk. Aku akan pulang dengan Taeyeon seonsaengnim.”

“Siapa?”

“Itu aku,”sela Taeyeon. Pria itu menoleh dan segera berdiri memberi salam. Taeyeon membalasnya dengan senyum ramah.

“Ah itu … aku kebetulan lewat di sini dan melihatnya hanya duduk merenung.” Ujar pria itu segera. Agaknya ia mengerti kecurigaan Taeyeon.

“Ahjussi ini akan mengajakku makan ice-cream yang banyak, seonsaengnim!” seru Minhyun ceria. Taeyeon tersenyum dan mengangguk padanya.

“Tentu saja jika ibumu mengizinkan,dear. Ah, maaf, boleh saya tahu nama anda?”

Pria itu mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan selembar kartu nama. Taeyeon membacanya sekilas lalu mengangguk.

“Terima kasih sudah menemaninya, Donghae-ssi. Aku akan menemani Minhyun sekarang,”Ujarnya. Mereka saling bertukar salam lalu Taeyeon menggandeng Minhyun meninggalkan tempat itu.

“Sampai ketemu, ahjussi!” seru Minhyun sembari melambai penuh semangat. Donghae membalasnya dengan senyum senang.

“Sepertinya kalian berteman dengan baik,” Kata Taeyeon selagi mereka berjalan ke ruang guru.

“Ahjussi itu sangat baik. Dia membelikanku permen. Dia juga pandai bercerita seperti eomma.”

“Hm,aku mengerti. Tapi,kau juga harus berhati-hati. Ibumu akan marah kalau kau berteman dengan pria dewasa sembarangan. Aku akan mengambil tas dulu lalu kita pulang.”

Taeyeon segera mengambil tas tangannya dan pamit pada pegawai yang masih belum pulang lalu menggandeng Minhyun ke mobilnya.

***

“Eomma,aku bertemu ahjussi yang sangat baik!”

Tiffany tertawa kecil mendengar suara anaknya yang penuh keceriaan itu. “Benarkah? Dimana? Bagaimana?”tanyanya sembari terus menggoreskan coretan di kertas sketsa.

“Kami bertemu di sekolah. Aku sedang menunggu seonsaengnim di taman dan dia mampir menemaniku. Ah …dia juga membelikan permen dan akan menemaniku makan ice-cream. Dia juga sangat ganteng,eomma!”

“Omo, sekarang kau sudah pandai menilai penampilan orang, eoh? Aigoo… malaikat kecilku sepertinya sudah semakin besar saja. Ne, apa Taeyeon ahjumma mengenalnya?”

“Ahjussi bilang dia berteman dengan eomma.”

Tiffany mengernyit. Selain Seunggi, rasanya ia tak pernah berteman dekat dengan pria lain. Lagipula, hampir semua rekan kerjanya dikenal oleh Minhyun. Lalu, jika mereka baru pertama kali bertemu … pria macam apa yang langsung menemani putranya hanya karena kebetulan lewat? Apa mungkin … Tiffany tercekat oleh pemikirannya sendiri.

“Apa Taeyeon imo ada bersamamu sekarang?”

“Ne. Dia sedang memasak untukku.”

“Berikan teleponnya, dear!”

Ada jeda sesaat sebelum suara Taeyeon terdengar.

 “Waeyo? Jangan khawatir, Fany-ya. Kurasa dia memang pria yang baik.”

“Kau mengenalnya?”

“Tidak. Ah,dia memberikan kartu namanya padaku. Akan kutitipkan pada Minhyun nanti. Minhyun aman bersamaku,Tiffany. Fokuslah pada pekerjaanmu,chagi!”

Tiffany tertawa lega. Setidaknya itu bukan Siwon.

“Aku akan menjemput Minhyun jam empat sore ini. Ah, sudah,ya? Pelangganku datang. Berikan kecupan sayangku untuk Minhyun!”

Setelah mendengar persetujuan Taeyeon, Tiffany segera menyimpan kembali ponselnya. Seorang pria baru saja masuk ke dalam butik, sementara para karwayannya sibuk dengan pelanggan lain. Dengan segera ia bangkit dan menyapa pria itu.

“Selamat datang, tuan! Ada yang bisa saya bantu?”

Pria itu-seorang eksekutif muda, dengan tatapan tajam yang berwibawa dan penampilan rapi- mengangguk.

“Aku membutuhkan setelan jas untuk acara resmi malam ini. Bisa kau bantu aku memilihkannya?”

Nada bicaranya pun terpelajar. Tiffany mengangguk dan tersenyum.

“Kebetulan sekali kami baru saja meluncurkan desain tuxedo dan mantel. Bagaimana dengan konsep acara anda,tuan?”

Pria itu tersenyum tipis. “Yang casual tapi elegan. Aku akan menemui calon istriku. Pertemuan keluarga, tepatnya.”

Tiffany mengangguk mengerti. Tapi, sesuatu baru saja mengusiknya. Ini persis sama dengan beberapa tahun lalu …

*flashback*

“Fany-ya! Ada pelanggan yang mencarimu!”

Tiffany menggerutu pelan, “Aku baru semenit melemaskan punggungku, Yoona-ya. Kenapa tidak kau saja yang melayaninya,eoh?”

“Dia hanya ingin dilayani olehmu, nona Hwang! Ayo,cepat! Dia itu orang penting. Jangan lewatkan kesempatan ini, ayo!”

Dengan menghela napas kasar, Tiffany bangkit dan keluar dari ruangannya. Ia masih menggerutu kesal. Selalu saja ada pelanggan bawel seperti ini.

“Selamat datang,tuan! Ada yang bisa kami bantu?”

Pria yang sedang berdiri membelakanginya dan sedang asyik memandangi lukisan dinding itu segera berbalik, lalu tersenyum sopan. Tiffany menyemburkan napas keras dan membuat poninya tertiup. Senyumnya ramah hilang segera begitu mengenali pria itu.

“Jadi, kau rupanya, oppa? Aish, kenapa kau bawel sekali,eoh? Aku ini baru saja beristirahat semenit yang lalu. Kenapa tidak menghubungiku dulu kalau kau mau ke sini?”

Siwon masih tersenyum sopan. Lalu setelah Tiffany menyelesaikan omelannya, dengan tenang dan sopan ia berujar, “ Maaf, nona, tapi saya sedang mencari gaun pengantin yang cantik. Seorang temanku merekomendasikan butik ini. Bisakah kita melihat gaun yang cocok?”

“Mwo-ya?” Tiffany tertawa geli melihat kekasihnya itu berpura-pura bersikap formal.

“Jadi, dimana saya bisa memilih gaunnya?”

Tiffany menarik napas, berusaha menetralkan gejolak rasa senangnya. “Lewat sini,tuan!”

Siwon benar-benar terlihat serius saat ia membandingkan satu gaun dengan gaun lain. Tiffany hanya menontonnya dengan  menahan tawa. Sesekali Siwon mencoba mencocokkan gaun pilihannya dengan Tiffany.

“Sepertinya ini bagus. Bisakah anda mencoba ini untukku,nona?”

Tiffany melongo, “ Eh?”

Siwon tersenyum manis, senyum yang selalu membuat Tiffany berdebar dan dipenuhi rasa syukur bisa memiliki laki-laki itu. Pria itu melangkah mendekati Tiffany dan mengamatinya baik-baik, bergaya bak profesional yang menilai seorang model.

“Calon pengantinku terlihat mirip dengan anda, tapi … ah, kurasa dia jauh lebih cantik!”

“Oppa …” Tiffany tersipu. Jelas-jelas Siwon sedang membicarakan dirinya.

Siwon tertawa. Alasan kenapa ia suka menggoda Tiffanya adalah karena reaksinya sangat menyenangkan dan semakin membuatnya mencintai gadis itu. Gaun pengantin yang ada di tangannya disodorkan pada Tiffany.

“Maaf kalau tidak sesuai dengan impianmu. Tapi, would you marry me, Tiffany Hwang? Be my breath from now and so on, be my only children’s mom, be a grandmother for my grandchild. Would you, my Stephany?”

“Oppa…”

***

“Agassi?”

Suara pria itu menyentakkan Tiffany kembali ke alam sadarnya. Menyadari jika pelanggannya itu memandanginya dengan heran, Tiffany buru-buru membungkuk meminta maaf. Untunglah pria itu tidak mempermasalahkannya.

“Bisa bantu aku memilihnya, agassi?”pinta pria itu, memperlihatkan dua buah setelan jas berbeda warna.

“Kurasa warna abu-abu ini lebih cocok. Kami memadukannya dengan garis pattern kotak-kotak ini untuk memberikan sentuhan casual look. Modelnya juga belum banyak di pasaran. Dipadukan dengan dasi kupu-kupu atau dasi jepit juga bagus.”

Pria itu mengangguk dan nampak puas dengan penjelasan Tiffany, “ Ya, tidak buruk juga. Kucoba dulu.”

Selagi pelanggan itu berlalu ke ruang ganti, Tiffany menarik langkahnya ke sebuah sofa tak jauh dari tempatnya berdiri tadi. Ia sudah berusaha menghanguskan semua memori tentang mereka berdua. Tapi, sejak Siwon muncul kembali, semuanya jadi kacau. Bagaimanapun, seseorang pasti akan memiliki ingatan yang tak bisa dihapusnya meskipun ia ingin. Tiffany mengusap wajah. Akan lebih baik jika ingatan itu bukan tentang hubungan masa lalunya dengan Siwon.

***

“Woah, woah …!” Eye-smile bocah itu melebar diiringi dengan decakan takjub yang keluar dari mulutnya. Ia bahkan melupakan mainannya begitu Tiffany menampakkan diri di hadapannya. “Apa benar kau adalah eommaku?”tanyanya dengan nada takjub.

Tiffany tertawa geli melihat reaksi putranya. “Kenapa kau menatapku seperti itu, eoh?”

“Eomma … kau sangat cantik! neomu neomu yeppeo! Woah, eomma benar-benar cantik!”

“Eih, kau ini pandai sekali menggombal. Dari mana kau belajar berkata seperti itu, eoh? Kau pasti sudah sering mengatakannya pada gadis-gadis cantik, ya?”gurau Tiffany, mencubit gemas hidung putranya itu.

“Aniyo!”sergah Minhyun cepat, “aku hanya memuji eomma. Tidak ada yang lebih cantik dari eommaku!”

“Benarkah? Lebih cantik dari Taeyeon dan Yoona imo?”goda Tiffany.

