(AR) SWEET STORY 2: When I Care about You

SWEET STORY 2: When I Care about You

SWEET STORY

Presented by: Youngwonie

Cast:

Choi Siwon & Tiffany Hwang

Supported cast:

Kyuhyun, Yuri, Donghae, & Yoona

Genre: Romance, Friendship, Marriage life

Rating: PG 17

Length: Series

Disclaimer: The story is mine. Don’t be a plagiator. Enjoy this story and don’t forget to comment. Your comment is oxygen to my finger and heart to write.

Warning: Typo

“Kau sudah makan?”

Pertanyaan Siwon otomatis membuat dahi Tiffany berkerut karena bingung.

“Tadi Yuri memasak banyak tapi Kyuhyun buru- buru mengajaknya pulang. Jadi—“

“Jadi?”

“Maukah kau makan bersamaku?”

“Di rumahmu?”

“Ya, tentu saja di rumahku. Memangnya kenapa?”

“Setelah apa yang kau lakukan padaku semalam dan tadi, kau masih bertanya kenapa?”

Siwon mengerti keraguan Tiffany pada ajakannya.”Oh, jadi itu masalahnya. Kau takut kejadian semalam dan tadi terulang lagi?”

“Exactly. Aku tidak percaya kalau aku akan aman berdua saja denganmu. Apalagi di dalam rumahmu.”

“Baiklah. Kali ini aku janji bisa mengendalikan diriku. Kau hanya perlu datang ke rumahku dan makan. Itu saja. Dan kau pasti tahu kalau masakan Yuri sangat enak. Kau akan menyesal kalau melewatkan tawaranku ini.” Mendengar kalimat terakhir Siwon, Tiffany sedikit tergoda. Namun, ia berpikir sekali lagi.

“TIDAK!” Akhinya Tiffany tetap menolaknya.

“Why not?”

“Thank you very much for your invite, but—sorry I can’t. Bye.”

“Tapi—“

Buk!

Tiffany menutup pintu rumahnya sebelum Siwon menyelesaikan protesnya. Siwon menatap kesal pada pintu Tiffany yang tertutup di depannya. Ia hampir saja meninju pintu itu. Tapi ia segera mengendalikan dirinya.

“Huft!!! Oke, sekarang kau boleh menolakku. Lihat saja nanti Dr. Hwang. Aku pasti bisa membawamu ke rumahku secepatnya. Dan kita tidak hanya sekedar makan. Aku pasti akan melakukan sesuatu padamu.”

Siwon mengancam sambil mengeluarkan smirk-nya sebelum berbalik ke apartemennya. Ia yakin sekarang pasti Tiffany sedang melihatnya dari monitor di dalam.

***

Siwon masuk ke apartemennya masih dengan perasaan kesal. Dia ditolak. Itu faktanya. Selama ini dia tidak pernah ditolak oleh seorang gadis. Dengan wajah tampan, tubuh seksi dan kekayaan yang dimilikinya, para gadislah yang biasanya merayu dirinya untuk diajak makan malam. Tapi kali ini, dia mengajak seorang gadis tetangganya hanya untuk sarapan, dan dia DITOLAK. Itupun dengan alasan karena dia sudah mencium gadis itu semalam.

“Aku hanya mengajaknya sarapan. Tapi kenapa dia jadi skeptis seperti itu? Dan semalam, harusnya Dia menyukainya kan? Aku bisa membaca dari ekspresi dan gesturnya saat kami berciuman. Ditambah kejadian sebelum Kyu dan Yul datang. Aku tidak pernah salah membaca wajah seseorang. Tapi dia menolakku. Dia bahkan menutup pintu rumahnya di depan wajahku. Ini tidak bisa dimaafkan.”

Saat Siwon berjalan menuju dapurnya, bel partemennya berbunyi. Refleks dia berbalik menuju pintu utama dengan senyum mengembang di wajahnya.

“Dia pasti menyesal dan akhirnya datang kemari untuk menerima ajakanku.” Batin Siwon.

Dia pun membuka pintunya dengan semangat.

“Yoong?” Siwon kaget mendapati Yoona yang berdiri di depan apartemennya.

“Wae? Oppa tidak senang aku datang?” protes Yoona saat melihat ekspresi kecewa yang ditunjukkan Siwon.

“Ani. Aku pikir orang lain yang datang.” Jawab Siwon gugup.

“Oppa sedang menunggu seseorang?” Tanya Yoona sambil berjalan masuk ke dalam apartemen diikuti Siwon.