Kali ini Minhyun tak langsung menjawab. Dengan gayanya yang imut ia meletakkan jemari di dagu, berpura-pura berpikir sembari menyipitkan mata seolah menilai Tiffany.

“Aigoo, kau ini!” Tiffany kembali mencubit pipinya gemas, membuat Minhyun terkikik geli.

“Eomma yang paling cantik kok!”seru Minhyun. “Eomma adalah ratu. Taeyeon dan Yoona imo adalah putrinya.”

“Dan Minhyun?”

“Tentu saja aku adalah pangeran yang ganteng dan gagah berani!”seru Minhyun girang. Dengan lagak pemberani ia mengeluarkan tangan seolah menggenggam pedang, persis meniru tokoh kartun favoritnya. “Akulah ksatria yang menjaga istana! Tidak ada yang bisa menganggu ibu ratu dan tuan putri karena aku akan menghalangi mereka!”

Tiffany tersenyum penuh haru lalu berjongkok menyejajarkan tubuhnya dengan Minhyun. Dengan penuh sayang, dibelainya rambut kesayangannya itu.

“Gomawoyo, baby… Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidupku tanpa kehadiranmu. Eomma akan menghadiri acara perusahaan malam ini. Maaf, ya, harus meninggalkanmu bersama Taeyeon imo lagi …”

Minhyun tertawa kecil, “Astaga, eomma, berhentilah merasa bersalah seperti itu. Aku menyukai Taeyeon imo jadi aku akan senang bersamanya!”

Tiffany mengerucutkan bibir cemberut, “Jadi, kau lebih senang bersamanya?”

“Aigoo, tentu saja aku lebih sayang eomma!”

“Benarkah?” Mata Tiffany berbinar senang. Minhyun memeluknya erat. Dengan senang hati, ia membalas pelukan mungil itu. Terasa hangat dan menenangkan. Inilah alasannya bertahan hidup. Entah apa yang akan terjadi tanpa hadir Minhyun di hidup Tiffany. Karena itu, Tiffany menguatkan pendiriannya. Mulai dari sekarang, apapun yang terjadi, prioritasnya adalah Minhyun.

Bayang-bayang Siwon yang menginginkan putranya terus mengusik. Dan untuk melindungi dirinya dari kehilangan Minhyun, Tiffany mengambil keputusan akhir itu. Jika harus ada yang dikorbankan, biarlah ia mengorbankan sedikit kebahagiannya. Asal Minhyun tetap berada di sisinya.

“Minhyun-a … apa kau ingin bertemu dengan appa?” bisik Tiffany pelan. Minhyun segera menarik pelukannya. Mata jenakannya berbinar.

“Apa appa akhirnya pulang menemui kita,eomma? Apa appa kembali?”

Tiffany tersenyum dan menatap lekat mata berbinar itu. Perasaan ragu yang sejak kemarin menganggunya perlahan menguap melihat pancaran harapan di mata putranya.

“ Ne,” ujarnya, “kau akan segera memiliki appa.”

“Jadi, eomma berdandan cantik untuk menyambut appa,ya? Woah … appa pasti akan sangat senang. Tapi, apa aku tidak boleh ikut,eomma? Aku juga ingin melihat appa!”

Tiffany tersenyum kecil, “ Minhyun bisa bertemu appa kapan pun tapi malam ini belum bisa. Biar eomma yang menjemput appa. Minhyun sebaiknya tidur lebih dulu. Bukankah besok kau masuk sekolah,honey?”

Minhyun mengangguk. Tiffany mengakhiri pelukannya dengan sebuah kecupan manis untuk putranya itu.

“Eomma akan segera berangkat,”ujar Tiffany sembari menggandeng Minhyun keluar dari kamar.

Di luar, Ny.Hwang nampak asyik berbincang dengan Taeyeon. Kembali sahabat baiknya itu datang untuk menemani Minhyun. Ketika melihat ibu-anak itu keluar, Taeyeon segera mengembangkan lengan, menyambut Minhyun ke dalam pelukannya.

“Baik-baiklah dengan sahabatku,eoh?”pesan Tiffany, “Jangan nakal dan jadilah Minhyun yang manis,oke? Eomma berangkat dulu,ya?”

Minhyun mengangguk dengan bersemangat. “Semoga pertemuannya berjalan lancar, eomma!”sahutnya sopan.

“Aigoo, cucuku pintar sekali!”gumam Ny.Hwang gemas.

“Butakhaeyo, Taeng-a …”lirih Tiffany saat Minhyun diberi kecupan sayang oleh neneknya. Taeyeon tersenyum dan mengangguk untuk meyakinkannya.

“Baiklah,apa yang akan kita lakukan,Minhyun-a?”tanya Taeyeon setelah mereka mengantar kepergian dua wanita itu, “bagaimana kalau menonton film?”

Minhyun menggeleng. Ia menatap Taeyeon dengan serius. Taeyeon mengernyit.

“Imo, ceritakan padaku seperti apa appaku.”

“N-ne? Kenapa tiba-tiba…”

“Eomma bilang dia akan menemui appaku jadi dia berdandan cantik seperti itu. Aku akan segera bertemu dengan appaku, imo! Ayo, ceritakan padaku seperti apa dia!”

Taeyeon menggigiti bibirnya cemas. Bingung juga, bagaimana menjelaskan masalah ayah tiri pada anak seusia Minhyun?

“Imo, kenapa diam saja?”tegur Minhyun tak sabaran.

“Ah … baiklah, imo akan menceritakan beberapa hal. Tapi, setelah Minhyun gosok gigi, mengganti piyama dan bersiap untuk tidur!”

Minhyun mengangguk patuh dan dengan sigap melompat turun dari pangkuan Taeyeon dan berlari ke kamarnya. Taeyeon menghela napas. Kasihan sekali.

***

“Gomawoyo, Fany-ya …”ujar Ny.Hwang selagi mobil itu melaju membelah jalanan kota.

Tiffany yang sedari tadi tak berbicara hanya menghela panjang, membuang pandangan ke arah jalanan. Sama sekali enggan menanggapi ibunya.

“Ayahmu juga sudah hampir tiba di sana. Kau harus tahu betapa leganya pria itu setelah kau menerima perjodohan ini.”

Karena tak ada tanggapan, Ny.Hwang menoleh untuk melihat Tiffany. Jelas-jelas wanita itu masih terlihat keberatan.

“Bukankah seharusnya kau bersyukur, Nak?”ujarnya kemudian, “tidak banyak pria mapan dan baik sepertinya yang mau menerima wanita yang sudah memiliki anak. Kau tidak perlu mengkhawatirkan Minhyun lagi. Dia akan menjadi ayah yang baik untuk anakmu, Fany-ya … percayalah!”

Entahlah … Tiffany menghela panjang. Ia tahu persis bagaimana dunia orangtuanya bekerja. Perjodohan yang sudah berada di depan matanya bukan hanya sekedar tentang ‘ayah yang baik untuk Minhyun’. Tidak mungkin ibunya riang begitu jika ia tak mendapatkan keuntungan besar. Katakanlah, ini adalah perjodohan bisnis.

“Eomma …” Tiffany memanggil lirih sebelum mereka turun dari mobil. Seperti yang sudah diperkirakan Tiffany, calon suaminya adalah keluarga berada. Lihat saja rumah mereka yang luar biasa besarnya ini.

“Kenapa? Astaga, wajahmu pucat sekali, Fany-ya! Lakukan sesuatu untuk menyamarkan wajah pucat itu dulu!”

“Eomma, please … bisakah kita menunda ini dulu?”pinta Tiffany memelas. “Kurasa aku belum siap … aku hanya …”

“Tiffany, jangan membuatku menjadi ibu yang buruk, Nak!”sergah Ny.Hwang tegas, “kita sudah membicarakan ini sebelumnya, kan? Kau hanya perlu bertemu dengan pria itu. Kalau kalian saling cocok, kenapa tidak? Ingat, Fany-ya … anakmu membutuhkan sosok ayah. Pikirkan ini untuk kebaikan Minhyun.”

Tiffany menghela lagi, tidak kuasa membalas. Memang ini untuk kebaikan Minhyun. Dalam perdebatan panas mereka kemarin, Ny.Hwang bahkan mengancam akan mengambil Minhyun dari Tiffany jika ia terus-terusan menolak perjodohan ini. Dan Tiffany tidak bodoh untuk tahu bahwa ibunya bersungguh-sungguh dengan ancaman itu. Lagipula, bukankah ia memang sudah bertekad untuk melindungi Minhyun dari Siwon?

“Ah, itu appamu. Ayo, Fany-ya, jangan membuat mereka menunggu terlalu lama!”

Sepasang suami istri yang tidak lagi muda menyambut kedatangan mereka. Nampak jelas jika kedatangan keluarga Hwang sudah mereka nanti-nantikan.

“Omo, benarkah ini Tiffany? Astaga, lihatlah dirimu yang sekarang ini … bagaimana bisa kau terlihat sangat cantik seperti ini, eoh?”seru sang nyonya rumah, memandangi Tiffany dengan berdecak kagum.

Tiffany membalas pujian itu dengan tersenyum sungkan.

“Sepertinya Tiffany tidak terlalu mengingatmu, yeobo,”sela sang tuan rumah, terkekeh. “Sudah lama sekali sejak Tiffany terakhir kali datang ke sini. Masih berusia lima tahun, mungkin?”

“Aigoo, wajar saja dia lupa begitu. Seharusnya kami sering-sering mengajaknya ke sini,”sahut Ny.Hwang. “Fany-ya, kau benar-benar tidak ingat sering berada di sini saat kecil? Kudengar kau bahkan membuat Inhye imo ini meninggalkan pekerjaan kantor demi menemanimu bermain.”

Tiffany tersenyum kikuk. Ingatan masa kecilnya sudah lama ia kubur. Saat ia berusia lima tahun, ibu kandungnya masih hidup. Artinya, Tiffany tidak lagi mengingat dengan baik. Ia sudah memutuskan untuk melupakan saja kenangan itu. Terlalu sering mengingatnya bisa-bisa membuat ia terus melankolis.

“Sudahlah, jangan terlalu memaksa dia mengingatnya. Sudah berlalu lama sekali juga, bukan? Yeobo, apa kita akan terus berdiri di sini?”sela tuan rumah.

Pertemuan yang lebih menyerupai reuni antara teman lama itu berpindah ke ruang makan. Pantas saja jika orangtuanya memilih memaksa Tiffany menerima perjodohan itu. Calon besan mereka adalah pasangan yang menyenangkan. Kedatangan Tiffany diterima dengan tangan terbuka. Tapi, ngomong-omong … kalau ini adalah pertemuan untuk perjodohan, kenapa ia tak melihat pria lain di ruangan ini?

“Ah, maaf, Fany-ya … putraku masih dalam perjalanan. Tadi dia baru saja menelpon,”ujar nyonya rumah, menjawab keheranan Tiffany. “Tapi, apa kau juga tidak mengingatnya? Kalian berteman cukup dekat saat kecil.”

Tiffany tadi sudah melihat-lihat isi rumah itu. Ada foto keluarga yang terpasang di ruang tengah. Keluarga ini hanya memiliki seorang putra dan saat sekilas melihatnya Tiffany merasa pernah bertemu. Tapi entah dimana dan kapan.

“Kalau kau tidak ingat, kurasa wajar saja. Kalian hanya sempat dekat selama setahun. Kami pindah ke luar negeri saat itu, kan? Kalian tidak pernah bertemu lagi setelahnya,”lanjut nyonya rumah.

“Ah, sepertinya begitu …”ujar Tiffany.

Makan malam telah dihidangkan. Steak daging sapi terbaik dan berpuluh-puluh jenis hidangan pelengkap disajikan dengan apik. Nyonya rumah jelas sudah mengatur itu semua dengan detail yang bagus. Ketika wine dituang ke dalam gelas, pelayan mengumumkan kedatangan pria yang mereka tunggu.

Ny.Hwang melirik Tiffany dan memberinya senyum meyakinkan.

“Oh, putraku sudah datang! Kemarilah, Nak, kau sudah cukup terlambat! Fany-ya … perkenalkan, ini calon suamimu!”seru nyonya rumah sumringah.

Tiffany mendongak, memandangi pria yang baru masuk ke dalam ruang makan.

“Annyeonghaseyo, Lee Donghae imnida! Samchon, imo … lama tak bertemu. Bagaimana kabar kalian?”

“Aigoo … tentu saja baik. Apa pula maksudmu ‘imo’? Bukankah seharusnya kau memanggilku ‘eomeonim’ sekarang?”balas Ny.Hwang tertawa.

“Ne, eomeonim!”

Pria dengan senyum manis itu lalu mengalihkan pandangan, menatap Tiffany.

“Senang bertemu lagi, Tiffany Hwang-ssi,”ujarnya.

Tiffany balas menyapa dengan kikuk. Ini, kan, laki-laki yang tadi datang ke butiknya untuk mencari jas. Benar saja. Dia memakai jas yang tadi dipilihkan olehnya. Oh astaga, kenapa semua suaminya melakukan ini padanya?

“Omo, kalian sudah pernah bertemu sebelumnya?”tanya nyonya Lee heran.

“Ne,” sahut Tiffany, “kami bertemu di butik.”

Donghae membenarkan perkataan Tiffany lalu segera mengambil tempat duduk berhadapan dengan gadis itu.

“Aigoo, kalian terlihat sangat serasi. Aku sangat berharap perjodohan ini berjalan lancar dan kalian bisa saling mengenal lebih dalam,”ujar Ny. Hwang.

Tiffany menghela resah. Sekarang apa, Tiffany? Tidak ada orang yang keberatan dengan perjodohan ini selain kau. Bahkan pria itu sekali pun.

“Maaf, Donghae-ssi, bisakah aku bertanya sesuatu?”tanya Tiffany. Semua orang sejenak menghentikan makan malam mereka dan menaruh perhatian pada Tiffany.

“Tentu saja. Sedari tadi aku menunggu kapan kau akan bertanya,”balas Donghae tenang.

Tiffany melirik ibunya sebelum bertanya, “Kenapa kau tidak keberatan dengan perjodohan ini? Maksudku … aku sudah memiliki anak. Kukira itu bukan sesuatu yang baik untuk keluargamu, bukan?”

Donghae tertawa kecil, menganggap jika ucapan Tiffany sesuatu yang lucu.

“Tentu saja aku sudah tahu tentang itu,”ujarnya tenang. “Kalau aku tidak keberatan, bukankah itu justru bagus? Tapi, aku tidak tahu bagaimana pendapat orangtuaku. Sama sepertimu, aku juga hanya menerima perjodohan ini,”ia melanjutkan sembari melirik ibunya.

“Jangan khawatir, Fany-ya …”ujar Ny.Lee, “aku sudah mendengar semua tentangmu. Semua orang memiliki masa lalu yang tidak bisa dihapuskan. Kami menerimamu seperti itu, Nak. Anggap saja ini sebagai balasan dari perbuatan baik ibu kandungmu di masa lalu.”

Oke, ia tidak memiliki pembelaan lagi sekarang. Semua sudah sepakat melanjutkan perjodohan ini. Tiffany tak bisa lagi merasakan kelezatan makanan yang masuk ke dalam mulutnya. Astaga … apa-apaan ini? Kenapa hidupnya kacau luar biasa seperti ini? Apa lagi yang bisa kau lakukan? Mendengar canda tawa di sekelilingnya membuat perasaan Tiffany semakin tertekan. Bisa-bisanya pria itu terlihat begitu tenang! Apa yang dicarinya dari wanita single-mom sepertiku? batin Tiffany terus merutuk. Lalu sebuah dorongan gila muncul di kepalanya. Mungkin, ini satu-satunya cara menunda perjodohan. Sekaligus untuk membuktikan kesungguhan Donghae.

Tiffany berdehem, menarik perhatian mereka. “Apa kalian benar-benar tidak keberatan dengan perjodohan ini?”tanyanya. “Gadis yang lebih baik dariku masih banyak. Aku tidak ingin kalian menyesal dengan perjodohan ini.”

“Jangan merendahkan dirimu di depan kami, Fany-ya …”sahut Ny.Lee, “itu membuatku sedih, tahu? Donghae-ya, katakan padanya kalau kau sudah memilih calon pendamping yang tepat!”

Donghae melempar senyum pada Tiffany, tanpa perlu berkata-kata ia menyakinkan bahwa ibunya benar.

Tiffany menghela panjang, “Kalau begitu, bisakah pernikahan ini dipercepat? Sesegera mungkin. Bagaimana kalau minggu depan?”

Mereka memandanginya dengan terkejut. Tiffany sendiri terlalu terkejut dengan pemikiran gila itu. Tapi ia sudah putus asa.

“Aku sudah dewasa dan kurasa aku tidak membutuhkan pertunangan atau semacamnya lagi. Tapi, kalau Donghae-ssi tidak bisa menerimanya, lebih baik…”

“Aku setuju,”lagi-lagi Donghae memotong kalimat Tiffany, “Tiffany benar. Tidak ada alasan untuk menunda pernikahan ini lebih lama,”ujarnya, tersenyum penuh arti pada Tiffany. “Minggu depan, ya? Kebetulan jadwalku kosong hari Sabtu nanti. Eomma, bisa menguruskan segala sesuatu tentang pestanya, kan? Kudengar kalau eomeonim juga berteman baik dengan pemilik hotel rits di Gangnam. Mungkin kita bisa booking ballroom hotel secepatnya. Mengenai undangan, biar kuminta sekertarisku menguruskannya. Tiffany-ssi, jangan khawatir, akan kuurus semuanya. Kau hanya perlu mengurus baju pengantin dan menuliskan nama-nama undangan. Bagaimana?”

***

Jemari Tiffany gemetar ketika ia menyalakan kran air. Dibiarkannya air dingin mengalir selagi ia memejamkan mata, mengontrol napas dan emosinya.

Apa yang baru saja kulakukan?

Di ruang tengah, dua keluarga itu sibuk mengurus acara pernikahannya. Bodoh! Ini karena dia yang mengusulkan agar pernikahan dipercepat. Siapa sangka jika pria itu benar-benar bersungguh-sungguh ingin menikahinya? Tiffany meraup air dan membasuh wajahnya. Kau pasti sudah gila, Tiffany! Ini pertemuan pertama dan kau akan menikah minggu depan! Luar biasa sekali hidupmu…

Tiffany menghela. Saat ia melihat pantulan wajahnya di cermin, mendadak ia terbayang wajah Minhyun. Baiklah, ini demi Minhyun. Anak itu sangat gembira ingin bertemu dengan ayahnya. Bukankah ini akan semakin mudah? Ia juga bisa segera terbebas dari teror bayangan Siwon.

“Apa kau baik-baik saja?”

Suara itu muncul begitu Tiffany keluar dari WC. Tak jauh darinya, duduk di salah satu kursi bar mini rumah itu, Donghae menatapnya cemas. Dua buah gelas berisi koktail sudah tersedia di meja. Tiffany mempertimbangkan sesaat lalu beranjak menghampiri pria itu.

“Kau sungguh ingin melanjutkan perjodohan ini?”tanyanya setelah duduk.

“Tentu saja. Aku bukan tipe orang yang menarik ucapan sendiri. Bagaimana denganmu?”

Tiffany menghela resah. “Aku akan baik-baik saja, kurasa,”gumamnya.

Donghae tersenyum lalu menyerahkan gelas koktail pada Tiffany. “Karena perjodohan ini berlangsung terlalu cepat dan tiba-tiba, kurasa lebih baik kalau kita membuat kesepakatan.”

dan itu yang selalu dilakukan oleh siapapun yang terlibat perjodohan bisnis. Tiffany menyetujui dengan segera.

“Kita tidak bisa mencampuri urusan masa lalu satu sama lain,”cetus Donghae. “Apapun yang pernah terjadi di masa lalu, siapa dan bagaimana itu terjadi … aku tidak akan menganggumu. Sebaliknya, kau juga harus menghormati bagian dari masa laluku.”

“Baiklah. Tidak buruk.”

“Tapi, kita punya hak untuk saling mencampuri urusan di masa depan, seperti suami-istri pada umumnya.”

Tiffany mengangguk. “Kau tidak keberatan dipanggil ayah oleh anakku, kan?”

Donghae menghela panjang, berpikir sesaat lalu berujar dengan yakin, “Mulai sekarang Minhyun tidak akan mengenal pria lain yang dipanggilnya ayah selain aku. Jadi, kau tidak perlu mengatakan apapun tentang masa lalumu. Itu sudah cukup, kan?”

Tiffany terenyak. Separuh hatinya luruh dalam kelegaan. Tujuannya menikah kali ini adalah Minhyun. Dan ahjussi ganteng yang berjanji akan membelikan icecream untuk Minhyun adalah pria ini. Dia bahkan mendekati Minhyun

“Apa yang membuatmu begitu yakin dengan perjodohan ini, Donghae-ssi? Kau bahkan tidak bertanya-tanya soal masa laluku.”