“Tidak. Sebenarnya—“

Siwon menggantung kalimatnya. Ia bingung harus bilang apa pada Yoona.

“Mwo?”

“Sudahlah. Tidak usah dipikirkan. Oh ya, kau sudah sarapan?”

Akhirnya Siwon memilih mengalihkan pembicaraan.

“Ini sudah jam 10. Tentu saja aku sudah sarapan. Tapi aku tidak keberatan kalau Oppa menawariku makan.”

Mendengar jawaban Yoona yang antusias itu, Siwon pun langsung mengajaknya ke meja makan. Hanya dalam  waktu 10 menit makanan untuk 3 orang itu berhasil mereka habiskan. Sebenarnya Yoona lah yang lebih mendominasi. Siwon jadi kehilangan selera makannya saat melihat cara Yoona menyantap semua makanan yang dihidangkan di meja.

“Aku belum pernah melihatmu makan sebanyak itu, Yoong.”

“Ini karena kehamilanku. Nafsu makanku jadi lebih banyak dari biasanya.”

“Apa semua wanita hamil seperti itu?”

“Tidak juga. Ada yang justru tidak nafsu makan karena mual. Bahkan sampai sakit karena dia tidak bisa makan sama sekali. Aku juga pernah mengalaminya. Untungnya aku sudah melewati proses itu. Saat itu aku benar- benar tersiksa karena makanan seenak apapun akan terlihat menjijikan dan baunya selalu membuat aku ingin muntah.”

“Ooh, jadi begitu ya.”

“Hmm. Itu berdasarkan apa yang aku alami dan menurut riset- riset yang sudah ada. Oleh karena itu wanita hamil harus benar- benar diperhatikan. Karena kami cenderung lebih sensitif baik dari segi kesehatan fisik maupun psikologis.”

“Mian, belakangan ini sepertinya aku kurang memperhatikanmu. Aku bahkan tidak tahu kalau kau sedang hamil.”

“It’s ok, Oppa. Aku tahu Oppa belakangan ini sibuk mengurusi banyak kasus. Harusnya yang minta maaf adalah Donghae. Dia suamiku. Kami tinggal bersama. Tapi bahkan dia tidak menyadari perubahan fisik dan perasaanku.”

“Yoong,,,kami para pria memang punya sensitivitas yang lebih rendah dibandingkan wanita.”

“I know. But, not for Donghae. He’s changed. Dia tidak sepeka dulu. Sebelum menikah, sudah 4 tahun kami tinggal bersama. Dia selalu perhatian dan menunjukkan kasih sayangnya padaku. Tapi sekarang—“

Matanya berkaca- kaca. Seperti menahan kepedihan yang akan keluar dari bibirnya.

“Apakah Donghae benar- benar berselingkuh?”

“I don’t know. Saat itu aku melihat mereka berpelukan di ruangan kantornya. Tapi Donghae bilang, wanita itu hanya mengucapkan selamat padanya karena berhasil memenangkan tender besar.”

“Lalu kau percaya?”

“Aku masih berusaha percaya padanya. Tapi—sebagai seorang wanita dan seorang istri, aku bisa merasakan kalau pelukan itu bukan hanya sebuah ucapan selamat. Wanita itu terlihat nyaman sekali menyandarkan kepalanya di dada suamiku.”

Yoona menengadahkan kepalanya. Mungkin menahan agar air matanya tidak tumpah. Siwon bisa merasakan kalau saat ini Yoona sedang terluka.

“Tapi—Kalau hal seperti itu terjadi lagi di depan mataku, aku tidak tahu masih bisa mempertahankan hubungan ini atau tidak.”

“Perpisahan tidak akan berakhir baik untuk siapapun, Yoong. Kau, Donghae ataupun anak kalian nanti.”

“Aku tahu, Oppa. Tapi aku bukan malaikat yang kuat hatinya untuk dibohongi dan disakiti terus menerus.”

***

Tiffany berjalan dengan setengah berlari menuju halte. Hujan turun saat ia baru saja keluar dari stasiun kereta bawah tanah. Pakaian luarnya sudah setengah basah. Apalagi atap halte yang kecil tidak mampu sepenuhnya melindungi tubuhnya dari hujan. Belum lagi angin yang membuatnya menggigil kedinginan. Andaikan ia bisa mengendarai mobilnya, Tiffany tidak perlu mengalami nasib seperti itu. Ia kemudian teringat Siwon yang sudah dengan paksa merampas SIM-nya dan melemparkan rutukan pada pria itu.  Sebenarnya Tiffany bisa saja melaporkan kalau SIM-nya hilang lalu ia membuat yang baru dan masalahnya selesai. Tapi, mengingat proses panjang yang melelahkan dan menyita waktunya untuk mengurusi hal itu, Tiffany masih berpikir ulang untuk melakukannya. Cara yang paling sederhana untuk menyelesaikannya mungkin dengan meminta SIM-nya kembali dari Siwon. Tapi, apakah sesederhana itu? Siwon tidak mudah ditaklukkan. Tiffany sedikit menyesal tidak menerima ajakan Siwon waktu itu. Seandainya ia bersedia, mungkin ia bisa membujuk Siwon untuk mengembalikan SIM-nya. Tapi, apakah sesederhana itu? Jika mengingat saat Siwon menciumnya, Tiffany merasa sudah melakukan hal yang benar dengan menolak ajakan Siwon.

Tiffany semakin stress dengan pikiran- pikiran yang melintas di otaknya. Hari sudah semakin malam. Hujan juga sudah mulai reda. Tapi taksi yang ditunggunya belum juga muncul. Angin yang bertiup membuat Tiffany merekatkan mantelnya lagi. Ia sangat kedinginan.

Lalu sebuah mobil berhenti di depannya. Kaca mobil itu pun terbuka. Dua orang pria terlihat berada di dalam mobil itu, satu di belakang kemudi dan satu lagi duduk di sampingnya. Tiffany mundur dua langkah karena merasa tidak mengenali dua pria dalam mobil itu.

“Hay, sweety. Butuh tumpangan?”

“Tidak terima kasih.”

“Di luar sangat dingin. Sebaiknya kau ikut kami saja, kita bisa bersenang- senang sebelum kami mengantarmu pulang.”

Tiffany tetap bergeming. Ia tidak meladeni kedua pria itu. Lalu salah satunya turun dari mobil dan mendekati Tiffany. Tiffany bersikap defensif. Tahu bahaya yang akan dihadapinya.

“Jangan mendekat. Aku tidak mau berurusan dengan kalian.”

Ia berusaha menunjukkan ketegasannya. Sebenarnya ia merasa takut. Ia belum pernah berada dalam situasi seperti ini.

Pria itu malah mencengkram pergelangan tangannya.

“Lepaskan!!!” Tiffany berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman pria itu. Tapi pegangannya sangat kuat.

“Ha ha ha. Jangan berlaga naïf. Kami tahu wanita- wanita sepertimu sengaja jual mahal hanya untuk menguji kesabaran kami kan?”

Plak!!!

Satu tangan Tiffany yang bebas, mendaratkan tamparan keras di rahang pria itu.

Pria itu marah dan mengeluarkan makian kasar pada Tiffany. Ia pun menyeret Tiffany untuk masuk ke dalam mobilnya. Tiffany berteriak minta tolong.

“Help!!! HELP!!!”

Namun sepertinya hal itu sia- sia. Malam itu entah kenapa keadaan di sekitar halte sangat sepi. Kalau pun ada beberapa mobil yang lewat, mereka tidak perduli. Nasib sial mungkin saja menimpa Tiffany kalau saja sebuah mobil tidak berhenti di depan mobil dua berandalan tadi. Seorang pria dengan setelan jas mahal turun dari Audy R8 miliknya.

“LET HER GO!” Ucapan pria itu tenang namun tegas. Membuat Tiffany dan pria yang menyeretnya menoleh ke arahnya.

“This is not your business, Man. Don’t try to be a hero.”

“This becomes my business because you’re disturbing my girl.”

Siwon mengatakannya sambil menatap ke arah Tiffany. Lalu ia mengalihkan pandangannya ke pria yang menyeret Tiffany,“ Let her go or—“

“Or what? You try to threaten me? Ok, Let’s finish this the way men.” Pria itu melepaskan Tifany dan menantang Siwon untuk bertarung.

“Oh, Sorry. I don’t like fighting like cocks. I have a simpler way.”

Siwon mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang,”Hello. Good evening Mr. Smith, can you help me? I have a problem in—“

“Stop it! You can take your girl, but let us go. Ok?”

Pria itu tiba tiba ketakutan. Siwon pun menutup teleponnya.

“Ok, then better you go before I change my mind.”

“OK!” Pria itu langsung masuk ke mobilnya dan menyuruh temannya untuk mengemudikan mobil menjauh dari halte. Tinggallah Siwon dengan senyum penuh kemenangan bersama Tiffany yang bingung melihat adegan yang baru disaksikannya.