Donghae tertawa kecil, menyesap koktailnya dengan pelan. “Entahlah. Mungkin karena aku sudah pernah mengenalmu saat kecil. Kita sering bermain bersama waktu itu, kan? Aku tahu kau belum bisa menerima perjodohan ini sepenuhnya, tapi … bisakah kita memulainya dengan perlahan? Aku tidak memintamu menerimaku dengan terburu-buru. Semua hal butuh proses, kan? Kita hanya perlu membiasakan diri mulai dari sekarang.”

Tiffany tersenyum kecil, “jadi … ini bukan tentang cinta, kan?”tukasnya. “Ini hanya tentang pembiasaaan diri.”

“Ya, begitulah …”

Tiffany mengangguk kecil lalu mengulurkan tangan, “kalau begitu, mari bekerja sama dengan baik, Donghae-ssi. Semoga kau tidak menyesal di kemudian hari.”

“Baik. Senang bekerja sama denganmu, Tiffany-ssi.”

***

Seminggu setelahnya, sebuah pesta pernikahan besar-besaran di gelar di ballroom hotel bintang lima di Gangnam. Ratusan buket bunga berderet mengumumkan ucapan selamat. Berbondong-bondong pula tamu undangan memenuhi ruangan.

Choi Siwon ada di sana. Dari balik lorong ia berdiri mengawasi kedua orangtua mempelai menyambut tamu dengan suka cita. Lihatlah, wajah sumringah itu… saat pernikahannya mereka bahkan tak tersenyum seperti itu. Siwon menghela resah. Sejam lagi upacara pernikahan dilaksanakan. Hanya sejam itu waktu yang ia miliki untuk merubah keputusan Tiffany dan memperbaiki kesalahannya. Maka dengan menyamarkan identitas ia menyelinap mencari ruangan mempelai wanita.

Setelah menunggu beberapa saat, memastikan jika Tiffany hanya sendiri di ruangannya, Siwon membuka pintu dan masuk.

Hari dimana ia melihat Tiffany mengenakan gaun pengantinnya adalah hari terbaik yang pernah dilewati oleh Siwon. Ia takkan pernah lupa betapa menawannya Tiffany hari itu. Dan ia bersumpah, tidak akan membiarkan Tiffany terlihat begitu cantik selain untuknya seorang.

Tapi, lihatlah betapa menawannya wanita itu sekarang. Meski dengan wajah terkejut, kecantikan alaminya tetap tak luntur. Ia terlihat bak ratu yang sedang bertahta di singgasana agung.

Langkah Siwon gamang saat ia mendekati wanita itu. Bahkan dengan tatapan tajam Tiffany, wanita itu masih saja terlihat menawan. Karena separuh jiwamu sudah kauserahkan padanya, karena itu kau tidak mudah melupakan, Siwon.

“Seharusnya kau menunggu di kursi tamu. Apa-apaan menyelinap seperti ini?” Tiffany bersuara, berusaha terdengar santai saja. Tapi Siwon bisa merasakan getaran berbeda dari suara itu. Apa mungkin, Tiffany juga terbebani dengan pernikahan ini?

Siwon berada persis di depan Tiffany dan tersenyum. “Kau terlihat sangat cantik,”ia bergumam lirih, tapi cukup keras untuk didengar oleh Tiffany.

Wanita itu menarik napas dalam-dalam sebelum berujar dengan angkuh, “kenapa kau datang ke sini?”

“Fany-ya …” Siwon memanggil dengan suara bergetar, “tidak bisakah kau batalkan pernikahan ini?”

Tiffany mengernyit,  “Batalkan pernikahan? Kau pikir kau sedang bermain drama, eoh? Apa hanya ini yang bisa kau lakukan? Memintaku membatalkan pernikahan? Astaga, sampai akhir semua yang bisa kau lakukan hanya memaksa dan menuruti egomu. Sadarlah, Siwon-ssi … kau yang membuatku melakukan ini!”

“Karena itu …. kumohon, batalkan pernikahan ini!”

Mulut Tiffany terbuka hendak menyela, tapi dengan banyaknya hal yang ingin ia katakan, kembali mulutnya terkatup. Kemunculan Siwon tiba-tiba di hadapannya jujur saja membuatnya sempat goyah. Lalu permintaannya itu … astaga, kenapa pria ini terlihat begitu putus asa?

“Oke,”Tiffany berujar, “katakanlah, jika pernikahan ini kubatalkan, apa yang akan kau berikan untukku, eoh? Apa yang akan kau lakukan saat berhadapan dengan orangtuaku? Apa yang akan kau katakan pada keluarga suamiku? Dan juga … bagaimana jadinya karirmu yang selalu kau banggakan itu, eoh? Ah, bagaimana juga dengan wanita itu? Kau sudah putus dengannya?”

Giliran Siwon yang kehilangan kata-kata. Seperti orang linglung ia mematung dengan wajah memelas. Benar … apa yang bisa ia lakukan selanjutnya? Ia datang begitu saja, tanpa persiapan apa-apa bahkan tanpa berpikir! Bodoh! Setelah memberikan luka yang begitu besar untuk keluarga Tiffany, bagaimana ia memaafkanmu dengan mudah, Choi Siwon?

“Percuma berbicara denganmu. Lebih baik kau pergi sebelum seseorang mengenalimu,”Tiffany berujar angkuh, enggan menatap Siwon. “Lagipula, bukankah kau sendiri yang meminta agar hubungan kita dulu dirahasiakan dari publik? Kalau orang lain melihatmu di sini, mereka akan bertanya-tanya. Aku tidak mau lagi terlibat denganmu. Pergilah!”

Siwon membuka mulut hendak mengatakan sesuatu, tapi sebelum itu terjadi, pintu ruangan mendadak terbuka. Seorang bocah berlari ke arah Tiffany, terlihat lucu dan menggemaskan dengan jas dan rambut rapinya. Siwon termangu. Seolah berada dalam film slow motion, ia melihat bocah itu memeluk Tiffany dengan wajah sumringah. Dan saat ia mendengar suaranya, Siwon merasa sedang tertarik jauh ke dasar jurang.

“Woah, eomma cantik sekali!”

Tiffany tersenyum, sekilas melirik gugup pada Siwon. “Ne, kau juga sangat ganteng, sayang. Kenapa kau datang sendiri? Mana Taeyeon imo?”

“Dia bertemu teman-temannya. Eomma, bisakah aku pergi melihat appa sekarang? Aku harus memberitahunya kalau eomma saaangat cantiik!”

Tiffany mengangguk segera. “Pergilah, sayang! Ah, kalau kau bertemu dengan Taeyeon atau Yoona imo, tolong panggilkan ke sini, bisa?”

“Ne, tentu saja, eomma!” Minhyun membungkuk sopan, pamit. Tapi saat ia berbalik, langkahnya tertahan begitu menyadari sosok Siwon yang sedari tadi mengamati mereka.

“Eoh… annyeonghaseyo, ajussi! Namaku Hwang Minhyun, anak dari Tiffany Hwang yang cantik. Ajussi pasti teman eommaku, kan?”sapanya sopan. Ia tersenyum lebar pada Siwon, memamerkan deretan gigi susunya. Diamatinya baik-baik wajah Siwon. Ia mengernyit saat menyadari pria itu meneteskan airmata.

“Kenapa ajussi menangis? Bukankah seharusnya hari ini semua orang berbahagia? Benar, kan, eomma?”

“Pergilah sekarang, Minhyun-a!”tukas Tiffany.

Meski bingung dengan reaksi ibunya, Minhyun menurut saja. Sekali lagi ia membungkuk sopan pada Siwon lalu  berlalu dengan riang.  Secara refleks pula, mata Siwon mengikuti semua pergerakan anak itu. Ketika akhirnya pintu tertutup, nyaris saja ia beranjak hendak mengejar Minhyun. Tapi suara Tiffany menghentikannya.

“Pergilah!” Wanita itu berujar tegas, “kau sudah lihat, kan? Kau memang ayah kandungnya, tapi saat dia tak mengenalimu … apa itu berguna? Berhentilah merengek, Siwon-ssi, dan jalani hidupmu seperti yang sudah kau lakukan empat tahun ini!”

Siwon menghela panjang. Kenapa jadi seperti ini?

“Tidak bisakah kau memberiku pilihan lain, Fany-ya?”Siwon bergumam lirih.

“Kalau begitu … saat kau membawa perempuan itu bersamamu, apa kau memberiku pilihan lain? Tidak, kan? Aku tahu kalau kau akan mengataiku keras kepala dan egois. Kuakui itu, Siwon-ssi. Tapi, pengkhianatanmu dengannya … adalah hal yang paling tidak bisa kumaafkan, tahu?”

Siwon lagi-lagi hanya bisa menghela putus asa. Bagaimana pun caranya berbicara, pada akhirnya masalah mereka kembali pada topik itu. Tapi apa boleh buat. Jika saja ia lebih gigih mempertahankan Tiffany empat tahun lalu …

“Baiklah … selamat atas pernikahanmu, Fany-ya … Berjanjilah untuk hidup bahagia bersama keluarga barumu. Dan kalau misalnya … suatu saat nanti kau membutuhkanku … mungkin sebagai sahabat …. kau tahu kalau aku selalu ada untukmu, kan? Bahagialah, Fany-ya …”

Langkah Siwon gamang saat ia menariknya menjauh hingga pergi meninggalkan tempat itu. Hari itu akan menjadi hari terakhir dimana ia bertemu Tifffany tanpa status pernikahan. Tak ingin mempermalukan diri di depan Tiffany, Siwon mati-matian menyembunyikan tangis. Secepatnya ia meninggalkan tempat itu.

Kalau saja Siwon tinggal semenit lebih lama, mungkin ia juga akan menyaksikan bagaimana air mata Tiffany luruh. Wanita itu menangis. Meski dengan cepat-cepat ia menghapusnya, air mata itu terus terjatuh.

Seharusnya kau datang memohon lebih cepat, Choi Siwon… Sebelum media membongkar skandalmu empat tahun lalu, kau seharusnya datang berlutut padaku terlebih dulu …

***

Akhirnya … Tiffany resmi menjadi istri pria itu. Siwon hanya bisa memandang nanar saat pasangan pengantin baru saling tersenyum satu sama lain. Ia tahu bagaimana bahagianya pria itu mendapatkan Tiffany. Ia tahu, ingat dengan jelas bagaimana dulu ia merasakan hal serupa. Astaga, hidup mulai terasa lucu, ya? Semua orang mungkin akan menertawakannya jika tahu ia adalah mantan suami Tiffany. Dan sang mantan dengan bodohnya datang menghadiri pernikahan itu.