“Kau baik- baik saja?” tanya Siwon akhirnya.

“Hmm.”

“Masuklah. Kita pulang sama- sama.” Perintah Siwon.

“Aku akan menunggu taksi saja.”

Siwon yang hendak berjalan ke mobilnya berbalik lagi saat mendengar jawaban Tiffany.

“Jinjja? Setelah yang kau alami tadi kau masih mau menunggu taksi?”

“Aku hanya tidak mau merepotkanmu.”

“Kau pikir kejadian tadi tidak merepotkanku? Seharusnya aku sudah sampai di apartemen kalau tidak menolongmu di sini.”

“Kau tidak melakukan apapun. Kau hanya mengancamnya.”

“Untung saja mereka hanya anak- anak berandalan yang takut saat ku sebut nama sherrif kota ini. Kalau mereka penjahat yang berbahaya bagaimana? Bisa saja mereka mencelakaiku kan? Bisa- bisanya kau bilang aku tidak melakukan apapun.”

“Aku juga tidak berharap kau menolongku. Lagi pula, ini tidak akan terjadi kalau kau tidak menahan SIM-ku. Aku akan aman jika berkendara di mobilku sendiri. Karena kau aku harus menunggu taksi di pinggir jalan tengah malam seperti ini.”

“Oh, sudah ditolong bukannya berterima kasih malah menyalahkanku. Ok. Kalau kau tidak mau ikut denganku tidak masalah. Toh, aku tidak rugi. Paling kau yang akan mati kedinginan di sini.”

Siwon pun berjalan masuk ke mobilnya. Ia menstarter dengan keras berharap Tiffany akan berubah pikiran dan berlari ke mobilnya. Namun gadis itu masih bergeming ditempatnya.

“Huft! Masih juga ada gadis keras kepala seperti itu. Baiklah kalau kau mau tetap di situ semalaman.”

Siwon melihat ke kaca spionnya sekali lagi sebelum ia menggerakkan mobilnya. Dan saat itu, ia melihat Tiffany terjatuh. Siwon langsung mematikan mobilnya dan berlari keluar menghampiri Tiffany.

“Dr. Hwang, wake up!!! Wake up!!!” Ia menepuk- nepuk pipi Tiffany untuk menyadarkannya. Namun Tiffany tak bergerak. Wajahnya pucat memutih. Siwon panik. Ia sempat blank tapi akhirnya ia menggendong Tiffany dan memasukkannya ke mobil dan melajukan mobilnya ke arah rumah sakit.

“Hold on, please!” lirih Siwon dalam perjalanan. Tangan kanannya terus menggenggam tangan Tiffany yang dingin. Sedangkan tangan kirinya tetap fokus mengendalikan kemudi agar ia bisa cepat sampai ke rumah sakit terdekat.

***

Tiffany terbangun pagi harinya. Dari bau yang sangat familiar dihidungnya, ia tahu kalau ia sedang berada di rumah sakit.

“Kenapa aku bisa ada di sini?”

Terakhir yang diingatnya adalah ia menolak ajakan Siwon untuk pulang bersama. Lalu semuanya gelap. Ia pingsan.

“Apa pria itu yang membawaku ke sini?”

Saat itu terdengar suara air kran yang dibuka dari arah kamar mandi. Tiffany baru sadar kalau ruangan yang ditempatinya sekarang adalah ruangan VIP yang fasilitasnya cukup lengkap dengan kamar mandi di dalam ruangan, televisi, sofa dan kulkas.

Cklek!!!

Pintu kamar mandi terbuka. Siwon muncul dari balik pintu. Dengan rambut basah dan wajah setengah mengantuk. Sepertinya ia baru saja mencuci muka. Saat itu Siwon masih mengenakan setelan kerja seperti semalam. Hanya jas dan dasinya yang dilepas. Kedua benda itu tergantung di hanger yang terletak di sudut ruangan. Dua kancing atas kemeja putihnya terbuka dan lengan panjangnya dilipat sampai ke siku. Penampilan Siwon yang seperti itu justru membuatnya terlihat semakin sexy. Tiffany pun tanpa sadar memperhatikan Siwon.

Siwon yang sadar sedang diperhatikan oleh Tiffany malah menunjukkan smirknya.

“Baru sadar kalau aku sangat tampan?”

Tiffany kaget,”What?”

Siwon pun mendekatinya dan duduk di sisi ranjang.

“Rupanya kau sangat terpesona padaku sampai kau tidak bisa mendengar ucapanku.” Goda Siwon yang berhasil membuat pipi Tiffany memerah.

“Tidak. Aku tidak dengar karena aku baru saja bangun dan belum pulih sepenuhnya.” Elak Tiffany.

“Ok. Kalau tidak mau mengaku tidak apa- apa.” Jawab Siwon santai.

Lalu tiba- tiba Siwon menyentuh dahi Tiffany.

“Suhu tubuhmu sudah normal. Berarti kau bisa pulang sekarang.” Siwon beranjak dari ranjang Tiffany lalu mengambil jasnya dan mengantongi dasinya.

“Sebaiknya kau bersiap- siap selama aku mengurus administrasi. Aku akan memanggil perawat untuk membantumu. Dan—“

“Apa?”

“Kali ini kau tidak boleh menolak untuk pulang bersamaku.” Titahnya sebelum meninggalkan ruangan.

Siwon tidak tahu kalau dari tadi Tiffany berusaha menahan debaran aneh di jantungnya sejak Siwon menyentuh keningnya tadi. Tiffany pun meraba dada kirinya.

“Apa debaran ini karena dia? Pria sombong yang terlalu percaya diri dan pemaksa itu?” tanya Tiffany pada dirinya sendiri.

Perawat yang dibilang Siwon tadi pun datang. Ia tersenyum dan menyapa Tiffany.

“Selamat pagi Mrs. Choi.”

Kening Tiffany berkerut mendengar panggilan itu. Tapi ia tidak mau ambil pusing. Mungkin Siwon mendaftarkan dirinya atas nama pria itu.

Sang perawat memeriksa kembali keadaan Tiffany untuk memastikan ia sudah cukup sehat untuk dibawa pulang.

“Dia sudah boleh pulang kan?” Tanya Siwon setelah kembali dari mengurus administrasi.

“Tentu saja. Seperti yang dikatakan dokter semalam, dia hanya butuh istirahat. Anda saja yang terlalu berlebihan.”

“Maafkan atas tindakan saya semalam.”

“Tidak apa- apa. Tapi, sepertinya petugas magang kami itu akan mengambil cuti selama seminggu karena trauma.”

Perawat itu pun pamit untuk memeriksa pasien yang lain.

“Aku tidak mengerti maksud perawat tadi. Memangnya apa yang kau lakukan?”

“Bukan apa- apa. Ayo kita pulang.”

Siwon tidak menghiraukan rasa penasaran Tiffany. Ia malah menyodorkan tangannya untuk menggandeng Tiffany.

“Apa ini?”

“Sudahlah, jangan protes lagi.”

Siwon tetap memaksa Tiffany untuk berjalan bersamanya. Tiffany sebenarnya memang masih sedikit pusing dan tidak akan mampu berjalan sendiri tanpa didampingi. Tapi ia tidak mau Siwon mendengar detak jantungnya yang terus bersahutan setiap kali Siwon menunjukkan perhatian- perhatian kecilnya walaupun dengan cara memaksa.

Sepanjang koridor rumah sakit, mereka jadi pusat perhatian. Orang- orang berbisik- bisik membicarakan mereka, membuat Tiffany makin penasaran apa yang sebenarnya dilakukan Siwon semalam.

“Kenapa mereka terus memperhatikan kita? Apa kau berbuat sesuatu yang memalukan semalam?” tanya Tiffany saat Siwon membukakan pintu mobil untuknya.

“Aku hanya memarahi petugas magang yang terus gagal memasang selang infus di tanganmu.”

“Hanya itu?”

“Emm…aku juga mengatakan padanya kalau aku akan menuntutnya kalau sampai kau terlambat ditangani.”

“Kau mengancamnya? Keterlaluan. Kau pikir mudah mencari urat nadi pasien yang kulitnya memucat karena kedinginan?”

“Aku melakukannya karena aku mengkhawatirkan keselamatanmu.”

Siwon setengah membentak saat mengatakannya.

“Saat itu, kau sangat menakutkan. Wajahmu memutih seperti tak ada darah di dalam tubuhmu. Aku panik.”

Tiffany diam. Memperhatikan ekspresi pria itu. Dan Siwon terlihat sungguh- sungguh. Debaran itu muncul lagi. Tiffany refleks memegang dadanya.

“Kau kenapa? Apa dadamu sakit?”

“Tidak. Aku baik- baik saja. Ayo kita pulang.” Tiffany gugup. Dan ia harus menahannya sampai mereka tiba di apartemen nanti.