Siwon sebenarnya sudah berniat pulang. Tidak, sama sekali ia tak sudi menjadi saksi sumpah pernikahan mereka. Tapi, ada alasan lain yang membuatnya harus bertahan meski hatinya diremas kesakitan.

Alasan itu ada di sana. Terlihat lincah dan ceria, dengan mata persis sama dengan milik ibunya … bocah itu, putranya berkeliling menyapa tamu dengan sopan. Tidakkah dia terlihat sangat menggemaskan?

Musik pesta telah diputar dan kue-kue serta minuman dikeluarkan. Ada keriuhan dan gegap gempita suka cita di sana. Tapi dunia Siwon hanya terpusat pada bocah itu. Ia tak peduli jika ada berpasang-pasang mata mengawasinya dengan tertarik. Bahkan tawaran minum dari pelayan dengan mudah dijawabnya dengan gelengan cepat.

“Choi Siwon-ssi?”sebuah suara menyapa, sejenak mengalihkan perhatian Siwon. Teman kerjanya sesama idol, Lee Seunggi yang menyapa. “Aigoo, tadi kukira aku salah orang. Ternyata benar kau.”

“Ah ya … bagaimana kau bisa …”

“Kekasihku ada di sini, Siwon-ssi. Dia berteman dekat dengan Tiffany,”ujar Seunggi tertawa, “kau tidak akan mengatakannya pada media, kan? Dia mungkin akan marah jika hubungan kami terendus publik.”

“Untuk apa pula aku memberitahu mereka?”Siwon bergumam.

“Bagaimana denganmu? Datang atas undangan pihak perempuan atau laki-laki?”

Jujur saja, meski mengenal Seunggi sebagai aktor multitalenta yang ramah, kali ini Siwon merasa perlu menyumpalkan sesuatu pada mulutnya. Bisa tidak dia diam atau pergi saja? gerutunya kesal.

“Tiffany-ssi yang mengundangku,”jawab Siwon bergumam. Kalau suaranya diperbesar sedikit bisa-bisa ia malah meneriaki pria itu. Pandangan Siwon masih terpaku pada setiap gerak gerik bocah itu. Sebaiknya Seunggi segera pergi dan membiarkannya menikmati saat-saat menyenangkan mengamati perkembangan bocah itu.

“Ah, begitu rupanya … Tapi, ini aneh. Kenapa Tiffany bisa …”

Oh Tuhan! Siwon menghela kesal. Untunglah perhatian pria itu teralihkan sehingga pertanyaan kurang kerjaannya tak selesai.

“Aigoo, Uri Minhyun!”

Dengan gaya bersahabat, seolah telah kenal lama dengan bocah itu, Seunggi berjongkok menyambut kedatangan Minhyun. Dan  yang membuat Siwon tercengang, bocah itu sama akrabnya merespon kehadiran Seunggi.

“Ajussi, senang bertemu denganmu di sini!”seru Minhyun ceria. “Nikmati pestanya!”

Seunggi tertawa geli, dicubitnya pipi bocah itu dengan gemas. “Aigoo, kenapa kau begitu imut, eoh? Ajussi benar-benar merindukanmu, tahu? Omo, lihatlah wajah senang ini… apa yang membuatmu terus tersenyum seperti ini, eoh?”

Minhyun tersenyum, memamerkan gigi susunya. “Tentu saja hari ini semua orang harus senang, ajussi! Halmeoni membuat pesta besar ini untuk menyambut kedatangan appa, kan?”balasnya.

“Benar, benar … kau senang bertemu ayahmu?”

Spontan, Minhyun mengangguk kuat-kuat. “Dia sangat baik padaku. Aku suka padanya, ajussi! Eomma bilang, kami akan pergi berlibur bersama besok lusa dan membeli banyak ice cream! Woah, membayangkannya saja aku sudah sangat senang!”

“Aigoo, sepertinya kau sudah tidak mau piknik bersama kami lagi, ya?”Seunggi cemberut, membuat Minhyun tertawa lepas.

“Appa dan ajussi tentu saja berbeda…”ujarnya kemudian.

Siwon berdiri gamang. Apa saja yang sudah dilakukannya selama ini? Bagaimana bisa pria cerewet itu lebih dekat dengan putranya? Seperti orang bodoh, dengan mata nanar ia berdiri mendengar perbincangan itu. Perbincangan yang seharusnya menyenangkan jika saja ia adalah teman bicara Minhyun.

“Oh, kita bertemu lagi, ajussi!”suara Minhyun, tertuju untuk Siwon terdengar. Dengan perasaan tak nyaman yang melilit-lilit hatinya, Siwon memaksakan diri tersenyum membalas senyum ceria bocah itu.

“Kalian sudah bertemu?”tanya Seunggi pada Siwon.

“Kami bertemu di ruangan eomma. Tapi, aku tidak tahu nama ajussi …”

“Ah, bagaimana bisa kau tidak tahu? Dia ini aktor terkenal loh, Minhyun-a!” Seunggi lagi-lagi menyela, menguasai perbincangan mereka. “Namanya Choi Siwon. Ayo, perkenalkan diri padanya!”

Minhyun menurut dan membungkuk memberi salam. “Annyeonghaseyo, Choi Siwon ajussi!”

“Eoh … annyeong, Minhyun-a …” Siwon menyahut dengan suara bergetar. Astaga, bagaimana bisa pertemuan seorang ayah dan anak berlangsung seperti ini? Dalam waktu yang seolah diputar lambat, kedua mata mereka bertemu pandang. Siwon menyuarakan kerinduan dan penyesalan teramat dalam melalui tatapannya. Sementara Minhyun mungkin bertanya-tanya, kenapa ajussi ini terlihat begitu sedih?

Ya, Lee Minhyun!!”

Suara seorang wanita menyela. Mereka bertiga menoleh ke arah wanita barusan. Seorang gadis yang terlihat menawan dengan gaun pesta off-white. Langkahnya  bergegas menghampiri mereka, nampak sangat terlatih menggunakan high-heels yang tingginya membuat Minhyun agak ngeri.

“Kucari-cari kau kesana kemari ternyata ada di sini rupanya!” wanita cantik itu, Yoona, mengomel segera. Tentu saja ia tak bisa sungguh-sungguh mengomel karena senyum imut Minhyun membuat senyumnya ikut terkembang.

“Aigoo, kau jadi terlihat seperti ahjumma, baby!”sela Seunggi, terkekeh menggoda.

“Ahjumma? Omo, baguslah. Lalu bagaimana Minhyun memanggilmu selama ini, eoh, Ajussi?”tukas Yoona segera.

“Aigoo kau ini selalu membalas kata-kataku seperti itu!”

Yoona hanya terkekeh. Seunggi selalu saja mengalah kalau sudah seperti ini. Tapi senyum Yoona mendadak lenyap begitu menyadari sosok Siwon yang berdiri di dekat mereka. Refleks pula sudut matanya bergerak ke arah Minhyun. Seunggi mungkin bisa tertawa senang seperti itu karena tak tahu hubungan Siwon dengan keluarga Tiffany. Tapi ia yang tahu semua hal yang telah dilalui Tiffany karena Siwon, harus  menahan diri untuk tidak menyemprot Siwon habis-habisan. Berani sekali pria itu muncul di sini, di depan putranya!

“Minhyun-a … bisakah kau temani imo, sayang?”Yoona bertanya, bertekad untuk segera membawa Minhyun pergi. Tiffany mungkin tidak akan senang jika melihat Minhyun berkeliaran di depan Siwon.

“Kemana? Biar ajussi saja yang menemanimu, imo!”sela Seunggi cepat, tersenyum menggoda. Suara tawa cekikik Minhyun terdengar.

“Aigoo, kau ini!” Yoona berdecak kesal. Ia mengulurkan tangan hendak meraih tangan Minhyun, tapi sebelum mereka  meninggalkan tempat itu, kehadiran seseorang kembali mengalihkan perhatian Minhyun.

“Appa!”Ia berseru, memandang ke arah Siwon. Ah tidak, tepatnya ke arah pria yang sedang mendatangi mereka dari belakang Siwon.

Tak seorang pun yang menyadari bahwa teriakan barusan membuat Siwon terasa terhempas ke jurang berbatu. Pria itu meneriakkan kata appa ke arahnya, tapi pria lainlah yang menyahut. Sementara ia hanya berdiri gamang, pucat dan kosong. Seperti orang bodoh.

“Kau bersenang-senang bersama ajussi ini, Minhyun-a?”tanya Donghae.

“Ne, appa!”

Lihatlah betapa senangnya bocah itu menyerukan kata appa… Siwon menelan ludah dengan susah payah. Saat Donghae menoleh dan tersenyum sopan padanya, ia tak bisa lagi pura-pura menikmati pesta itu. Langkahnya beranjak, meninggalkan mereka dengan gontai.

“Ajussi itu terlihat sangat sedih. Kenapa, ya? Apa dia tidak menyukai Minhyun?”

Samar-samar, Siwon mendengar suara bocah itu bertanya. Ada banyak suara setelahnya tapi ia tak bisa menangkap dengan jelas lagi. Bergegas dibawanya kaki yang sudah tak bisa menapak bumi dengan benar. Bodoh amat dengan tatapan bingung orang. Choi Siwon sang supestar terlihat seperti orang linglung di pesta mantan istrinya! Astaga, bisa gempar dunia jika mengetahui itu

Appa…

Seruan Minhyun terus bergema di kepalanya. Poin inilah yang membuat Siwon gerah. Ia merenggut dasinya hingga lepas. Sesak. Panas. Marah.

Bagaimana mungkin, anak kandungnya sendiri memanggil appa kepada pria lain, tepat di hadapannya? Ia bahkan hanya bisa berdiri, mematung dengan perasaan sesak yang menyerangnya dan tak melakukan apa-apa saat anak yang baru bisa ia kenali setelah 4 tahun itu menarik tangan pria lain dan mengatakan bahwa ia memiliki appa. Oh God! Seberapa banyak sebenarnya ia telah melukai hidup mereka?

Siwon mengacak rambutnya frustasi. Anak itu sangat tampan dan imut. Perasaannya bergetar saat melihatnya. Ia jatuh cinta pada malaikat kecil itu. Ia juga ingin merengkuhnya dalam dekapan hangatnya. Sebagai appa.