***

“Terima kasih.”ucap Tiffany saat mereka baru saja keluar dari lift.

“Masuklah. Kalau butuh apa- apa kau bisa memanggilku.”

“Aku bisa mengurus diriku sendiri. Kau tidak perlu khawatir.”

“Baiklah. Terserah kau saja.”

“Ok. Itu lebih baik. Aku masuk dulu. Bye.”

“Bye.”

Tiffany berjalan ke arah apartemennya setelah mengakhiri pembicaraan kaku mereka. Siwon memperhatikan sampai Tiffany membuka pintu apartemennya.

“Emm…wait!!!”

Tiffany berbalik. Siwon menghampirinya dan menyerahkan sesuatu padanya.

“Ini—SIM-mu.”

Tiffany mangambilnya.

“Thanks. Akhirnya kau mengembalikannya juga.” Cibir Tiffany.

“Besok kau bisa mengendarai mobilmu.”

‘Dan aku harap kejadian semalam tidak terulang lagi. Karena aku tidak mungkin selalu ada di sana untuk menolongmu.’ Lanjut Siwon dalam hati. Dia mengkhawatirkan Tiffany. Itu kenyataan.

“Aku rasa aku harus masuk untuk istirahat.” Tiffany mengusir Siwon secara halus.

“Ok.”

Tiffany menutup pintunya. Namun Siwon tidak langsung berbalik menuju apartemennya. Ia memperhatikan pintu dimana Tiffany hilang di baliknya selama beberapa menit. Setelah itu ia baru melangkah meninggalkan tempat itu dengan sebuah senyum terukir di bibirnya. Tanpa diketahuinya, dari dalam Tiffany juga memperhatikannya lewat monitor. Ia menunggu sampai Siwon menghilang sebelum melangkah masuk ke kamarnya. Juga dengan seulas senyum tersungging di bibirnya.

***

Beberapa hari kemudian, Tiffany pulang jam 10 malam seperti biasa. Ia memarkir mobilnya dan bergegas menaiki lift menuju apartemennya. Setelah keluar dari lift, Ia melihat sejenak ke arah apartemen Siwon. Sejak pagi saat ia kembali dari rumah sakit, Tiffany belum melihat Siwon lagi. Seharusnya ia merasa senang karena ia tidak lagi terganggu dengan kehadiran tetangganya itu. Tapi, Tiffany merasa ada sesuatu yang hilang. Apakah dia merindukan pria itu?

Tiffany menggelengkan kepalanya. Mengusir pikiran aneh yang baru saja melintas di otaknya. Lalu melanjutkan langkah menuju apartemennya.

Drrt…Drrrt…

Ponselnya berdering saat ia baru saja membuka pintu apartemennya. Tiffany pun melihat layar Iphone-nya.

“Panggilan internasional?”

Dahinya berkerut. Namun ia langsung menjawabnya.

“Hallo?”

‘Hallo, Tiff?’

Itu suara Yuri. Yuri memang sedang berada di Seoul bersama Yoona dan suami mereka untuk menghadiri pernikahan adik perempuan Yuri. Tapi kenapa dia menelpon malam- malam begini. Dan, suaranya bergetar. Seperti menahan tangis.

“Ada apa, Yul?” Tiffany mulai khawatir.

“Siwon Oppa—“ ucapan Yuri terpotong tangisannya.

“Kenapa dengannya? Bicaralah yang jelas.”

Tiffany memusatkan perhatiannya untuk mendengarkan cerita Yuri yang sesekali disela oleh tangisannya.

“Baiklah, aku segera ke sana sekarang.” ucap Tiffany setelah Yuri menyelesaikan ceritanya.

“Gumawo, Tiff. Maaf sudah merepotkanmu.”

“Ya. Aku mengerti.”

Setelah menutup sambungan teleponnya dengan Yuri, Tiffany langsung berbalik menuju lift untuk turun ke lantai bawah menuju parkiran. Ia mengendarai mobilnya di tengah hujan yang mengguyur kota New York malam itu.