Mata Siwon memanas tanpa kontrol. Apa ini balasan setelah ia mencampakkan istrinya demi wanita itu? Siwon meremas rambutnya kuat. Demi Tuhan, ia juga ingin merengkuh anak itu dan mendengarnya memanggilnya appa.

***

Bau wangi masakan tercium menguar menyelusup ke indera penciumannya begitu Donghae keluar dari kamar. Satu poin plus yang diterimanya sejak pernikahan mereka seminggu lalu, adalah bahwa wanita itu sangat pandai memasak. Meskipun banyak menghabiskan waktu di butik, Tiffany nampaknya sudah lihai mengurus rumah tangganya sendiri tanpa kehadiran maid.

“Oh, appa sudah datang!”ujar Tiffany pada Minhyun yang sudah duduk rapi di kursinya. Ia baru saja selesai menata meja dan mempersiapkan bekal makan siang mereka.

“Selamat pagi, Appa!”seru Minhyun ceria.

Astaga, adakah orang yang tak jatuh cinta melihat bocah ini? Donghae tersenyum lebar dan mengacak pelan rambut Minhyun, gemas.

“Woah, masakan eomma selalu terlihat enak,”ujar Donghae sembari duduk. Tiffany dengan sigap mengisi mangkuk nasinya. “Terima kasih, yeobo…”

Tiffany mengangguk lalu beralih mengisi mangkuk Minhyun. “Makan pelan-pelan saja, dear,”ujarnya.

“Ne, eomma!”

“Aigoo, kenapa kau terlihat senang begitu, eoh?”Tiffany tersenyum.

“Biar aku yang menjemput Minhyun hari ini,”ujar Donghae selagi mereka menikmati sarapan. “Kemarin kau bilang sedang ada proyek baru, kan? Jangan khawatirkan Minhyun dan fokus pada proyekmu. Kami akan bersenang-senang hari ini, benar, kan, boy?”

Minhyun bersorak mengiyakan dengan senang. “Kami akan pergi ke Lotte World, eomma!”

“Baiklah, asal kau senang saja, dear. Memangnya kau tidak sibuk, Dong… ah, yeobo?”

Donghae tersenyum kecil. Tiffany belum terbiasa dengan kehadirannya, ia bisa maklum itu. “Tidak apa-apa. Aku bisa mengerjakan sisa pekerjaan nanti malam. Lagipula, terlalu sering bekerja juga tidak baik untuk kesehatan. Kau juga sesekali ambillah cuti untuk diri sendiri, yeobo!”

“Ah, benar juga … akan kupertimbangkan. Hari ini kalian bersenang-senanglah. Jangan lupa menelponku nanti, Minhyun-a…”

Minhyun mengangguk, tak perlu berbicara karena mulutnya sedang penuh makanan. Donghae juga sudah kembali fokus pada makanannya.

Diam-diam, Tiffany mendongak dan melirik Donghae. Laki-laki tampan itu benar-benar berhasil merebut hati Minhyun. Hanya seminggu setelah pernikahan mereka,ia telah membangun hubungan yang sangat baik dengan Minhyun. Anak itu bahkan lebih suka menghabiskan waktu dengan ayahnya ketimbang dengan Tiffany.

Tiffany tersenyum kecil. Semoga saja hubungan baik itu bertahan lama. Karena dengan begitu ia akan tetap memiliki alasan mempertahankan pernikahannya.

***

“Aku datang!”

Taeyeon reflex menyambar remote televise dan menekan tombol power off. Tapi Tiffany yang berseru mengumumkan kedatangannya setelah ia masuk jelas sempat menyadari tingkah aneh sahabatnya itu.

“Mwo-ya? Kenapa mematikan televisinya begitu aku masuk?”Tiffany memprotes. “Omo! Jangan bilang… kau sedang menonton film por…”

“Yak!” Pipi Taeyeon bersemu merah saat ia mendaratkan tamparan ringan di lengan Tiffany. “Bagaimana bisa kau menuduhku sekejam itu,eoh?”

Tiffany tertawa selagi ia melepaskan mantel bepergiannya dan menyampirkannya di lengan sofa Taeyeon. Sementara sang pemilik rumah beranjak ke dapur, mencari hidangan untuk tamunya yang selalu masuk tanpa membunyikan bel. Salahnya sendiri sih, membiarkan Tiffany mengetahui kode pengaman rumahnya.

“Donghae-ssi sudah menjemput Minhyun tadi,”ujar Taeyeon berseru dari dapur. “Katanya mereka mau pergi bersenang-senang. Kenapa kau tidak ikut bersama mereka?”

“Mereka sudah pergi dua jam lalu, tahu? Aku sedang mengerjakan proyek dan tidak mungkin meminta mereka menungguku selama itu,”balas Tiffany.

Taeyeon datang tak lama kemudian. Nampan berisi dua gelas jus dan sekotak cupcakes diletakkannya di atas meja.

“Tapi, ada apa dengan ekspresimu itu, eoh? Kau terlihat … tidak senang?”tegur Taeyeon sembari duduk di samping Tiffany.

Tiffany menghela panjang. Kalau ingin merahasiakan sesuatu, memang sebaiknya ia tak datang pada Taeyeon. Dengan cara yang tak dipahami olehnya, Taeyeon selalu tahu suasana hatinya. Atau, apa ia yang terlalu terang-terangan memperlihatkannya?

“Aku hanya … kau tahu, Taeyeon-a … Minhyun lebih banyak menghabiskan waktu bersama Donghae-ssi akhir-akhir ini. Ah, Minhyunku benar-benar berubah, tahu? Aku tidak mengerti… apa semua hal yang baru sangat menarik bagi anak-anak? Dia selalu mencari appa … appa … saat bersamaku pun yang diceritakannya hanya itu.”

Taeyeon tertawa melihat wajah imut Tiffany saat ia kesal. Sudah bukan remaja lagi tapi Tiffany masih saja suka merajuk dengan aegyonya.

“Kenapa sekarang kau jadi cemburu pada anakmu sendiri, eoh?”balasnya meledek.

“Aku tidak cemburu!”tukas Tiffany seraya menyandarkan kepalanya di sandaran sofa lalu memejamkan matanya, “aku hanya merasa diabaikan,”lanjutnya seraya bergumam.

“Jadi, itu alasannya kenapa kau tiba-tiba mendatangi rumahku dan membuatku harus meninggalkan beberapa pekerjaan? Untuk mendengarmu merajuk? Aigoo,kau pengantin baru  yang aneh, Tiffany Hwang!”ujar Taeyeon sembari mengambil cupcake dan mulai menikmatinya.

“Hentikan itu, Kim Taeyeon,”gumam Tiffany letih, “aku tidak bangga dengan status baru itu.”

Taeyeon hanya terkekeh. Dibiarkannya Tiffany menikmati ketenangan yang dibuatnya. Kalau sudah seperti itu, Tiffany tak ingin diganggu sampai ia sendiri yang mengganggu orang lain. Setelah Taeyeon menghabiskan dua buah cupcake dan setengah isi gelasnya, barulah Tiffany membuka mata dan memperbaiki posisi duduk. Setelah melirik Taeyeon yang nampak menikmati cupcake, agaknya ia jadi ngiler juga jadi segera saja satu buah cupcake pink berpindah ke tangannya.

“Bagaimana pekerjaanmu?”tanya Tiffany.

“Seperti biasa. Bertemu anak-anak, bermain dan dipusingkan dengan ulah mereka … menyenangkan sekali sebenarnya,”jawab Taeyeon riang.

“Kenapa aku mendadak terlihat seperti ibu yang buruk, eoh?”Tiffany bergumam lirih. Ia adalah ibu kandung Minhyun, tapi kenyataannya Taeyeonlah yang lebih banyak menemani anaknya itu.

“Luangkan lebih banyak waktumu untuknya, Fany-ya …”hibur Taeyeon. “Kau sedang berusaha memberikan masa depan yang baik untuk Minhyun, aku tahu itu. Jangan terlalu menyalahkan dirimu, dear…”

Bahkan demi Minhyun, Tiffany menerima saja perjodohan itu… Taeyeon menambahkan dalam hati. Setelah mendengar pengakuannya bahwa Minhyun sangat menderita dan tertekan karena diejek tak punya ayah, Tiffany linglung dan terpuruk. Meski ia sudah menggunakan kata-kata yang baik, berusaha untuk tidak menyakiti perasaan Tiffany… tetap saja, ia merasa kasihan melihat Tiffany saat itu. Tiffany bukannya tak peduli pada Minhyun, ia hanya tak peka. Mungkin karena bersama Minhyun selalu mengingatkannya pada sepotong episode menyakitkan itu. Mungkin karena Tiffany sudah membangun mindset bahwa jejak Siwon takkan ada dalam hidupnya lagi.

Lalu hanya beberapa hari sejak perbincangan mereka tentang Minhyun yang diejek itu, Tiffany tiba-tiba menyerahkan undangan pernikahan untuknya. Taeyeon jelas terkejut. Tiffany bukan tipe wanita yang gampang jatuh cinta dengan laki-laki. Ah, ia bahkan tak yakin jika wanita itu masih mau berurusan soal hati setelah pengkhianatan Siwon. Tiba-tiba memberikan undangan pernikahan membuat Taeyeon berasumsi bahwa pernikahan itu bukan keinginan Tiffany. Kalaupun memang keinginan Tiffany, tetap saja bukan karena ia menyukainya. Pasti demi Minhyun. Karena itu, Taeyeon tak bisa menyamakan sahabatnya itu dengan orangtua lain yang dengan mudah meninggalkan anaknya demi karir. Tiffany peduli pada Minhyun. Sangat.

Larut dalam pikirannya sendiri membuat Taeyeon tak sadar jika Tiffany mengambil remote TV. Saat bunyi biip terdengar dan layar TV menyala, barulah Taeyeon terperanjat terkejut.

 

“Fany-ya, andwee!!” Taeyeon menjerit hendak merebut remote televisinya. Tapi,terlambat.

Mata Tiffany tak berkedip menatap layar.  Ekspresinya mendadak hampa melihat apa yang tadi berusaha disembunyikan oleh Taeyeon.

Penyanyi sekaligus actor Choi Siwon sepertinya harus mengundurkan jadwal comebacknya. Para penggemar terpaksa harus kembali menelan kekecewaan setelah bintang tampan itu kedapatan sedang mabuk-mabukan bersama beberapa wanita model papan atas di sebuah klub malam di kawasan Cheondamdong. Sampai berita ini dilansir,pihak managemen Choi Siwon belum…

“Fany-ya…” Taeyeon menegur dengan suara lirih.