Sampai di tempat tujuan, ia memarkirkan mobilnya bersama deretan mobil- mobil lain yang lebih dulu tiba di tempat itu. Ia keluar dari mobil dan berlari menembus hujan yang belum juga reda. Kini ia sudah berdiri di depan pintu utama sebuah gedung yang paling menakutkan baginya sejak usianya 10 tahun. Namun, ia memberanikan dirinya memasuki gedung itu. orang- orang dengan setelan serba hitam dan wajah penuh simpati memadati tempat itu. Tak sedikit yang terlihat tengah mengusap air matanya, turut bersedih atas kematian seseorang yang fotonya di pajang dia atas peti mati di bagian paling dalam dari gedung itu. Tiffany mengenali wajah itu. Wajah wanita paruh baya yang menitipkan sup ayam untuk diberikan kepada putranya yang sedang demam beberapa waktu yang lalu. Tiffany kini berada di rumah duka tempat ibu Siwon disemayamkan. Yuri memberitahunya setelah Kyuhyun mendapat kabar dari ayah tiri Siwon bahwa ibu Siwon mengalami kecelakaan sore tadi. Yuri meminta Tiffany menemani Siwon sebelum mereka sampai ke New York.

Di dekat peti mati itu, berdiri dua orang pria yang tidak Tiffany kenal. Yang satu terlihat seusia dengan ayahnya. Mungkin itu suami ibu Siwon yang sekarang. Yuri pernah cerita padanya kalau orang tua Siwon bercerai saat Siwon umur delapan tahun. Pria satunya lagi seusia kakak laki- lakinya mungkin saudara tiri Siwon. Mereka sibuk menyalami tamu yang datang untuk memberikan ucapan berduka cita. Seharusnya Siwon juga ada di sana.Tapi Tiffany tak melihatnya di sekitar peti jenazah ibunya. Lalu Tiffany mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Mencari keberadaan Siwon. Akhirnya ia melihat pria itu tengah duduk di sisi pintu rumah duka yang menghadap ke taman belakang. Tiffany pun menghampiri Siwon dan duduk di sebelahnya. Siwon yang menyadari kehadiran seseorang di sampingnya, menoleh dan menatap Tiffany.

“Hai.” Sapanya pada Tiffany sambil berusaha tersenyum seperti tak terjadi apa- apa.

“Hai.”

“Kau di sini?”

“Hmm. Yuri yang memberitahuku.”

“Ini sudah larut malam. Tidak seharusnya kau di sini. Pulanglah. Aku tidak apa- apa.” Ucap Siwon. Masih berusaha bersikap seperti biasanya. Tapi Tiffany bisa melihat kehampaan di matanya. Itu bukanlah sorot mata elang milik seorang Choi Siwon yang selalu memancarkan kepercayaan diri dan mampu mengintimidasi siapapun yang menatapnya. Tiffany mengenali sorot mata itu. Ia seperti melihat bayangan dirinya saat usianya 10 tahun. Saat ibunya meninggal. Siwon mengalami hal yang sama. Dia kehilangan. Dia memang tidak menangis. Tapi hatinya pasti terluka begitu dalam.

“Jangan pura- pura. Kau tidak baik- baik saja.”

“Lalu aku harus bagaimana? Apa aku harus menangis meratapi kepergian ibuku?”

“Menangislah kalau itu bisa membutmu tenang.”

“Apa aku masih pantas melakukannya? Aku bahkan tidak memanggilnya ibu lagi sejak aku 8 tahun. Tapi dia selalu datang untuk melihatku meskipun aku selalu menolaknya. Dan hari ini dia kembali datang untuk menemuiku. Lalu sebuah truk menabraknya sebelum dia sampai ke apartemen—“

Tubuh Siwon bergetar. Air matanya lolos begitu saja dan mulai membasahi wajahnya. Tangisnya pecah bersahutan dengan suara hujan di depan mereka. Tiffany merengkuh Siwon dalam dekapannya. Membiarkan airmata Siwon membasahi pundaknya. Berbagi kehangatan dan ketenangan di malam yang kelam itu.

***

Tiffany menemani Siwon sampai proses pemakaman selesai. Pagi itu keadaan Siwon jauh lebih tenang dari semalam.

“Kau ikut mobilku saja. Kita pulang sama- sama.” Ajak Tiffany saat mereka sudah keluar dari area pemakaman.

Siwon menurut. Ia masuk ke dalam mobil Tiffany dan mereka pun pulang bersama ke apartemen.

“Terima kasih.” Ucap Siwon saat mereka baru saja keluar dari lift.

“Hmm. Istirahatlah.”

Siwon mengangguk. Lalu mereka berpisah dan masuk ke apartemen masing- masing.

Malam harinya…

“Perfect!” Tiffany tersenyum puas melihat hasil masakannya yang ia siapkan sejak sore tadi.

Setelah melepas celemek dan merapikan penampilannya, ia pun melangkah keluar dari apartemennya menuju apartemen Siwon di sebelahnya.