Sedari tadi Tiffany belum menunjukkan reaksinya. Hanya ada kekosongan di mata sahabatnya itu. Tapi, ini lebih mengkhawatirkan. Bagaimanapun, Taeyeon mengenal Tiffany dengan baik. Watak dingin dan keras Tiffany memang telah membuat wanita itu terlihat lebih tegar. Tapi, di dalam ia rapuh.

Ia telah menjadi saksi bagaimana dulunya rumah tangga mereka terawat indah. Tahu pasti jika Tiffany telah menyerahkan semua hatinya untuk pria itu. Hanya dia satu-satunya pria untukku, Taeyeon-a … Aku tak yakin bisa hidup tanpanya … Kata-kata semacam itu sudah berulang kali diperdengarkan Tiffany. Tiap kali mereka berkumpul bersama, sebisa mungkin Taeyeon menghindar dari pasangan itu. Berlama-lama menyaksikan mereka bermesraan bisa membuatmu mual mendadak, percayalah … Dan sama seperti Tiffany kuat memegang prinsipnya, begitu pula kuatnya ia menyimpan cinta untuk Siwon.

Lalu kemudian, pria itu mengkhianatinya. Taeyeon mengira ia akan melihat Tiffany yang jatuh tersungkur di hadapannya, terisak dan menangis meraung-raung. Bahkan ia berpikir, bisa saja sahabatnya itu memutuskan untuk bunuh diri. Tapi ia salah. Tiffany yang baru telah terlahir hari itu. Tak ada lagi pink monster yang kekanak-kanakan dan selalu berteriak dengan suara memekakkan telinga. Taeyeon hanya melihat Tiffany yang terpuruk, enggan berbicara dan hanya mengurung diri di kamar tak lebih dari empat bulan. Berita kehamilannya telah membuat ia bangkit dari keterpurukan. Dan sejak hari itu, segala fokus Tiffany diarahkan pada Minhyun. Tapi bukan berarti ia berhasil mengobati luka itu.

Tiffany mungkin tak meyadarinya, tapi seringkali Taeyeon mendapati sahabatnya itu menangis tersedu-sedu dalam keheningan malam. Setiap kali Tiffany menemani Minhyun tidur, ia akan mengadukan masalahnya pada putranya yang terlelap. Meski separuh hatinya telah dipenuhi amarah, separuhnya lagi masih merindu. Bagaimana bisa ia melupakan Siwon begitu saja, sementara sehari-harinya ia bersama buah hati mereka? Tiffany berhasil memperdayai semua orang bahwa ia adalah single-mom yang hebat dan mandiri. Tapi, saat mengamati Minhyun yang terlelap, airmata begitu mudah luruh membasahi malam-malamnya.

Mwo-ya? Apa dia benar-benar hidup seperti  itu?” Tiffany bergumam lirih. Matanya menatap nanar pada layar TV.

Taeyeon menghela napas lalu mendekat kepada Tiffany.

“Fany-ya,”ia memanggil lirih.

“Ini benar-benar gila,” Tiffany mendengus tertawa sekaligus menahan tangis. Matanya masih fokus pada berita itu, “kenapa orang yang mencampakkanku harus hidup seperti ini? Aku benar-benar benci melihat keadaannya yang menyedihkan seperti itu. Seharusnya dia hidup bahagia setelah apa yang dilakukannya padaku, kan?”

“Karena itulah aku melarangmu melihat ini,”ujar Taeyeon lalu menekan tombol power off pada remote.

Keheningan yang aneh segera menyeruak ke permukaan. Mereka terjebak dalam kecanggungan yang tidak biasa sampai Tiffany menghela napas panjang.

“Bagaimana perkembangan Minhyun di sekolah?”tanyanya.

“Tentu saja dia anak yang cerdas. Kalau sempat, kau harus melihatnya belajar dan bersinar di antara teman-temannya yang lain,”balas Taeyeon segera, “ah, terlalu menyukai satu anak sebenarnya tidak baik untukku. Tapi, mau bagaimana lagi … di antara mereka semua, Minhyun adalah anak sahabat baikku. Tak ada bedanya dengan anak kandung.”

Tiffany tersenyum haru. Merasa lebih rileks, ia meraih gelas jus dan menyesap isinya perlahan. Tak hanya kehangatan persahabatan, ia juga bisa mendapatkan makanan dan minuman enak di sini. Tanpa perlu repot-repot membuatnya. Memikirkan tentang Taeyeon, mendadak Tiffany merasa bersyukur luar biasa. Hidupnya mungkin akan kacau kalau sahabat seperti Taeyeon tak ditemukannya.

 

“Tae-ya…”panggilnya pelan.

“Hm?”

“Apa menurutmu … ini akan baik-baik saja?”

Taeyeon mengernyit bingung. “Apanya?”

“Aku dan Donghae oppa,”gumam Tiffany lagi. Tangannya menggoyang-goyangkan gelas jusnya dengan pelan.

Taeyeon menghela panjang,  “Aigoo,kau ini! Kenapa kau baru mengatakan ini setelah kau mengadakan pesta pernikahan,eoh? Kenapa kau tidak menolaknya kalau kau tidak menyukainya?”

Tiffany tersenyum kecil. Tiffany seharusnya tahu jika ekspresi linglungnya yang seperti itu selalu membuat Taeyeon cemas.

“Kenapa?”desak Taeyeon. “Ada apa sebenarnya, Fany-ya? Apa dia menyakitimu?”

Tiffany menggeleng, membuat kekhawatiran Taeyeon sedikit berkurang. “Lalu apa masalahmu?”

“Entahlah…”gumam Tiffany mengambang, “Dia pria yang sangat baik. Mungkin … aku merasa bersalah padanya. Eomma benar … memang pria mana yang bisa menerima single mom sepertiku? Tapi pria bodoh itu menerimaku, Tae-ya … Sementara aku tidak tahu apakah aku bisa mencintainya atau tidak…Tapi,setiap kali aku melihatnya begitu dekat dengan Minhyun,aku selalu merasa tenang meski di sisi lain … aku benar-benar merasa tersiksa dalam kepura-puraan ini,” Tiffany merasakan dengan jelas aliran hangat yang membasahi pipinya, tapi ia mengabaikannya.

Taeyeon menghela panjang lalu beranjak memeluk Tiffany, mencoba memberinya kekuatan baru. Baiklah, pernikahan mereka memang hanya permainan bisnis semata. Mungkin pria itu juga tak sungguh-sungguh mencintai Tiffany. Tapi tetap saja, bagaimana bisa kau terus-terusan mengabaikan pria yang begitu baik padamu? Tiffany terperangkap dalam rasa bersalah itu sekarang. Mendapatkan pria yang peduli pada anaknya, justru memberikan luka lain. Bagi Tiffany, jauh lebih baik menelan semua penderitaan menjadi single-mom daripada harus mendapatkan kebaikan dan cinta yang tak bisa dibalasnya.

Pernikahan ini bukan untukku.

Isakan Tiffany luruh dalam pelukan sahabatnya. Ia tak bisa selamanya berpura-pura. Toh, ia hanya manusia … wanita biasa. Makhluk yang terlihat kuat namun gampang retak.

***

Jaejoong menatap iba pada siluet tubuh Siwon yang sedang bergelung dengan selimutnya. Sudah lebih lima jam Siwon belum juga meninggalkan tempat tidurnya itu.

“Choi Siwon, apa kau masih tidur?”

Tidak ada balasan. Jaejoong menghela napas panjang.

“Aku tahu kau sangat tertekan karena Tiffany. Tapi, apa kau akan terus seperti ini? Kau terlihat sangat menyedihkan sekarang…”

“Diamlah, hyung!” Siwon bergumam dengan suara serak.

“Beritamu sudah keluar di media. Tiffany juga pasti sudah melihatnya. Apa itu yang kau cari? Kalau kau memang masih menyukainya seharusnya kau memperjuangkannya dan memperbaikinya sejak awal, bukan malah memperburuk imagemu di depannya!”

Siwon tidak menanggapi. Tapi, Jaejoong tahu bahwa Siwon mempertimbangkan perkataannya itu dengan baik.

Pukul sembilan pagi keesokan harinya, Choi Siwon baru beranjak dari kamar. Rasa lapar melilit membuat ia tak bisa bermalas-malasan lagi. Untunglah managernya itu berbaik hati menyediakan makanan di dalam kulkas.

Setelah menghabiskan dua mangkuk ramen, Siwon akhirnya menyentuh ponsel yang kemarin diaturnya ke mode silent. Tidak heran jika ada puluhan panggilan tak terjawab dan pesan yang tak terbaca. Hampir semuanya bernada khawatir setelah media memberitakan skandalnya itu. Siwon sudah berniat melemparkan kembali ponsel itu ke atas sofa, sebelum sebuah notifikasi pesan menghentikannya.

Lama tak bertemu, Oppa… kau belum mengganti nomor telepon rupanya… Aku akan kembali, Oppa. Bisakah aku menumpang di apartemenmu untuk sementara waktu?

Siwon mungkin akan mengganggap itu hanya pesan spam dari sasaeng fansnya kalau saja tak ada nama pengirim di akhir pesan. Ia sudah menghapus kontak gadis itu dari ponselnya jadi wajar saja ia tak mengenalinya. Tapi, gadis itu menuliskan namanya. Yuri.

Siwon menghela panjang, bimbang sejenak. Lalu kemudian jemarinya bergerak mengetik balasan.

Welcome back.

***

Pintu kedatangan Incheon Airport baru saja terbuka dan gelombang manusia segera memenuhi bandara. Seorang wanita muda yang terlihat anggun dalam balutan mantel bulu yang eksotis juga berjalan keluar dari sana. Tangannya mendorong troli barang-barangnya dengan kokoh sementara kecantikan matanya tersembunyi di balik kacamata coklat yang dikenakannya. Dengan kepercayaan diri yang sempurna,ia terlihat bersinar di antara kerumunan pendatang lainnya.

“Mommy!”

Langkahnya terhenti. Ia menoleh ke sampingnya. Seorang anak perempuan yang berusia sekitar 6 tahun bergelanyut memegang sisi mantelnya. Ia tersenyum.

“Kenapa,sweety? Apa kau merasakan jet-lag?”

Gadis kecil itu menggeleng, “Aku sangat lapar, mom. Bisakah kita singgah di restaurant sebelum kembali ke rumah?” pintanya dengan mata berbinar penuh harap.

Wanita itu tersenyum lebar lalu mengelus kepala putrinya dengan penuh sayang.

“Tentu saja,sweety. Mommy juga sudah sangat lapar!”

Keduanya kembali berjalan beriringan keluar dari bandara. Wanita itu tersenyum tipis begitu sinar matahari menerpa wajahnya. Ia menghentikan langkah dan melepas kacamata.

Pandangannya menyapu seluruh pemandangan kota di sekelilingnya sementara ia menarik napas panjang. Setelah beberapa menit mengamati sekelilingnya dengan takjub, ia mengenakan kembali kacamatanya dan meraih tangan putrinya untuk kembali berjalan bersama.

“Bersiaplah, Hyeri-ya. Kita kembali,” gumamnya, berbisik pada dirinya sendiri.

***

Ruangan itu senyap. Sebagai direktur perusahaan, ia berhak meminta ruang kerja terbaik. Dengan view jendela yang memperlihatkan potret kemegahan kota. Dengan aroma cinnamon dan melati segar yang menguar di udara. Dengan perabot dan wallpaper dinding yang dipilih dari produk terbaik dari toko terbaik.

Sedari tadi pria di belakang meja itu disibukkan dengan gadgetnya. Akan ada pertemuan para pemegang saham dan ia harus memeriksa semua materi presentase dengan benar.

Kesenyapan itu dipecah tiba-tiba oleh bunyi getaran ponsel. Notifikasi pesan masuk. Lee Donghae meletakkan tab dan meraih ponselnya. Sebuah pesan singkat dari nomor tak dikenalnya.

Angin segar musim semi Seoul menyambutku hari ini. Aku akan menunggu undangan pertemuan darimu, oppa. Kau tahu kalau aku akan terus berharap padamu, kan? Hubungi aku kalau kau punya waktu luang.

Di akhir pesan, inisial pengirim pesan tertulis. Ur J. Mata yang tadinya terkantuk-kantuk letih mendadak terbelalak. Donghae yang semenit lalu merasa letih, mendadak merasakan adrenalin yang memacu deras. Membangunkan semua sel-sel tubuhnya, memicu otaknya bekerja dan sekejap kemudian … sebuah adegan masa lalu terputar dalam pikirannya.

Gemetar jari Donghae saat ia menekan tombol panggil di layar ponselnya. Selagi menunggu panggilannya tersambung, berulang kali ia berusaha menetralkan napasnya. Bisa-bisa ia mati tercekik oleh napasnya gara-gara kesenangan.

Lalu, kemudian … sebuah suara menyahut dari seberang. Terdengar lembut dan halus, masih persis sama sejak terakhir kali mereka berbincang. Darah Donghae berdesir dan suaranya bergetar saat ia menyahut.

“Halo?”

“Eoh … aku tidak tahu kau langsung menghubungiku, oppa …” Suara tawa renyah terdengar.

“Dimana kau sekarang?”sebisa mungkin Donghae menjaga agar suaranya terdengar normal saja.

“Seoul, tentu saja.”

Donghae bisa merasakan dengan jelas bahwa wanita itu sedang tersenyum saat menjawabnya. Ia tak menyahut, tidak pula wanita itu. Keheningan itu tercipta karena keduanya sama-sama terjebak pada satu rasa; rindu yang teramat dalam. Terasa manis dan lembut menyela, menyingkirkan semua omong kosong rutinitas harian mereka yang membosankan.

***

Preview Next Chapter :

 

“Welcome back, Jessica Jung!”

Di sudut restoran Italia itu mereka duduk, berbincang dan membuka kenangan akan tahun-tahun silam.

“Kau tidak mencintainya. Aku tahu itu.”

Sementara di tempat lain, sebuah adegan mengerikan baru saja berlangsung …

Bunyi klakson bersahutan nyaring, bersaing dengan decitan rem dan tubuh mobil yang oleng; mengumumkan pesan kematian.

“Andweeeee, Minhyun-aaa!!”

Bisakah teriakan seorang ibu menghentikan malaikat maut?

tapi sesuatu yang jauh lebih buruk telah menantinya.

“Bagaimana jadinya kalau istrimu tahu bahwa wanita yang kau sembunyikan ini kembali, Oppa?”

lalu sesuatu mulai berubah.

****

Fiiuhh *ngelap keringat* habis kebut-kebutan dua jam akhirnya part dua selesai. Yeah, thanks for reading, guys! Ini sebenarnya berbeda dengan rencana awal saya, tapi tahulah … kalau sudah menulis, suka melenceng dari rencana. Soalnya kalau nulis ff saya nggak pake outline, jadi ceritanya ke sana kemari mutar-mutar nggak jelas.

Sudah mulai masuk ke konflik utama nih. Identitas Hyeri masih belum bisa terungkap di part ini, mian… terpaksa molor ke part berikutnya. Yang cari Jess & Hae, mereka sudah muncul loh… hehe.

Pokoknya, sampai bertemu di part berikutnya. Semoga berkenaan menunggu sampai akhir. Manhi saranghaejuseyo, yeorobun!

88 pemikiran pada “(AF) We do Believe Part 2

  1. Tiffany terlalu tergesa2 nih ambil keputusannya… astaga apa nanti tiffany bkal d sakitin lgi sma kyak yg dulu itu gk tega bgt bca nya trs it anak kecil cwek siapa bikin penasaran bgt crita nya … dtunggu next nya ya 🙂

  2. Tifffany nikah sm donghae??? Tiff trlalu cpt ambil kputusan
    Tpi mrek masih saling mncintai
    Mkin pnsaran ini sbenarnya siwon dlu menghianati Fany krna apa????
    Tpi siwon jdi tau gmna rasa sakit nya fany dlu wktu dihianati
    Kmunculan yuri dan sica psti nambah konflik

  3. Anyyeong thor mian baru bisa koment sekarang sumpah ff ini keren banget konflik nya jga berat njir kasian tiffany dia menderita banget dalem hati dia masih cinta sama Siwon tpi disisi lain dia harus Nikah dengan orang yg ga dia cintai demi kebahagiaan Anaknya Siwon jga sih pake Selingkuh segala emgnya pany kurang apa sih sampe diselingkuhin btw next Chap Haesica reunian tpi masih bingung sma status mereka itu Apa mereka itu Mantan kekasihkah dulunya ? Atau lebih dari itu tpi yg jelas yg paling bikin Penasaran itu identitas nya Hyeri dia anak Siapa Sebenernya Kalo dia Anak hasil hubungan gelapnya Yulwoon ga terlalu kaget sih lah tpi gimana klo Dia Anaknya Haesica ? Kasian Pany dong udh mah ditinggalin Siwon ntar bakal ditinggalin jga ma Donghae mana kayanya Hae masih nyimpen perasaan buat Sica

  4. duh fany kenapa mesti buru- buru menikah lagi sih, siwon juga bukannya berjuang keras. aku sedih bacanya thor tapi penasaran nunggu kelanjutannya

  5. omg akan banyak drama di sini…. kasihan fany dan siwon, keduanya sama2 tersakiti. memangx bagiamana wanita yg dismbunyikan siwon itu, apakah sangat penting dlm kdhpan siwon, kok siwon msh mw nerima saja 😦 dan semoga tiffany tak tersakiti lagi. kasihan juga minhyun… astaga pensaran dengn part berikutnya.

  6. This is too much.. jessi udah muncul pasti donghae bakalan dihadapkan pada pilihan sulit dan lagi-lagi tiff jadi korbannya poor her😢 ada apa dengan minhyun? Pls lah tiff udah cukup banyak menderita ga sanggup kayaknya kalo liat konflik dia bertambah lagi >< good job authornim u make me feel so curious for the next chapter, can't wait! pls update soon,hwaiting!

  7. Tiff kok kayak kasian banget ya? Nasibnya sama aja gk sama siwon gk sama donge ya sama aja idupnya suaminya pnya simpanan yailah tiff mah apa atuh

  8. ahhh… gila bagus banget ini mah. konfliknya makin rumit aja min. kayanya jessie itu masa lalunya donghae deh. dan yuri bakal balik lagi. omoo.. makin seru..

  9. Wah wah wah,,jessica siapanya donghea??bakalan makin seru nih kayany,,maaf ni thor br komen di part 2,,lanjut ya thor,udh g sabar sm kelanjutannya….

  10. Alah kok gini ceritanya hahaha
    Alaaaah fany nya sm donghae dulu donk.
    Nti gimana brsatu ama fanynya ? Cerai trus nikah lagi ? Kan aneh .
    Siwon kurang jiwa perjuanganya disini hahaha

  11. ohh poor fany 😥 😥 kenapa siwon gak datang lebih awal sii ihh gemes deh -..- pada awalnya cukup melegakan ketika donghae menikahi tiffany,,tapi setelah jessica muncul.. semoga tiffany selalu kuat untuk minhyun :’) whooaa preview next part bikin deg-degan tahan nafas hihihi gk sabar ih 😀 see at next part 😉 annyeong 😉

  12. Kenapa fany hrs nikah sama donghae??
    Kek ny bakalan ad konflik lgi krna kedatangan sica…
    Makin penasaran nih sama ceritany..
    Lanjut thor..

  13. Aigoo fanyy waee ?? Knapa trlalu trgesa” sih ngambil keputusan nya ???
    Siwon juga knapa jdi pecundang gtu ??
    Omg!!! Makin pnasaran deeh
    Oke thor jgn lama” lanjuuuuut !!!

  14. kecewa fany nikah sama donghae hiks :((
    siwon udah pasti nyesek banget. ah tapi abis ini sica dateng.. ngerusuh rumah tangga haefany deh yeayy!! #plak hehe
    ceritanya bikin penasaran pokoknya. ditunggu kelanjutannya authornim

  15. Fany mahh gtu, terburu2 aja nikahnya. Nnti nyesel gmana?? Dan fix ini cerita rumit bgt dan msih brharap sifany bersatu. Next d tunggu yaa

  16. Sedih amat liat idup fany
    Selalu tersakiti T.T
    Itu hyeri ank sapa coba
    Trus masa lalu hae itu sica?
    Trus yuri selingkuhan’a won balik lg and won trima gtu aja? *maksudnya apa
    Astaga rumit jg ya
    Knp sih fany mesti buru2 ambil keputusan, siwon jg knp ga berjuang trus ampe dpt maaf dr fany
    Aaa.. jgn lama2 yaa thor next’a

  17. sedih banget, aku ngerasa merinding nih
    kok ngerasa tersakiti banget ya fany disitu, konfliknya makin rumit
    runyam kayak benang ruwet, susah cari jalan keluar
    penasaran sama kelanjutannya

Tinggalkan Balasan ke SFany Batalkan balasan