Ting! Tong! Ting! Tong!

Pintu dibuka. Siwon muncul dari balik pintu dengan penampilan yang cukup berantakan. Sepertinya ia baru saja bangun tidur.

“Hai!” sapa Tiffany sambil menunjukkan senyum terbaiknya.

“Hai.” Swon balas tersenyum.

“Kau sudah makan?”

To be continued…

83 pemikiran pada “(AR) SWEET STORY 2: When I Care about You

  1. yaampun siwon oppa protect bnget sma fany eon,,semoga cepet2 pacaran ya klian berdua di ff ini maupun di dunia nyata,,,aku tunggu ya next partnya…

  2. naaaah, setelah baca part pertamanya dlu, skrg trus jadi bisa paham deh part yg ini.. ehmm.. aku kok justru lebih tertarik ke konfliknya yoona dan donghae yaa.. hahaha, jadi waktu di rumah Yuri, mereka belum baikan yaa? atau gimana sih, aku bingung.
    hal lain yang aku pikir menarik adalah part 1 dan part 2 sama-sama diakhiri dengan pertanyaan “kau sudah makan?” keren banget authornya bisa bikin akhir partnya dengan kalimat sama padahal ceritanya uda berkembang banget.. good job 🙂

  3. Ciee sifany so sweet pake begeteh wkwkwk fany nya kayak udh mulai suka ma siwon semoga chapter berikutnya siwon ma tiffany udah jadian :3 ditunggu next chapnya !!

  4. Ceritanya keren Thor, Trs feel nya dapet bgt. Terutama yg wktu tiffany care jg sm siwon yg lg sedih. Oh ya Thor sukses Trs bwt ff selanjutnya ya

  5. Author youngwonie I miss you ………….
    Hampir aja lupa sama cerita yang satu ini x_x Semakin seru dan bikin penasaran banget gimana kelanjutannya , siwon oppa sama tiffa udah makin deket , yeay ^^
    Ditunggu kelanjutan ff-ff nya yah author youngwonie yang baik hati, hihii , Hwaiting – Hwaiting ♡

  6. kyaaa seneng bgt sama ff ini, coupleny jga sesuai keinginan q pa lgi sama sifany momentny. .tpi jgn buat yoonhae (yoona donghae) pisah y thor, soalny q jga yoonhae shipper. gumawo dan jgn lama2 y thor lanjutanny hehe

  7. Sweet banget .. pake gengsi sih mereka xD part selanjutnya jangan lama lama ya udah ga sabar nih thor kekeke xD
    Ditunggu kelanjutannya and keep writing!

  8. seneng liat fany yang udah mulai ngerespect siwon. sweet baget cerita nya, yoong jadi kasian liatnya donghae kok gitu ya tapi yoong jangan dibuat pisah ya thor keep writing.. 😀

  9. Cie mulai akrab nie sifany nya semoga semakin banyak moment2 sweet mereka buat yoona semoga semua nya hnya salah pahm y donghae pasti g selingkuh tu :d

  10. Cieelahhhh fanyku mulai jatuh cinta pada my oppa. Kekekeke~
    Sweet nyaaaaa…. Ahhh yang bagian atasnya, inget pengalamanku, cuma bedanya “dia” itu temen satu sekolah, kelasnya bersebrangan sama kelasku.. #cieeecurcol #plak #abaikan :v

  11. Ihh so sweet💓💓💓💓
    Tiffany eonni akhirnya nerima perlakuannya Siwon oppa juga Saranghae Oppa Eonni💋😍😍😍
    Next…

  12. So sweet banget,pangeran menyelamatkan princessnya dari bahaya.hehehe……untung siwon cepat datang,kalo tidak,gak bisa banyangin apa yg terjadi pada fany.suka deh ama couple sifany hehehe….dan makin cinta deh.hehehe…….
    Sifany menyadari kalo mereka saling jatuh cinta, dan saling menyukai.kya…..fany memasak dan mengajak siwon.
    Very nice story thor.makin suka aja dengan ceritanya.next thor.hwaiting thor.

  13. wah mrk mkin dg aj, aplg siwon jd herony fany wktu slmtin fany dr berandalan yg akn ggu fany. bhkn kwtrkn fany saat fany skit.
    skrg siwon berduka krn ibuny n fany tmni dia. psti udh ubh hati fany thdp siwon ap siwon jg sprt itu y???

Tinggalkan Balasan ke TH Batalkan balasan